Pada hari itu, Van Fleet memerintahkan tentara PBB untuk melancarkan serangan berkali-kali di dua dataran tinggi Shangganling. Meskipun jumlah pasukan yang menyerang bergelombang sangat banyak, tapi Van Fleet tidak mendapatkan apa yang diinginkannya, menduduki dua dataran tinggi tersebut dalam waktu tersingkat.
Kemudian militer AS mengirimkan Divisi 7 AS, ditambah Tentara Korea Selatan, yang biasa PVA disebut Tentara Boneka Li, Divisi 2 dan kemudian Divisi 9, dan kemudian ditambahkan Korps Lintas Udara ke-187 Angkatan Darat AS, artileri darat, yang dikerahkan secara berturut-turut, yang keseluruhan pasukan sebanyak 60.000 orang, lebih dari 300 artileri dengan kaliber 105 ke atas, dan lebih dari 170 tank digunakan untuk merebut titik pertahanan PVA dengan pasukan 2 kompi.
Ini mungkin merupakan peristiwa unik di medan perang Korea.
Saat kedua kompi di Shangganling bertempur dalam pertempuran berdarah, Wang Jinshan, komandan Korps Ketiga, menerima tiga panggilan telepon berturut-turut dari Peng Dehuai dari Tiongkok.
Peng Dehuai dengan jelas menduga arah serangan Van Fleet adalah Shangganling. Tujuannya adalah menerobos Shangganling dan merencanakan menguasai Wushengshan/Pike's Peak.
Melalui telepon, Peng Dehuai memberi perintah mati kepada Wang Jinshan untuk mempertahankan Shangganling.
"Operasi Showdown" Van Fleet akhirnya dimulai. Mulai 14 Oktober 1952, ratusan ribu peluru artileri dicurahkan ke Shangganling yang luasnya kurang dari empat kilometer persegi setiap hari, Â sehingga pasukan PVA itu seperti duduk di perahu kecil, terbentur gelombang laut yang ganas.
Peng Dehuai menginstruksikan siapa pun yang yang tidak bisa mempertahankan akan bertanggung jawab atas sejarah Korea Utara.
Jadi bisakah tentara kompi ke-1 dan ke-9 mempertahankan Shangganling di bawah serangan gila-gilaan Tentara PBB?
Selanjutnya silakan baca "Operasi Showdown" lawan "Pasukan Terowongan"
Bersambung....