Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Pertempuran Bukit Shangganling di Perang Korea (1)

20 Juli 2024   08:36 Diperbarui: 20 Juli 2024   15:43 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: imbd + en.wikipedia.org

Perang Korea adalah perang antara Republik Rakyat Demokratik Korea (Korea Utara) dan Republik Korea (Korea Selatan) di Semenanjung Korea. Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dan (mantan) Uni Soviet mengirimkan pasukan untuk mendukung Korea Utara.

Pasukan PBB yang terdiri dari 16 negara (terutama AS dan dukungan 22 negara) mengirimkan pasukan untuk mendukung Korea Selatan. Setelah konflik di Paralel ke-38 dan Insiden 3 April di selatan, Tentara Rakyat Korea melintasi Paralel ke-38 dan menginvasi Korea Selatan pada 25 Juni 1950. Perang dimulai perang satu demi satu, dan akhirnya pada tahun 1953 "Perjanjian Gencatan Senjata Korea" ditandatangani di Panmunjom pada 27 Juli 1953.

Zona demiliterisasi antara Korea Utara dan Selatan ditetapkan sebagai zona penyangga berdasarkan garis kendali sebenarnya selama gencatan senjata. Konflik diplomatik dan konfrontasi militer antara wilayah utara dan selatan Semenanjung Korea masih terjadi hingga saat ini.

Perang Korea juga mempengaruhi situasi geopolitik Tiongkok dan membentuk konfrontasi antara kedua sisi Selat Taiwan.

Perang Melawan Agresi AS dan Membantu Korea, juga dikenal sebagai Gerakan Melawan Agresi AS dan Membantu Korea, atau Perang Melawan Agresi AS dan Membantu Korea, adalah bagian dari Perang Korea yang pecah pada awal tahun 1950-an hingga tahap ketika Relawan Rakyat Tiongkok (PVA/Chinese People's Volunteer Army) berpartisipasi dalam perang, dan juga mencakup gerakan massa rakyat Tiongkok untuk mendukung rakyat Korea dalam melawan agresi AS. Pada 10 Juli 1950, "Komite Kampanye Rakyat Tiongkok untuk Menentang Invasi AS ke Taiwan dan Korea" dibentuk, dan gerakan untuk melawan agresi AS dan membantu Korea dimulai.

Perlu dicatat bahwa "Perang Melawan Agresi AS dan Membantu Korea" dalam konteks pemerintah RRT dan kalangan akademisi mengacu pada periode sejarah sejak 25 Oktober 1950, ketika Relawan Rakyat Tiongkok (PVA) ikut serta dalam perang, hingga tanggal efektif Perjanjian Gencatan Senjata Korea.

Pertempuran antara Tentara Rakyat Korea dan Tentara Nasional Korea Selatan dari 25 Juni hingga Oktober 1950 disebut sebagai "Perang Saudara Korea" oleh pemerintah RRT.

Perang Melawan Agresi AS dan Membantu Korea

Dalam periode ini ada pertempuran besar yang sebagian besar hasil akhir dimenangkan pasukan  ralawan Tiongkok, tapi dengan pengorbanan yang besar dari kedua belah pihak,  antara lain:

Pada 19.10.1950 Pasukan Relawan Rakyat Tiongkok menyeberangi Sungai Yalu.

Pada 10.25.1950 Pertempuran pertama dimenangkan.

Pada 1950.11.25 Pertempuran Tokchon di Front Barat. Pertempuran Front Timur Waduk Chosin.

Pada 1950.12.31 Pertempuran ketiga berhasil menembus Sungai Rimjingang

Pada 25.01.1951 Pertempuran Keempat: Kontes di Garis Parallel ke-38 (38th Parallel)

Pada 1951.04.22 Pertempuran kelima, pertarungan hidup dan mati

Pada 10.14.14 Pertempuran Bukit Shangganling yang sangat berdarah

Pada 19.07.19 Perundingan perdamaian Panmunjeom

Dalam tulisan ini, khusus akan dikisahkan tentang pertempuran sengit yang berdarah-darah di Bukit Shangganling, yang sangat tidak seimbagan altusista antara pasukan PBB yang canggih dan pasukan bertahan dari Relawan Tiongkok (PVA) yang terbelakang.

Pertempuran Shangganling "Operation Showdown"

Pertempuran Shangganling juga disebut Pertempuran Bukit Segitiga, juga dikenal sebagai Operasi Showdown atau Kampanye Shangganling adalah sebuah pertempuran militer yang berkepanjangan selama Perang Korea.  

Kombatan utama adalah dua divisi infanteri Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dengan dukungan tambahan dari Angkatan Udara Amerika Serikat, melawan unsur Korps ke-15 dan ke-12 Tentara Relawan Rakyat Tiongkok (PVA/Chinese People's Volunteer Army) untuk menguasai "Segitiga Besi" dan berlangsung dari 14 Oktober hingga 25 November 1952.

Pada tahun 1952, Perang Korea memasuki tahun ketiganya. Baik pasukan Tiongkok/PVA dan Korea Utara serta pasukan PBB agak kelelahan. Kedua belah pihak melepaskan strategi tempur skala besar mereka, membangun posisi di Paralel ke-38, konfrontasi defensif dimulai, dan kedua belah pihak juga meluncurkan negosiasi yang tidak lancar mengenai gencatan senjata di Semenanjung Korea. Pada saat ini, medan perang Korea memasuki situasi sulit yang tidak dapat digoyahkan atau didiskusikan.

Sumber: nationalmuseum.af.mil
Sumber: nationalmuseum.af.mil

Suatu pagi di bulan Juni 1952, sebuah pembom B-26 Amerika yang dijuluki "Predator" muncul di langit Korea Utara. Pesawat tersebut dikemudikan oleh seorang kapten AS bernama Van Fleet, yang sedang melakukan misi pengintaian. Saat sedang melakukan misi pengintaian, tidak diketahui pihak PBB bahwa kelompok artileri antipesawat PVA sudah mengincarnya. Setelah ledakan tembakan artileri, pesawat itu jatuh dan semua awak pesawat tewas.

Sumber: korea.stripes.com
Sumber: korea.stripes.com

Telegram tentang tewasnya kapten Van Fleet Jr. dengan cepat dikirim kepada komandan militer Kedelapan AS, Jenderal James Alward Van Fleet. Setelah menerima telegram tersebut, sang jenderal berusaha mengendalikan emosinya, seolah-olah yang meninggal bukanlah putranya.

Jenderal Van Fleet Sr., yang sebelumnya tidak pernah minum minuman keras, ketika kembali ke kamarnya pada malam hari, mengambil segelas anggur sendirian, dan kesedihannya berubah menjadi keinginan kuat untuk membalas dendam. Dia ingin para PVA membayar harganya dengan darah.

Namun waktu yang tersisa untuk Van Fleet tidak banyak lagi. Menurut New York Times bulan September 1952 yang memuat berita bahwa Van Fleet Sr. akan digantikan seseorang untuk dipindahkan.

Sumber: imdb.com
Sumber: imdb.com

Inilah Van Fleet Sr, lahir pada tahun 1892, yang saat itu berusia enam puluh tahun dan telah mencapai usia pensiun. Masuk akal untuk dipindahkan ke belakang, tetapi ketika seseorang memberi tahu Van Fleet berita itu, dia berteriak bahwa saya tidak akan pergi ke mana pun, dan saya akan pensiun pada bulan Januari atau Februari tahun depan. Saya akan bertarung di Korea Utara selama beberapa bulan sampai saya pensiun dan kemudian pulang. Van Fleet membutuhkan kemenangan untuk menghormati putranya dan mengakhiri karir militernya dengan bermartabat. Dalam hatinya, dia merencanakan serangan skala besar yang hampir gila-gilaan, yang ditujukan langsung ke Shangganling.

Lokasi dan medan

Sumber: en.wikipedia.org
Sumber: en.wikipedia.org

Sanggam-ryng/Shangganling atau Triangle Hill (Bukit Segitiga) sebagaimana dinamai oleh komando PBB, adalah bukit berhutan yang tampak berbentuk V jika dilihat dari udara atau di peta. Bukit 598 terletak di ujung V dan menghadap ke lembah Gimhwa kurang dari 2 km (1,2 mil) ke selatan. Dari puncak ini, dua punggung bukit memanjang ke timur laut dan barat laut. Punggungan di sebelah barat laut didominasi oleh bukit yang dijuluki "Pike's Peak (Wushengshan)". Yang lainnya menghubungkan ke sepasang bukit yang dijuluki "Jane Russell". Punggungan yang kurang menonjol, bernama Sandy, melandai ke timur. Di seberang lembah Sandy ada Sniper Ridge.

Sasaran langsung PBB adalah Triangle Hill (381917LU 1272752E), sebuah punggung bukit berhutan di dataran tinggi 2 kilometer (1,2 mil) di utara Gimhwa-eup. Bukit itu ditempati oleh para veteran Korps ke-15 PVA. Selama hampir sebulan, pasukan AS dan Tentara Republik Korea (ROK) melakukan upaya berulang kali untuk merebut Triangle Hill dan Sniper Ridge yang berdekatan. Meskipun terdapat keunggulan dalam artileri dan pesawat, meningkatnya jumlah korban di PBB mengakibatkan serangan dihentikan setelah 42 hari pertempuran, dan pasukan PVA kembali ke posisi semula.

Di tengah Paralel ke-38 Korea Utara, terdapat dua bukit kecil bernama Shangganling di sisi selatan Pike's Peak (Gunung Wushengshan). Meskipun ini juga merupakan posisi garis depan PVA, belum pernah terjadi pertempuran yang relatif sengit di Korea Utara. Namun, pada bulan Juni 1952 setelah bulan Agustus, komandan koalisi mulai sering datang ke daerah ini, dan pesawat militer AS sering melayang di sini di ketinggian rendah untuk melakukan kegiatan pengintaian posisi PVA Tiongkok dan tentara Korea Utara.

Sumber: CCTV China
Sumber: CCTV China

Ini adalah dataran tinggi 597,9 dan puncak utama 537,7, yang secara kolektif dikenal sebagai Shangganling, dengan ketinggian lebih dari 500 meter, di belakangnya terdapat Pike's Peak (Gunung Wushengshan) dengan ketinggian 1061,7.

Terdapat jalan antara dan Pegunungan Barat yang berdekatan, mengarah langsung ke Dataran Pyongkang di belakang. Jika militer AS yang sangat sarat dengan alutsista mobil menerobos ke Dataran Pingkang, itu akan menghancurkan seluruh Garis ke-38 dan mengancam sistem pertahanan PVA (Tiongkok).

Sumber: 163.com
Sumber: 163.com

Ini adalah Qin Jiwei, komandan PVA Korps ke-15 pada saat itu, dia baru saja menginjak usia 38 tahun, dia berasal dari Hong'an, Provinsi Hubei, dan bergabung dengan korps sukarelawan Tiongkok pada usia 13 tahun ketika masa Perang Pembebasan, ikut serta dalam Long March dan perang Anti-Jepang. Dia memiliki keterampilan tertentu ketika memimpin pasukan untuk berperang.

Namun, sejak Korps PVA ke-15 mengambil alih pertahanan Shangganling pada bulan April 1952, Qin Jiwei menempatkan kekuatan pertahanan utama di jalan utama yang mengarah ke Dataran Pyongkang.

Dan di setiap puncak bukit Shangganling, hanya ditempatkan satu kompi untuk pertahanan. Kenapa hal ini dilakukan?

Karena militer AS pada saat itu tampaknya di tempatkan dataran di sebelah barat Shangganling, mengingat dan mobilitas pasukan militer AS yang ditunjang alutsistanya yang ada di sana. Jika pasukan utama Korps ke-15 ditempatkan ke arah Sahngganling dan pasukan AS dan PBB yang sarat alutsista mekanik menyerang dengan memanfaatkan keungulan mereka, maka pasuka PVA jelas tidak akan mampu menahannya.

Selain itu, dua dataran tinggi di Shangganling sama-sama berada pada ketinggian lebih dari 500 meter di atas permukaan laut, pegunungannya curam dan lebih mudah dipertahankan serta sulit diserang. Tank AS tidak bisa melaju ke sana sama sekali. Qin Jiwei berpikir jika militer AS ingin menerobos ke dataran, mereka hanya bisa mengambil jalan utama. Tidak mungkin menyerang gunung.

Menempatkan satu kompi di setiap tempat tinggi seharusnya sudah cukup. Qin Jiwei menamakan rencana pertahanannya sebagai "one-end sinking/satu bantal", dikarenakan pertahanan "one-end sinking" ini membuat Van Fleet melihat ada peluang untuk melampiaskan balas dendamnya.

Van Fleet Sr. lulus dari Akademi Militer West Point. Dia sangat suka bermain rugby ketika dia masih di sekolah. Dia adalah pemain ofensif, jadi gayanya di medan perang serupa, dia datang dengan ide yang berani, akan lebih mudah untuk berhasil jika memfokuskan serangan di daerah pegunungan seperti Shangganling daripada menggunakan taktik penyisipan pasukan bermotor konvensional.

Sun Tzu dalam Chinese Art of War mengatakan: Serang musuh secara tiba-tiba, ketika musuh tidak siap, ambilah hal yang tidak terduga.

Selama beberapa hari, Van Fleet menatap peta seperti orang kesurupan, memikirkan rencana serangan di benaknya.

Suatu hari di pertengahan September 1952, dia dengan sungguh-sungguh menyampaikan rencananya yang dibuat dengan cermat yang disebut "Operasi Showdown" kepada bos barunya, Panglima Tertinggi PBB yang baru, Clark, membuka rencana tersebut dan tiba-tiba tertarik olehnya dengan beberapa kata kunci dalam rencana ini. Hanya membutuhkan 200 orang dan dalam 5 hari untuk menaklukkan Shangganling.

Sumber: imbd + en.wikipedia.org
Sumber: imbd + en.wikipedia.org

Clark dan Van Fleet Sr. adalah teman sekelas di Akademi Militer West Point. Dia memahami suasana hati Van Fleet dengan sangat baik. Sebelum teman sekelas lamanya pensiun, Clark juga ingin memberi Van Fleet kesempatan untuk memenuhi keinginannya, dengan cepat  rencana itu disetujui karena alasan yang mendalam selain persahabatan antar teman sekelas.

Hasil di medan pertempuran akan selalu mempengaruhi hasil di meja perundingan, sehingga kegagalan di meja perundingan juga akan merangsang setiap pihak untuk mencari terobosan di medan perang.

Apalagi saat itu kebetulan bertepatan dengan pemilu presiden AS, antara Partai Demokrat dan Partai Republik sedang bersaing, sebelum pemilu, mereka membutuhkan kemenangan yang bisa diraihnya untuk membangun momentum pemilu presiden dalam negeri. Perang Korea tidak boleh menghalangi presiden dari Partai Demokrat.

Maka dimulailah "Opersi Showdown", Panglima Operasinya adalah Jenderal James Alward Van Fleet. Bersambung.... (akan diposting dalam 5 serie)

Pertempuran Bukit Shangganling di Perang Korea (2)

Sumber: Media TV dan Tulisan Luar Negeri

https://en.wikipedia.org/wiki/Battle_of_Triangle_Hill

https://korea.stripes.com/health/the-sacrifices-of-gen-van-fleet-and-his-son.html

https://www.psywarrior.com/KoreaSCP.html

http://www.mod.gov.cn/gfbw/gfjy_index/js_214151/4843738.html

http://taihangsummit.com/407e0a32f9/

https://www.163.com/dy/article/IQO2H4I405566RY0.html

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun