Hari yang panjang di Shangganling
Pada pukul 03.03 14 Oktober 1952, pasukan PBB 18 batalion artileri, mengerahkan 324 meriam, 108 howitzer, dan lebih dari 70 tank melancarkan serangan besar-besaran ke Shangganling.
Van Fleet berencana merebut Shangganling dalam 5 hari dengan mengorbankan 200 korban untuk membalaskan dendam putranya dan mengakhiri karir militernya dengan sukses.
Pada 14 Oktober 1952, di Shangganling, dataran tinggi kecil yang luasnya hanya 3,7 kilometer persegi, lebih dari 300.000 bom dijatuhkan dalam satu hari, rata-rata 6 bom per detik, dan pesawat militer AS menjatuhkan lebih dari 500 bom.
Hari ini dikenal sebagai hari terpanjang di Shangganling.
Zhang Xining -- Mantan Komandan Kompi ke-9 dari Divisi ke-44 Tentara Relawan Korp ke-15 menuturkan: Akibat gempuran bom ke Shangganling, puncak bukit turun merata sejauh 2 meteran, debu setebal 2 meter bercampur dengan serpiah pecahan bom, seluruh pohon habis tumbang dan terbakar, seluruh pepohonan sudah tidak terlihat lagi.
Pada jam 4 pagi subuh 14 Oktober 1952, diketahui bahwa Tentara PBB sedang menyerang Shangganling. Pertemuan darurat segera diadakan di markas militer korps ke-15 yang sedang diadakan oleh Qin Jiwei dan para pemimpin Korps ke-15 sedang diskusi serius, mencoba memahami motivasi serangan militer AS terhadap Shangganling.
Beberapa orang berpikir bahwa militer AS sedang membuat keributan besar. Faktanya, itu hanya tipuan untuk menyerang, agar tentara PVA mengerahkan pertahanan ke arah Xishan untuk mendukung Shangganling, yang menyebabkan kekurangan pasukan mereka di arah Xishan. Kemudian pasukan PBB yang sarat alutsista memanfaatkan situasi tersebut dan menerobos garis pertahanan PVA.
Beberapa orang juga percaya bahwa arah serangan utama Van Fleet adalah Shangganling. Kali ini dia akan melakukan yang sebaliknya dan mengambil langkah berisiko untuk menangkap/menduduki Shangganling dalam satu gempuran.
Apa sebenarnya niat Van Fleet? Saat itu, Qin Jiwei masih belum mengerti. Dia menelepon Wang Jinshan, komandan Korps Ketiga PVA. Wang Jinshan juga merasa bahwa kedua kemungkinan itu ada, dan dia tidak dapat mengambil keputusan, jadi Wang Jinshan menelpon ke Tiongkok pagi-pagi sekali, membangunkan Peng Dehuai yang sedang dirawat di Tiongkok karena sakit. Setelah mendengarkan laporan Wang Jinshan, Peng Dehuai terdiam lama. Dia mengatakan bahwa Pike's Peak/ Wushengshan adalah pintu gerbang ke pusat Korea Utara. Jika PVA kehilangan Wushengshan, Â maka PVA akan mundur 200 kilometer tanpa bisa bertahan. Anda harus ingat bahwa siapa pun yang kehilangan Wushengshan akan bertanggung jawab atas sejarah Korea Utara.