Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pertempuran Bukit Shangganling di Perang Korea (3)

21 Juli 2024   09:21 Diperbarui: 21 Juli 2024   09:24 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Melanjutkan tulisan yang lalu:

Pertempuran Bukit Shangganling di Perang Korea (1)

Pertempuran Bukit Shangganling di Perang Korea (2)

"Operasi Showdown" lawan "Pasukan Terowongan"

Kisah tentang pertempuran antara serangan dan bertahan, pertarungan klasik untuk mempertahankan pos pertahanan dan persiapan terowongan pertahanan labirin.

Pada pukul 3:30 pagi waktu setempat 14 Oktober 1952, pasukan PBB mengumpulkan 16 batalyon artileri dan lebih dari 300 artileri untuk melancarkan serangan besar-besaran ke Dataran Tinggi Shangganling.

Pasukan PBB dengan cepat merebut posisi Shangganling, tetapi untuk mempertahankan kekuatan mereka, para PVA berlindung masuk ke terowongan untuk melanjutkan pertempuran.

Sumber: news.jschina.com.cn
Sumber: news.jschina.com.cn

Ini adalah foto langka yang diambil di Shanggngling di medan perang Korea pada tahun 1952. Dalam foto tersebut, tentara PVA sedang duduk di terowongan untuk beristirahat.

Selama Perang Korea, di garis pertahanan Tentara Relawan (PVA) di sekitar sepuluh kilometer sepanjang Paralel ke-38, PVA Tiongkok dengan cerdik menggali total 7.788 terowongan, membentuk seperti Tembok Besar bawah tanah yang komprehensif dan kokoh.

Sumber: mod.gov.cn
Sumber: mod.gov.cn

Ini adalah Terowongan No. 1 terbesar di Shangganling pada saat itu. Bagian atasnya terbuat dari batu kapur setebal 35 meter, yang berarti hampir tidak mungkin bagi militer AS untuk menghancurkannya dengan peluru artileri konvensional, sehingga ada pihak AS yang menjadi cemas.

Saat itu Jenderal Omar Nelson Bradley adalah Ketua Pertama Kepala Staf Gabungan AS, dan dia memainkan peran penting selama Perang Korea. Bradley menjabat sebagai penasihat militer senior untuk Presiden Harry S Truman.

Dia datang ke Kantor Kepresidenan Gedung Putih untuk menganalisis situasi perang saat itu kepada Presiden Harry S Truman. Kalimat paling kritis di antaranya adalah jika lawan mengadopsi taktik defensif dalam terowongan tersebut, setidaknya tentara AS dan PBB, sedikitnya butuh waktu dua puluh tahun bagi mereka untuk bisa mencapai Sungai Yalu.

Setelah mendengar laporan Bradley, sebuah pemikiran muncul di benak Truman: Haruskah dia menggunakan kartu truf itu? Sejak saat itu, Truman menyatakan di banyak kesempatan publik bahwa AS akan mengambil langkah apa pun yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan situasi militer.

Ini juga termasuk bom atom. Akankah pernyataan Truman membuat Relawan Rakyat Tiongkok (PVA) takut?

Sumber: peopleapp.com
Sumber: peopleapp.com

Faktanya, Ketua Mao telah lama melawan praktik Amerika ini. Di atas ini adalah poster propaganda yang populer pada tahun 1950-an. Isinya mirip dengan apa yang dikatakan Ketua Mao yang menyatakan dalam sebuah wawancara dengan jurnalis Amerika Louis Strong: "Semua kaum reaksioner adalah macan kertas, tampak menakutkan namun kenyataannya tidak."

Faktanya, istilah "macan kertas" bukannya tanpa dasar ilmiah. Korea Utara adalah negara pegunungan. Jika bom atom dijatuhkan, tingkat kematiannya akan sangat berkurang, selain itu, jika AS menggunakan bom atom di Korea Utara, yang berdiri di belakang Tiongkok dan Korea Utara, masih ada Uni Soviet yang juga memiliki senjata nuklir yang tidak akan pernah setuju.

