Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Masuknya Agama Kristen Katolik ke Tiongkok

6 September 2024   13:06 Diperbarui: 6 September 2024   13:06 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada tulisan yang lalu telah diposting tentang:

Agama Kristen Pertama Kali Masuk ke Tiongkok

Kisah Agama Kristen dan Marco Polo Hingga Tiba di Tiongkok

Seperti yang telah diceritakan bahwa Polo bersaudara benar-benar menepati janjinya atas permintaan Kublai Khan. Mereka melalui segala macam kesulitan dan bahaya untuk kembali ke tanah airnya, menghubungi Tahta Suci, dan melakukan perjalanan khusus ke Yerusalem untuk mengambil relik suci misi Paus Gregorius X.  

Bersama dua pendeta yang diutus oleh Paus dan keponakan Polo bersaudara mereka yang berusia 17 tahun - Marco Polo, mereka sekali lagi memulai perjalanan ribuan mil ke arah timur. Tahun itu kebetulan merupakan tahun ketika Kublai Khan mendirikan Dinasti Yuan (1271).

Namun belum jauh dari perjalanan, kedua pendeta itu mundur karena tidak tahan akan kesulitan perjalanan. Tapi ketiga anggota keluarga Polo terus bergerak maju tanpa menyerah. Mereka melewati Mesopotamia Suriah, melintasi seluruh wilayah Iran, melintasi gurun Asia Tengah, dan melintasi Dataran Tinggi Pamir.

Keberhasilan Monte Govido

Meskipun kedua pendeta yang mendampingi Polo bersaudar berbalik di tengah perjalanan ke Tiongkok daratan, dan Takhta Suci kemudian mengirimkan sekelompok pendeta ke Tiongkok tapi juga tanpa hasil (kemungkinan terbunuh dalam perjalanan), namun akhirnya pada tahun ke-30 pemerintahan Kaisar Kublai Khan dari Dinasti Yuan (1293), ada seorang pendeta Katolik bernama Monte Govino yang berhasil datang ke Tiongkok. Dia orang Italia dan seorang Fransiskan. Dan dia berada di Tiongkok selama bertahun-tahun dan bekerja sebagai pendidik penyebar agama Kristen yang cukup efektif.

Dia berhasil mendapat persetujuan kaisar Dinasti Yuan dan mendirikan gereja Katolik pertama di Tiongkok di Dadu of Yuan/Khanbaliq (ibu kota dinasti Yuan) atau Beijing (sekarang). Gereja pertama dibangun pada tahun kedua Dinasti Yuan (1298). Gereja ini memiliki menara lonceng yang menjulang tinggi dengan tiga lonceng tergantung di dalamnya, yang dibunyikan setiap jam untuk memanggil umatnya agar berdoa.

Gereja kedua yang dibangun tujuh tahun kemudian membuat Monte Govino semakin bangga. Dia menulis surat kepada Paus dengan laporan rinci yang mengatakan: Gereja ini dekat dengan gerbang istana, hanya sepelemparan batu, dan merupakan yang terbaik di seluruh Tiongkok. 

Di seluruh Tiongkok tidak ada tempat lain yang lebih cocok dibanding dengan gereja ini, gereja ini berskala begitu besar sehingga orang-orang dari kota dan tempat lain yang melihat gedung baru ini seperti keajaiban dunia, dengan Salib Merah menjulang tinggi berada di atasnya.

Khan Agung dapat mendengar nyanyian kami di istananya, dan hal ini dilaporkan sebagai suatu mukjizat di antara seluruh bangsa.

Pada tahun kelima pemerintahan Yuan Renzong-Yanyou (tahun 1318), gereja ketiga berhasil dibangun lagi.

Govino juga merekrut 150 anak laki-laki untuk mendirikan kelas pendeta, mengajarkan bahasa Latin dan Yunani, dan menerjemahkan "Alkitab-Perjanjian Baru" dalam bahasa Mongolia dan Uyghur untuk kelas tersebut. Ini dapat dianggap sebagai lembaga pendidikan khusus (teologi) pertama yang didirikan oleh agama Kristen di Tiongkok.

Dalam sebelas tahun pertamanya di Tiongkok, dia membaptis 6.000 orang di Dadu/Beijing. Pada saat dia meninggal di Tiongkok pada tahun 1328, tahun pertama pemerintahan Tianli Kaisar Wenzong dari Dinasti Yuan, sudah terdapat puluhan ribu pengikut yang dikembangkan oleh dia.

Karya Monte Govino mendapat perhatian khusus dan kepercayaan dari kaisar Yuan Ting. Pada masa pemerintahan Kaisar Chengzong dari Dinasti Yuan, dia melaporkan kepada Paus bahwa dia mempunyai posisi di istana dan mempunyai hak untuk masuk dan keluar sebagai utusan Yang Mulia Paus. Kaisar Tiongkok memperlakukannya dengan sopan melebihi pendeta senior lainnya. Menurutnya, kaisar Tiongkok "sangat murah hati" terhadap agama Kristen.

Tahta Suci sangat puas dan menghargai karya dakwah Monte Govino di Tiongkok, dan mengangkatnya menjadi Uskup Agung Metropolitan pada tahun 1307. Selama masa jabatannya, Gereja Katolik mengirimkan pendeta ke Tiongkok secara bertahap sebanyak dua kali. Kecuali mereka yang meninggal dalam perjalanan, total enam orang yang berhasil  tiba di Tiongkok. Dan tiga dari mereka berturut-turut menjabat sebagai uskup di kota Quanzhou/Cuanjiu(lafal orang Tiongha Indoneia) Provinsi Fujian/Hokian sekarang).

Setelah kematian Monte Govino, Dinasti Yuan dan Tahta Suci tetap terus menjalin kontak. Pada tahun kedua Kaisar Shun dari Dinasti Yuan (1336), Dinasti Yuan mengirim delegasi untuk mengunjungi Tahta Suci. 

Dua tahun kemudian, mereka tiba di Avignon di Prancis, tempat Paus bermarkas pada saat itu, dan disambut dengan hangat sekali. Paus mengirimkan delegasi besar untuk membalas kunjungan tersebut.

Setelah lebih dari tiga tahun, kunjungan tersebut tiba di Tiongkok pada musim panas tahun kedua pemerintahan Kaisar Shun (1342). Saat itu ada 32 orang yang berhasil tiba di Tiongkok, dikurangi dari yang meninggal di perjalanan, mereka ini tinggal di Tiongkok selama tiga setengah tahun.

Misteri Naik Turunnya Kristen

Seperti telah di bahas dalam dua tulis terdahulu, meskipun ada banyak tanda peninggalan sejarah Nestorianisme pada Dinasti Yuan yang terlihat cukup makmur, karena memiliki landasan yang lebih baik di banding Katolik.

Di Dadu/Beijing, Nestorianisme juga memiliki seorang uskup agung. Mereka memiliki fasilitas organisasi yang cukup besar. Dilihat dari "Naskah Nyanyian Lagu Sebelum dan Sesudah Nestorianisme" peninggalan masa itu, dapat dipastikan kegiatan keagamaan seperti doa dan pujian diadakan secara rutin dan formal. Sekte tersebut begitu kuat hingga mampu menekan dan menganiaya kekuatan Katolik yang dipimpin oleh Monte Govino.

Di Zhenjiang, Mar Sarghis, yang pernah menjabat sebagai gubernur provinsi tersebut, adalah seorang tokoh Nestorian terkenal yang sangat gemar dalam bidang pengajaran.

Dikatakan bahwa suatu malam, dia bermimpi bahwa Gerbang Surgawi terbuka ke tingkat ketujuh, dan kedua dewa memintanya untuk membangun tujuh gereja dan menghadiahkannya benda putih sebagai simbol, maka dia minta pensiun dari jabatannya dan mengabdikan dirinya untuk membangun gereja.

Terlepas dari apakah mimpinya benar atau salah, ternyata Gereja Nestorian dibangun, dan pernah dilindungi dengan memperoleh segel dari Dinasti Yuan, yang mengalokasikan 30 hektar lahan resmi di selatan Sungai Yangtze dan tambahan 34 hektar lahan sipil, di Zhejiang untuk penggunaan eksklusifnya.

Hasilnya, gereja telah dipersiapkan dengan baik dan urusan pengajaran berkembang. Untuk membangun gereja Nestorian, Mar Sarghis memanfaatkan situasi tersebut dan menduduki Kuil Jinshan Buddha yang bersejarah, yang menyebabkan keributan di kalangan komunitas Buddha dan menimbulkan tuntutan hukum antara kedua agama karena Nestorian "sangat agresif".

Di Quanzhou, berdasarkan peninggalan budaya dan bahan sejarah yang ditemukan seperti prasasti Nestorian, yang menuliskan terdapat seorang uskup yang bertanggung jawab atas Gereja Nestorian di Jalan Quanzhou dan seorang imam yang bertanggung jawab atas Gereja Nestorian di Jiangnan. Selain itu, ada banyak tempat seperti Wenzhou yang juga merupakan benteng pertahanan dimana pengaruh Nestorian relatif terkonsentrasi.

Meskipun kedua faksi Nestorianisme dan Katolik memiliki keluhan dan kebencian yang mendalam sejak lama*, keduanya adalah anggota keluarga Tuhan dan memiliki hubungan yang hangat di Tiongkok. Secara keseluruhan, momentumnya menjadi lebih kuat dan berlipat ganda, membentuk kekuatan besar dalam masyarakat Dinasti Yuan.

*Kristen Nestorian agak berbeda dari yang dipraktikkan di Barat, dan bangsa Eropa cenderung menganggap Nestorianisme sebagai bidah karena kepercayaannya mengenai sifat Yesus. Namun, bangsa Eropa juga memiliki legenda tentang sosok yang dikenal sebagai Prester Yohanes, seorang pemimpin Kristen yang hebat yang akan datang untuk membantu Perang Salib. Salah satu versi legenda menghubungkan identitas Prester Yohanes dengan seorang pemimpin Mongol Kristen, Toghrul, pemimpin suku Kerait.

Nestorianisme adalah ajaran Kristologi yang diajarkan oleh Nestorius (386--451 Masehi), Patriark Konstantinopel. Doktrin ini mengajarkan bahwa Yesus Kristus memiliki 2 kodrat yg berbeda (Ilahiah dan insaniah) dengan 2 pribadi yg berbeda juga bukannya satu pribadi (, hipostasis) yang manunggal. Nestorius mengajarkan bahwa yang dilahirkan Bunda Maria adalah Pribadi manusia Yesus, bukan Pribadi Ilahi-Nya, oleh sebab itu Nestorius menolak istilah 'Teotokos' (Bunda Allah) dan lebih memilih menggunakan istilah 'Kristotokos' (Bunda Kristus). Pandangan mengenai Kristologi Nestorius ini dikutuk dalam Konsili Efesus tahun 431 dan ditetapkan sebagai ajaran bidah. (https://www.sarapanpagi.org/nestorianisme-vt10232.html)

Ketika bangsa Mongol menaklukkan Tiongkok utara, mendirikan Dinasti Yuan (1271--1368), "Gereja dari Timur" diperkenalkan kembali ke Tiongkok setelah vakum selama berabad-abad. Ketika Kekaisaran Mongol semakin berekspansi, simpati Kristen dari istana, terutama melalui istri-istri yang berpengaruh dari Khan, menyebabkan perubahan dalam strategi militer. Selama Pengepungan Baghdad (1258) oleh pasukan Mongol, banyak warga kota dibantai, tetapi orang Kristen selamat. Ketika pasukan Mongol semakin jauh merambah Palestina, ada beberapa upaya untuk membentuk persekutuan Franka-Mongol dengan orang-orang Kristen di Eropa melawan kaum Muslim.

(https://id.wikipedia.org/wiki/Kekristenan_di_kalangan_bangsa_Mongol)

Agama Kristen di Dinasti Yuan

Agama Tuhan "Elohim" (Kristen)* tersebar di berbagai provinsi dan wilayah di Tiongkok. Menurut statistik yang tersedia dalam "Kategori Pendaftaran Rumah Tangga" di Volume 3 "Zhishun Zhenjiang Chronicles": di antara 3.845 "rumah tangga Tiongkok perantauan" di tempat itu pada saat itu, terdapat 23 keluarga Kristen.

Di antara 10.555 jiwa, ada 109 orang Kristen. Jika dihitung rata-rata satu dari setiap 167 rumah tangga dan satu dari setiap 63 orang adalah Kristen.

Susunan tenaga pengajar menurut "Sejarah Dinasti Yuan" mencakup berbagai jenis karakter seperti "pejabat tinggi", "anak berbakti", "dokter yang baik", "cendekiawan", "orang saleh" dan sebagainya.

Agama Kristen pada Dinasti Yuan menyebutnya (Elohim), yang berarti "agama Tuhan" atau "orang yang percaya kepada Tuhan"; orang yang diberkati". (pada masa Kekaisaran Mongol dari abad ke-13 hingga ke-14, bangsa Mongol sebagian besar penganut Shamanisme, dan ada minoritas umat Kristen yang substansial, banyak dari mereka berada dalam posisi kekuasaan yang cukup besar).

Pemerintahan Dinasti Yuan membagi rakyatnya menjadi empat kelas: Mongol, Semu, Han, dan Selatan. (Ada diulas dalam tulisan lalu: baca: Menelusuri Nenek Moyang Etnis Hui di Tiongkok yang Mayoritas Muslim.

Agama Kristen begitu luas, banyak, dan kompleks sehingga Dinasti Yuan membentuk badan manajemen khusus, "Divisi Chongfu", yang sejajar dengan kemnterianagama dan Jixuanyuan yang masing-masing mengelola agama Buddha dan Taoisme. Dalam dekrit dan pengumuman, merupakan kebiasaan untuk menyebut "Buddha, Tao, Kristen" secara bersamaan.

Urusannya begitu rumit sehingga seorang pejabat mengeluh: "Saat ini, dunia ini begitu besar dan ada begitu banyak hal menarik untuk dilakukan, meskipun ada 100 pejabat, mereka tidak dapat mengurusnya."

Namun, Kristen juga gagal berkembang dengan lancar di Dinasti Yuan. Pada akhir dinasti, bahkan menunjukkan tren penurunan yang nyata, yang khususnya menarik perhatian dalam kasus agama Katolik. Setelah kematian Monte Govino, tidak ada seorang pun yang benar-benar dapat memegang jabatan Uskup Agung Metropolitan, dan para imam serta umat dibiarkan tanpa seorang pemimpin. Misi kepausan yang pernah bertahan pada masa pemerintahan Kaisar Yuan Shun menjadi semakin kurang diminati di Tiongkok.

Terlepas dari upaya Kaisar Yuan Ting untuk membujuk mereka agar tetap tinggal, mereka akhirnya menaiki kapal dan kembali ke Barat. Sejak itu, kekuatan Katolik semakin memburuk. Akhirnya dengan runtuhnya Dinasti Yuan, Kristen lenyap. Naik turunnya bisa dikatakan sinkron dengan Dinasti Yuan.

Mengapa agama Katolik tidak bisa mengakar luas di masyarakat Tiongkok, meski sudah lama masuk ke Tiongkok dan mendapat sambutan baik dari Kaisar Tiongkok, bisa dibahas dalam tulisan lain.

Sumber: Literatur Luar Negeri & Cuplikan Draft Naskah Lama Pribadi Penulis

https://en.wikipedia.org/wiki/Christianity_among_the_Mongols

https://zh.wikipedia.org/zh-hans/%E4%B9%9F%E9%87%8C%E5%8F%AF%E6%BA%AB%E6%95%99#cite_note-3

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun