Melanjutkan tulisan yang lalu:
Pertempuran Bukit Shangganling di Perang Korea (1)
Pertempuran Bukit Shangganling di Perang Korea (2)
Pertempuran Bukit Shangganling di Perang Korea (3)
Pertempuran Bukit Shangganling di Perang Korea (4)
Tiga minggu setelah Pertempuran Shangganling, pasukan PVA dan PBB masing-masing berada dalam jalan buntu. Militer AS menyerang dengan intensitas yang belum pernah terjadi sebelumnya, bahkan melebihi puncak Pertempuran Berlin (pada PD II). Di dua dataran tinggi kecil dengan luas hanya 3,7 kilometer, lebih dari 300.000 butir bom akhirnya dijatuhkan, dengan rata-rata 6 bom per detik. Pemboman dengan senjata ber-densitas tinggi semacam ini tidak diragukan lagi sangat menghancurkan.
Saat ini, yang paling dikhawatirkan oleh semua orang di Tentara PVA adalah banyaknya korban setiap hari. Semua orang yang terlibat di pihak Tiongkok  bertanya-tanya strategi dan taktik seperti apa yang harus digunakan untuk mengurangi pertumpahan darah dan pengorbanan dengan biaya minimum dan mempertahankan posisi Shangganling?
Pada saat yang sama korban pasukan PBB juga sangat besar. Panglima pasukan PBB, Clark, bersumpah untuk melanjutkan serangan dengan kejam untuk menyelamatkan mukanya  dengan tidak peduli apa pun, pertempuran akan terus dilanjutkan.
Qin Jiwei, komandan Korps ke-15 yang berdiri teguh di posisi Shangganling, mengeluarkan perintah militer siap mati, dihadapan Wang Jinshan, komandan Korps Ketiga melalui telepon. Dia memerintahkan bawahannya untuk membawa peti matinya ke Shangganling, bersumpah untuk hidup dan mati dengan posisinya.
Namun sebenarnya, ketika pertempuran mencapai titik ini, Qin Jiwei masih bertanya-tanya apakah Shangganling masih dapat dipertahankan, sehingga dia mengadakan pertemuan tempur di markas militer. Untungnya, para komandan dan prajurit pada pertemuan tersebut menganalisis pertempuran pegunungan ini justru telah memperkuat tekad Qin Jiwei menjadi besar.
Hal terpenting dalam perebutan pegunungan seperti Shangganling adalah dua pihak yang bertikai harus bisa mendapatkan posisi strategis. Siapa yang bisa memimpin dalam menguasai garis punggung gunung tersebut akan lebih diuntungkan.
Garis punggung bukit titik tertingginya di puncak gunung yang menghadap ke kontur gunung Shangganling, PVA dan pasukan PBB masing-masing menduduki satu sisi gunung.
Benteng terowongan PVA semuanya terletak di lereng terbalik di bawah punggung bukit. Hal ini dapat menghindari serangan artileri lawan dan memungkinkan tentara PVA bersembunyi di titik buta lereng terbalik dataran tinggi ini. Garis punggung bukit selalu menjadi fokus pertikaian antara kedua pihak yang sama-sama berebut untuk bisa mengusainya.
Foto ini diambil saat Ketua Mao bertemu dengan Deng Fangzhi di Zhongnanhai-Beijing, ibu tua ini adalah ibu dari prajurit PVA Huang Jiguang.
Sebenarnya, foto di dibawah ini bukanlah sebuah foto, melainkan sebuah potret. Ini dibuat oleh seniman berdasarkan petunjuk dari Deng Fangzhi (ibu Huang Jiguang), yang memiliki ciri rupa mata, hidung, dan mulut seperti apa.
Kisah menarik dan heroik Huang Jiguang mungkin tidak ada seorang pun di Tiongkok yang tidak mengetahuinya, cerita heroik Huang Jiguang menggunakan tubuhnya untuk menghalangi laras senapan mesin musuh telah menjadi cerita epos dan heroik. Tapi mungkin tidak banyak yang mengetahui kisah Huang Jiguang bagaimana sehingga menutup berondongan senapan mesin musuh di lobang benteng musuh saat perebutan bukit punggung dataran tinggi Shangganling.
Selama Pertempuran Shangganling, Huang Jiguang adalah prajurit penghubung koresponden Kompi ke-9 dari Resimen ke-135 dari Divisi ke-45 Tentara PVA ke-5. Saat pertempuran untuk 597,9 Highland Ridge, kompinya dihadang oleh senjata tersembunyi (benteng bunker) PBB. Pasukan PVA tidak dapat bergerak maju.
Pada saat kritis, Huang Jiguang sebagai prajurit koresponden mengambil inisiatif untuk bergabung dengan tim penyerang, ketika rekan-rekannya terbunuh dan dia tertembak lima kali dan tidak dapat melemparkan tabung peledak (garnat) ke titik tembak dalam bunker musuh, dia menggunakan dadanya untuk memblokir moncong laras senjata mesin musuh yang sedang memuntahkan puluru dari lubang bunker, sehingga memberi kesempatan kepada rekannya melemparkan tabung bom ke dalam bunker, detik-detik ini memberi pasukan PVA untuk dapat mengambil alih posisi musuh tersebut. (Sebagian detik-detik film dokumenter dari ceritanya ini bisa dilihat dibawa ini, kami akan memberikan alih bahasa dari alur ceritanya berdasarkan penuturan saksi hidup yang sempat direkam di video ini)
Ini kisah yang dituturkan saksi hidup belakangan:
Pertempuran pada saat itu di 12 pos di Dataran Tinggi 587,9, hampir terjadi setiap detik dan menit, di pertempuran ini bermunculan pahlawan-pahlawan dalam pasukan PVA.
Saat PVA melakukan penyerbuan untuk merebut kembali posisi 0 di punggung barat laut Dataran Tinggi 587,9 pasukan PBB telah membangun benteng bungker pertahanan.
Posisi 0 adalah pijakan terakhir untuk menuju puncak utama, jika hingga fajar PVA tidak bisa mengambil posisi ini, keadaan medan pertempuran akan berdampak secara keseluruhan.
Wei Diren -- Petugas Propaganda Resimen ke-135 Divisi ke-45 Tentara Relawan PVA pada saat itu menuturkan: Saat itu, komandan kompi melapor kepada kepala staf. Dia mengatakan bahwa tidak ada seorang pun di kompi mereka sekarang. Dia satu-satunya yang tersisa di kompi mereka. Hanya ada satu instruktur yang tersisa, satu petugas komunikasi, dan satu operator walkie-talkie pasukan hanya tinggal segini. Komandan kompi mengusulkankan agar instruktur dan saya bergabung untuk pergi.
Saat itu, Huang Jiguang, prajurit PHB kepala staf batalion Zhang Guangsheng, berdiri di belakangnya. Prajurit ini berasal dari Kabupaten Zhongjiang, Sichuan ini tampak masih sedikit marah. Ketika dia mendengar bahwa komandan kompi akan meledakkan bunker, Huang Jiguang berkata, "Kamu tidak boleh pergi. Kamu adalah komandan kompi. Kamu harus memimpin pasukan. Saya saja yang pergi!"
Zhang Guangsheng kemudian menunjuk Huang Jiguang sebagai pemimpin pasukan kompi ke-6, dan dia membawa tentara Xiao Dengliang dan Wu Sanyang untuk melaksanakan misi peledakan.
Li Mingtian, lahir di Bo'ai, Provinsi Henan pada bulan Januari 1929, bergabung dengan tentara pada bulan Oktober 1947 dan PKT pada bulan Februari 1949. Ia bergabung dengan PVA masuk Korea tiga kali pada tahun 1951, 1952 dan 1971, dan menjabat sebagai perwira, editor dan instruktur, dan Divisi Tentara Relawan/PVA ke-45. Wakil Kepala Seksi dan Kepala Seksi Propaganda, Direktur Seksi Propaganda Tentara Pembebasan Rakyat ke-15, Direktur Seksi Penerangan, Menteri Kebudayaan, dan Menteri Propaganda dari Departemen Politik Angkatan Udara dari Komisi Militer Pusat.
Selama periode memasuki DPRK/Korea, ia adalah orang pertama yang mempublikasikan di dalam ketentaraan perbuatan para pahlawan dan model seperti Huang Jiguang, Sun Zhanyuan, dan Yi Caixue, serta cerita-cerita seperti "Satu Apel".
Li Mingtian - Saat itu wakil kepala Bagian Propaganda Divisi 45 Tentara Relawan/PVA menuturkan: Setelah merebut dua bunker tersebut, Wu Sanyang tewas dan Xiao Dengliang terluka parah. Senapan mesin bunker terakhir musuh masih memblokir pasukan kita di bawah. Huang Jiguang sudah mengalami 5 luka saat itu, dia melemparkan granat tabung terakhirnya sejauh 5 meter dari bunker musuh, meledakkan setengah dari bunker musuh. Tanpa diduga, senapan mesin pasukan PBB di dalamnya tiba-tiba mulai menembak lagi. Melihat rekan-rekannya berjatuhan di punggung bukit satu demi satu, Huang Jiguang melakukan tindakan heroik tanpa pamrih dalam sekejap. Huang Jiguang melompat dan menggunakan kekuatan terakhirnya untuk bergegas menuju bunker musuh, dan melompat memblokir lubang senapan mesin dengan tubuhnya.
Komandan kompi Wan Fulai meneriakkan slogan "Balas dendam untuk Huang Jiguang!!!" dan memimpin bala bantuan menerjang ke posisi 0.
Sejak itu, Posisi 0 di Dataran tinggi 597.9 mendapat gelar baru "Posisi Heroik/Pahlawan".
Kehidupan Huang Jiguang ditetapkan pada usia 21 tahun ketika dia berada di masa jayanya. Pimpinan Tentara Relawan memberinya gelar "Pahlawan Tempur Super/ Sepcial Combat Hero" Â untuk kepahlawanannya ini, dan Korea Utara memberinya gelar "Pahlawan Republik Rakyat Demokratik Korea".
Huang Jiguang baru berusia 21 tahun ketika dia tewas. Tindakan heroiknya menginspirasi semua PVA Tiongkok. Hingga hari ini, Huang Jiguang terus dikenang sebagai pahlawan selama sudah 72 tahun, pada 1962 Kemenhan Tiongkok menamai regu semasa Huang Jiguang masih hidup sebagai "Regu Huang Jiguang".
Selama beberapa dekade hingga hari ini, setiap malam, para prajurit berkumpul di lapangan upacara untuk menyebutkan nama "Huang Jiguang" dan mengomentari kehidupan pelatihan hari itu. Instruktur kompi adalah orang pertama yang memanggil nama dengan berseru "Huang Jiguang!", dan puluhan tentara dari seluruh kompi akan menjawab dengan suara lantang "Siap!".
Ketika tiba waktunya tidur, teman-teman di kelas akan membukakan tempat tidur untuk Huang Jiguang; teman-teman akan membereskan tempat tidur keesokan paginya, seolah-olah mendiang ini masih hidup. Mengorganisir tempat tidur Huang Jiguang adalah suatu kehormatan bagi para prajurit. Umumnya, hanya prajurit dan pemimpin pasukan berprestasi di kelas yang dapat melakukan hal ini.
Di kompi keenam di Kompi ke-6 Satuan Linta Udar ada patung perunggu "Pahlawan Huang Jiguang". Ini adalah unit lintas udara yang kemudian diganti namanya menjadi kompi Huang Jiguang - "Kompi  Pahlawan Huang Jiguang".
Wang Qingzhen pernah memilah dan men-rekonstruksi jenazah martir Huang Jiguang. Setelah tiga hari tiga malam rampung, semua orang berdiri diam dan memberi hormat...
Ini foto Wang Qingzhen muda pada tahun 1951 ketika berusia 15 tahun ikut dalam pasukan PVA ke Perang Korea, pada saat Pertempuran Shangganling dimulai 14 Oktober 1952, dia bersama petugas kesehatan lainnya terlibat terlibat dalam pekerjaam penyelamatan medan perang yang sedang intens selama masa tersulit.
Saat itu dia seorang harus merawat lebih dari 20 pasukan yang terluka dan sakit sendirian. Wang Qingzhen tidak hanya merawat yang terluka dengan baik, tetapi juga menyanyikan lagu daerah kampung halamannya untuk menyemangati mereka mengatasi rasa sakit.
Saat Huang Jiguang tewas, dia ikut melakukan penataan jenazah Huang Jiguang. "Dia mempertahankan postur yang sama seperti saat dia tewas" selama Pertempuran Shangganling. Prioritas utama Wang Qingzhen dan rekan-rekannya memilah-milah sisa-sisa jasad para martir secepatnya.
Kenangan Wang Qingzhen saat masa tua menuturkan: Jenazah Huang Jiguang diangkat tinggi-tinggi, mereka mempertahankan postur yang sama seperti saat diatewas, dadanya ditembus, meninggalkan lubang peluru seukuran mangkuk.
Adegan ini membuat semua orang menangis, dengan menyeka air matanya, Wang Qingzhen berkata kepada rekan-rekannya, "Berikan seragam baru kepada rekan-rekan kita. Biarkan mereka kembali ke tanah airnya dengan bersih."
Pakaian Huang Jiguang yang berlumuran darah menempel di tubuhnya dan tidak bisa dilepas, para petugas kesehatan menangis dan merendam terlebih dahulu pakaian yang berdarah dalam air hangat, kemudian menggunakan gunting untuk memotongnya sepotong demi sepotong dan mengupasnya.
Saat mengenakan seragam militer baru pada tubuh (mayat) Huang Jiguang, dia tidak bisa menurunkan tangannya, tidak peduli seberapa keras dia mengangkatnya, para perawat memberisihkan dengan hati-hati menggunakan handuk panas untuk menghangatkannya lengan dan punggung Huang Jiguang, setelah tiga hari tiga malam penuh lengan sang martir Huang Jiguang akhirnya terlepas. Kemudian dia diberi seragam militer baru.
Semua orang berbaris dan dengan sungguh-sungguh dan hidmat memberi hormat militer.
Dalam pertempuran Shangganling, muncullah banyak pahlawan-pahlawan PVA yang patriotis yang menjadi legenda dalam dunia kemiliteran. Bersambung ..... baca:
Pertempuran Bukit Shangganlin di Perang Korea (6)
Sumber: Media TV dan Tulisan Luar Negeri
Sumber: Media TV dan Tulisan Luar Negeri
https://en.wikipedia.org/wiki/Battle_of_Triangle_Hill
https://korea.stripes.com/health/the-sacrifices-of-gen-van-fleet-and-his-son.html
https://www.psywarrior.com/KoreaSCP.html
http://www.mod.gov.cn/gfbw/gfjy_index/js_214151/4843738.html
http://taihangsummit.com/407e0a32f9/
https://www.163.com/dy/article/IQO2H4I405566RY0.html
http://www.mod.gov.cn/gfbw/gfjy_index/js_214151/4843738.html?big=fan
http://www.news.cn/2022-11/25/c_1129158123.htm
https://www.12371.cn/special/tjspcx/hjg/
https://j.eastday.com/p/1640605860030377
https://tyt.hainan.gov.cn/twjr/xjdx/202011/824eb0e289e24d8686591a601ed4bb7d.shtml?ddtab=true
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H