Seperti telah di bahas dalam dua tulis terdahulu, meskipun ada banyak tanda peninggalan sejarah Nestorianisme pada Dinasti Yuan yang terlihat cukup makmur, karena memiliki landasan yang lebih baik di banding Katolik.
Di Dadu/Beijing, Nestorianisme juga memiliki seorang uskup agung. Mereka memiliki fasilitas organisasi yang cukup besar. Dilihat dari "Naskah Nyanyian Lagu Sebelum dan Sesudah Nestorianisme" peninggalan masa itu, dapat dipastikan kegiatan keagamaan seperti doa dan pujian diadakan secara rutin dan formal. Sekte tersebut begitu kuat hingga mampu menekan dan menganiaya kekuatan Katolik yang dipimpin oleh Monte Govino.
Di Zhenjiang, Mar Sarghis, yang pernah menjabat sebagai gubernur provinsi tersebut, adalah seorang tokoh Nestorian terkenal yang sangat gemar dalam bidang pengajaran.
Dikatakan bahwa suatu malam, dia bermimpi bahwa Gerbang Surgawi terbuka ke tingkat ketujuh, dan kedua dewa memintanya untuk membangun tujuh gereja dan menghadiahkannya benda putih sebagai simbol, maka dia minta pensiun dari jabatannya dan mengabdikan dirinya untuk membangun gereja.
Terlepas dari apakah mimpinya benar atau salah, ternyata Gereja Nestorian dibangun, dan pernah dilindungi dengan memperoleh segel dari Dinasti Yuan, yang mengalokasikan 30 hektar lahan resmi di selatan Sungai Yangtze dan tambahan 34 hektar lahan sipil, di Zhejiang untuk penggunaan eksklusifnya.
Hasilnya, gereja telah dipersiapkan dengan baik dan urusan pengajaran berkembang. Untuk membangun gereja Nestorian, Mar Sarghis memanfaatkan situasi tersebut dan menduduki Kuil Jinshan Buddha yang bersejarah, yang menyebabkan keributan di kalangan komunitas Buddha dan menimbulkan tuntutan hukum antara kedua agama karena Nestorian "sangat agresif".
Di Quanzhou, berdasarkan peninggalan budaya dan bahan sejarah yang ditemukan seperti prasasti Nestorian, yang menuliskan terdapat seorang uskup yang bertanggung jawab atas Gereja Nestorian di Jalan Quanzhou dan seorang imam yang bertanggung jawab atas Gereja Nestorian di Jiangnan. Selain itu, ada banyak tempat seperti Wenzhou yang juga merupakan benteng pertahanan dimana pengaruh Nestorian relatif terkonsentrasi.
Meskipun kedua faksi Nestorianisme dan Katolik memiliki keluhan dan kebencian yang mendalam sejak lama*, keduanya adalah anggota keluarga Tuhan dan memiliki hubungan yang hangat di Tiongkok. Secara keseluruhan, momentumnya menjadi lebih kuat dan berlipat ganda, membentuk kekuatan besar dalam masyarakat Dinasti Yuan.
*Kristen Nestorian agak berbeda dari yang dipraktikkan di Barat, dan bangsa Eropa cenderung menganggap Nestorianisme sebagai bidah karena kepercayaannya mengenai sifat Yesus. Namun, bangsa Eropa juga memiliki legenda tentang sosok yang dikenal sebagai Prester Yohanes, seorang pemimpin Kristen yang hebat yang akan datang untuk membantu Perang Salib. Salah satu versi legenda menghubungkan identitas Prester Yohanes dengan seorang pemimpin Mongol Kristen, Toghrul, pemimpin suku Kerait.
Nestorianisme adalah ajaran Kristologi yang diajarkan oleh Nestorius (386--451 Masehi), Patriark Konstantinopel. Doktrin ini mengajarkan bahwa Yesus Kristus memiliki 2 kodrat yg berbeda (Ilahiah dan insaniah) dengan 2 pribadi yg berbeda juga bukannya satu pribadi (, hipostasis) yang manunggal. Nestorius mengajarkan bahwa yang dilahirkan Bunda Maria adalah Pribadi manusia Yesus, bukan Pribadi Ilahi-Nya, oleh sebab itu Nestorius menolak istilah 'Teotokos' (Bunda Allah) dan lebih memilih menggunakan istilah 'Kristotokos' (Bunda Kristus). Pandangan mengenai Kristologi Nestorius ini dikutuk dalam Konsili Efesus tahun 431 dan ditetapkan sebagai ajaran bidah. (https://www.sarapanpagi.org/nestorianisme-vt10232.html)
Ketika bangsa Mongol menaklukkan Tiongkok utara, mendirikan Dinasti Yuan (1271--1368), "Gereja dari Timur" diperkenalkan kembali ke Tiongkok setelah vakum selama berabad-abad. Ketika Kekaisaran Mongol semakin berekspansi, simpati Kristen dari istana, terutama melalui istri-istri yang berpengaruh dari Khan, menyebabkan perubahan dalam strategi militer. Selama Pengepungan Baghdad (1258) oleh pasukan Mongol, banyak warga kota dibantai, tetapi orang Kristen selamat. Ketika pasukan Mongol semakin jauh merambah Palestina, ada beberapa upaya untuk membentuk persekutuan Franka-Mongol dengan orang-orang Kristen di Eropa melawan kaum Muslim.