Apa yang dilakukan Truman saat itu hanyalah gertakan saja, dan Ketua Mao sudah melihatnya dengan jelas ancaman ini.

Propaganda ancaman nuklir AS telah terungkap. Pertempuran Shangganling di Semenanjung Korea masih berlangsung. Bagaimana cara mereka menghadapi PVA di terowongan?

Van Fleet, panglima Resimen ke-8 AS dan komandan Kampanye (penyerangan) Shangganling AS, merasa khawatir. Dia pernah bersumpah (sesumbar) hanya membutuhkan waktu lima hari untuk merebut Shangganling dengan hanya akan mengorbankan 200 pasukannya, tapi bagaimana kenyataannya sekarang? Sumpah itu berubah menjadi tertawaan, dan jumlah kematian militer AS meningkat dari hari ke hari. Van Fleet terus memeras otak mencari jalan, akhirnya terpikirkan seseorang.

Sumber: zh.wikipedia.org
Sumber: zh.wikipedia.org

Chung Il-kwon adalah komandan Divisi Kedua Angkatan Darat Korea Selatan pada saat itu, dia lulus dari Sekolah Perwira Nonkomisioner Angkatan Darat Jepang. Setelah lulus dari sekolah ini, Chung Il-kwon pernah ke AS untuk menerima pelatihan sistematis militer AS,  Van Fleet pikir mestinya dengan Divisi ke-2 dari Chung Il-kwon merupakan kandidat terbaik untuk mengambil alih serangan militer AS ke Shangganlin.

Chung Il-kwon, pada tahun 1940-an, seorang perwira Manchukuo mengubah nama Jepang menjadi Nakajima Ikken, ketika Jepang menguasai Korea. Ketika Korsel merdeka, berturut-turut menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat Republik Korea, Menteri Luar Negeri, Perdana Menteri, dan Ketua Majelis Nasional. Pada tahun 2008, menjadi faksi pro-Jepang.  

Ketika Divisi Kedua Korsel mengambil tindakan ini, sebenarnya mereka juga sangat marah, mengatakan bahwa kalian (AS) lebih baik dari kita dan kalian tidak bisa menang, sangat tidak adil bagi kalian untuk membiarkan kita mengambil alih tugas ini. Tapi dalam benak Chung Il-kwon, jika kalian tidak bisa menang, tapi jika kita bisa menang, betapa bisa bangganya kita dan meningkatkan moral kita.

Sebenarnya, Divisi Kedua Korsel ini yang dipimpin oleh Chung Il-kwon pernah dikalahkan oleh Tentara PVA. Pada awal pertempuran ketiga saat awal pertempuran tahun 1951, Divisi Kedua Korsel ini menghadapi Divisi 196 dari Tentara PVA Korps ke-66 di daerah Yongnam-dong Gwanjeong-ri, yang hasilnya jelas mereka di gempur babak belur oleh PVA dan melarikan diri.

Dan kali kini mereka datang untuk bertarung di Shangganlin, apakah mereka tidak takut akan kalah lagi disini?

Tentara Korsel memang sudah rentan kalah sejak awal Perang Korea. Oleh karena itu, setiap kali melakukan pengaturan strategis untuk berperang, Peng Dehuai selalu menyerang Tentara Korsel terlebih dahulu,  dengan menyerang Tentara Korsel lalu menerobos dan mengelinginya dan mengepung tentara AS, sehingga berhasil dalam satu gebrakan, dan merebut inisiatif di medan perang, militer AS sangat marah dengan hal ini.

AS mendirikan kamp pelatihan di wilayah Seoul pada tahun 1951 untuk secara khusus melatih tentara Korsel. Setelah lebih dari satu tahun reorganisasi dan pelatihan, Divisi Kedua Korea Selatan saat itu telah mengalami perubahan radikal.

Untuk pamer di depan Van Fleet, Chung Il-kwon ini tidak segan-segan menggunakan cara paling keji dan kejam dalam sejarah untuk menghadapi Tentara Relawan/PVA. Hingga bertahun-tahun kemudian para veteran PVA menguntuk Chung Il-kwo setiap kali dia menyebutkan namanya.

Untuk menghadapi benteng terowongan semacam ini, tentara Korsel juga memikirkan banyak cara. Karena mereka menduduki posisi permukaan, mereka menggunakan mortir, karena lintasan mortirnya melengkung. Kemudian mereka menggunakan lintasan melengkung ini untuk meledakkan pintu masuk terowongan PVA, dan pada saat yang sama mengatur peledakan di pintu masuk terowongan PVA.

Akibat dari peledakan pintu masuk terowongan cukup mengerikan, dapat memperpendek panjang terowongan hingga sepuluh meter. Bagi para PVA yang kehilangan posisi di permukaan, terowongan tersebut bukan hanya medan pertempuran tetapi juga tempat/ruang untuk mereka tetap hidup.

Pasukan Chung Il-kwon melemparkan gas beracun ke dalam terowongan, menggunakan metode yang sangat kejam untuk menghadapi para PVA, setiap hari menyemprotkan meriam kimia dan mengebom dengan gas racun.

Mereka menghancurkan terowongan dengan bom, bom bensin dan bom gas. Mereka memblokir terowongan dengan lumpur dan kawat berduri. Mereka juga membangun benteng dan mendekati pintu masuk terowongan selangkah demi selangkah ke terowongan untuk mentutup jalan ke dunia luar, dalam upaya untuk meledakkan, membakar, dan meracuni orang-orang di dalam terowongan.

Namun para PVA juga telah menemukan berbagai cara untuk menghadapi tindakan musuh  ini. Jika musuh datang untuk menghancurkan pintu masuk terowongan, mereka akan membentuk divisi blokade api untuk mencegah musuh mendekati pintu masuk terowongan yang datang untuk melepaskan bom gas beracun, jika musuh melepaskan gas racun ke terowongan, mereka menggunakan handuk yang dibasahi dengan air seni dan melabur dengan pasta gigi untuk masker dan menutup wajahnya.

Serangan gila-gilaan Divisi Korsel Kedua terhadap terowongan Tentara Relawan atau PVA menyebabkan terowongan dipenuhi dengan mayat tentara yang terluka dan para martir. Bau asap mesiu dan bau darah bercampur, membuat orang tercekik seiring bertambahnya jumlah korban luka dari hari demi hari. Karena tidak ada obat-obatan di dalam terowongan, mereka harus membiarkan luka mereka meradang dan terkikis. Namun, mereka tetap diam dan mengandalkan kemauan kuat mereka untuk bertahan menggigit sprei dengan mulutnya, dan ada pula yang tidak mampu melepaskan sprei dari mulutnya ketika menjadi mayat.

Sumber: 81.cn
Sumber: 81.cn

Di atas ini adalah foto yang sangat berharga. Tentara PVA dalam foto tersebut sangat haus sehingga dia menggunakan mangkuk untuk menampung tetesan air yang menetes dari dinding batu di terowongan Shangganling. Fotografer foto ini adalah Gao Yaxiong, seorang koresponden perang Tentara PVA saat itu. Prajurit Tentara PVA yang difoto masih cukup beruntung, karena air masih terlihat di terowongan ini, kekurangan air di sebagian besar terowongan menjadi ancaman terbesar bagi kelangsungan hidup tentara PVA.

Blokade ketat musuh membentuk zona kematian selebar 1.500 meter di sekitar Shangganling. Seiring berlalunya hari, tidak ada lagi air yang tersisa di terowongan. Mulut para prajurit berhenti mengeluarkan air liur, dan biskuit tidak dapat melewati kerongkongan yang kering. Untuk menghilangkan rasa haus, para pejuang status hampir menghabiskan semua pasta gigi. Para pejuang yang sangat haus bahkan akan berlari ke pintu masuk gua dan membuka mulut mereka untuk merasakan dinginnya udara pagi agar diri mereka merasa lebih nyaman.

Akhirnya suatu hari seorang tentara menghilangkan rasa malunya dan dengan hati-hati mengusulkan "Gunakan air seni untuk menghilangkan dahaga." Saran ini segera dipopulerkan karena sangat kekurangan air, air seni para prajurit telah berubah menjadi ungu, jadi semua prajurit dalam terowongan memberi nama itu "Teh Mulia".

Saat itu, di Shangganling sudah musim dingin. Kepingan salju kadang-kadang turun dari langit, dan suhu rata-rata mencapai lebih dari 20 derajat di bawah nol. Namun, ada pemandangan berbeda di dalam terowongan, yaitu gelap dan panas. Setiap prajurit PVA menanggung siksaan yang paling berat, namun mereka tidak mengeluh dan tetap optimis.

Sumber: bingshiwar.com
Sumber: bingshiwar.com

Karena ada keyakinan di hati mereka, mereka pasti mencapai kemenangan. Para prajurit di Shangganling bahkan tidak bisa minum air. Qin Jiwei lebih cemas daripada siapa pun. Dia sangat geram sehingga memberikan perintah siap mati kepada departemen logistik tentara untuk mengangkut perbekalan ke terowongan dengan segala cara.

Segera setelah Pertempuran Shangganling dimulai, Tentara PVA membentuk tim transportasi dan tim tandu yang terdiri dari hampir 10.000 orang. Mereka terus melintasi blokade setiap hari untuk mengangkut perbekalan dan orang-orang yang terluka. Terowongan di Shangganling hanya berjarak 500 meter dari terowongan terdekat puncak utama Wushengshan (Pike's Peak). Jarak terjauhnya hanya lebih dari 1.000 meter, namun dalam banyak kasus, beberapa orang bahkan bisa kehilangan nyawa hanya untuk mengantarkan sekotak amunisi.

Sumber: CCTV China
Sumber: CCTV China

Personil transportasi dikirim secara bertahap, tetapi mereka terkena tembak di garis blokade tembakan satu demi satu. Selama seluruh misi transportasi di Shangganling, PVA mengorbankan lebih dari 1.700 personel transportasi, yang merupakan jumlah korban terbesar di seluruh wilayah Shangganling, atau menyumbang 14% dari total jumlah korban jiwa.

Sumber: news.cn
Sumber: news.cn

Prajurit pasukan logistik Tentara Relawan/PVA membawa kurang lebih 100 kilogram kotak amunisi di punggung mereka dan melintasi pegunungan dan punggung bukit untuk memastikan pertempuran di garis depan tidak kehabisan amunisi.

Sumber: k.sina.cn
Sumber: k.sina.cn

Nama pria ini adalah Ning Tiyuan, penduduk asli Hubei. Dia awalnya adalah petugas keamanan untuk resimen tertentu. Setelah pertempuran Shangganling dimulai, dia untuk sementara ditunjuk sebagai penjabat instruktur kompi tandu, bertanggung jawab untuk mengangkut perbekalan ke atas gunung dan mengangkut yang terluka menuruni gunung.

Tim tandu Ning Tiyuan bertanggung jawab atas jarak dari posisi Shangganling ke pos komando kamp. Ini adalah jalan pegunungan dengan total panjang 2.500 meter. Gunung itu curam dan berada di bawah kendali enam blokade musuh, pada saat-saat tegang mengangkut perbekalan bagi tim tandu Tiyuan harus bolak-balik beberapa kali dalam semalam.

Padahal, setiap prajurit di tim tandu tahu bahwa kemungkinan kematian meningkat dengan setiap langkah tambahan. Suatu ketika satu hari, kadang atasan memberi tugas kepada Ning Tiyuan, tapi malam hari itu, dia harus memanfaatkan kegelapan untuk mengirimkan amunisi dan membawa yang terluka posisi No.6 Shangganling. Untuk mengurangi korban yang melintasi blokade tembakan, dia memerintah supaya pergi satu regu setiap kali jalan saja, dan jarak antara setiap prajurit dan prajurit harus dijaga setidaknya sepuluh meter selama transportasi.

Ning Tiyuan menuturkan: Blokade tembakan artileri musuh sangat parah dan gencar. Semakin banyak orang yang naik, semakin besar pula korban jiwa. Dalam hal ini, saya memberitahu yang pergi 8 regu, dan terus berkomunikasi dengan saya, saat turun jangan telalu banyak orang. Setiap regu terdiri dari 12 pasukan dengan memanggul amunisi, logistik dan tandu, merayap dalam kegelapan malam menujut pos 6 di Shangganling, semalaman saya terus cemas dan khawatir, jangan sampai semua menjadi korban tewas, jika itu terjadi bagaimana?

Untungnya menjelang pagi hari, menerima kabar kecuali Hu Derong yang tewas tertembak, komandan regu Liu Shengguo luka tertembak 3 tempat tidak tewas, lainnya selamat dan misi berhasil diselesaikan.

Mereka naik untuk mengangkut amunisi dan turun untuk membawa yang terluka. Beberapa tentara di tim tandu yang kembali ada yang emosional dan mengeluh. Mereka tidak bisa membunuh musuh saat mengangkut barang setiap hari, jadi mereka mengambil inisiatif untuk meminta ditugaskan untuk ikut mempertahankan pos Shangganling.

Untuk meningkatkan moral para prajurit tim transportasi, Qin Jiwei, komandan Korp ke-15, mengeluarkan aturan bahwa siapa pun yang dapat mengirimkan satu buah apel ke dalam terowongan akan diberikan penghargaan kelas dua.

Sebenarnya, semua penghargaan harus dilakukan setelah/pasca perang dan tidak boleh dilakukan oleh tentara, tetapi ini pengecualian.

Namun, memperoleh penghargaan demikian ini tidak selalu mudah untuk dicapai.

Menurut "Sejarah Militer Korp Kelima Belas", di antara perbekalan yang diangkut ke pasukan terowongan, jumlah apel saja mencapai 40.000 kilogram. Namun, hanya satu apel yang akhirnya berhasil dikirim ke terowongan, dan ceritanya tentang apel ini dibuatkan satu tulisan, untuk buku pelajaran bahasa Mandarin untuk siswa sekolah dasar, certita apel ini telah menjadi bahan pengajaran nyata yang telah menyentuh banyak generasi.

Dalam film "Shangganling", apel yang akhirnya dikirim ke terowongan diberikan kepada komandan kompi. Komandan kompi enggan memakannya dan memberikan apel tersebut kepada operator PHB (walkie-talkie) yang menyerahkannya kepada yang terluka. Prajurit yang terluka merasa bahwa seluruh terowongan yang paling risau adalah komandan kompi, dan memberikan apel itu lagi kepada komandan kompi, tapi menolak juga. Akhirnya komandan kompi memerintahkan semua orang untuk mencoba dan memotongnya menjadi potongan-potongan kecil untuk dibagikan.

Kita tidak tahu siapa yang mengirim apel ini ke dalam terowongan, tapi yang kita tahu adalah apel ini penuh dengan makna, semangat persatuan dan persahabatan di antara prajurit Tentara Relawan/PVA Tiongkok.

Menghadapi militer AS yang memiliki keunggulan mutlak dalam hal daya tembak, taktik apa yang akan digunakan para pasukan Relawan/PVA?

Silakan baca lanjutannya  ...... 

Bersambung....

Pertempuran Bukit Shangganling di Perang Korea (4)

Sumber: Media TV dan Tulisan Luar Negeri

https://en.wikipedia.org/wiki/Battle_of_Triangle_Hill

https://korea.stripes.com/health/the-sacrifices-of-gen-van-fleet-and-his-son.html

https://www.psywarrior.com/KoreaSCP.html

http://www.mod.gov.cn/gfbw/gfjy_index/js_214151/4843738.html

http://taihangsummit.com/407e0a32f9/

https://www.163.com/dy/article/IQO2H4I405566RY0.html

http://www.mod.gov.cn/gfbw/gfjy_index/js_214151/4843738.html?big=fan

http://www.news.cn/2022-11/25/c_1129158123.htm

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun