Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Kisah Lahirnya Bom Atom Pertama Tiongkok (4)

8 Juli 2024   08:36 Diperbarui: 8 Juli 2024   08:42 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: CCTV China
Sumber: CCTV China

Jia Hao -- Penguji bom atom pertama menuturkan kemudian: Sekarang kalau dipikir-pikir, saya merasa sedikit gugup juga sedikit takut. Saat itu saya masih muda dan merasa badan saya masih oke, jadi saya naik saja. Kalau tidak ada masalah, jarak antar tangganya sekitar setengah meter, dan ada satu bingkai pelindung bulat satu meter dibelakangnya, jika berbalik tidak akan bisa kembali, tapi jika tidak bisa menginjak kaki dengan tepat pasti terjatuh, ketika kamu naik sampai setengah kaki mejadi lemas, tapi kamu tidak bisa mundur, mau tidak mau harus terus naik untuk tetap menyelesaikan misi, setelah sampai di atas nafas terengah-engah, butuh waktu lama untuk meredahkan nafas.

Pengamat dan perekam sejarah menemukan materi video di sini untuk melihat bagaimana rasanya ketika mereka mulai bekerja kembali. Para teknisi saat itu berjalan naik turun menara 100 meter seperti ini siang malam sebelum uji coba nuklir terlaksana, dengan hati-hati merawat peralatan di menara dan bom atom yang akhirnya naik ke menara.

Namun dibandingkan dengan penderitaan saat memanjat menara, iklim Gurun Gobi yang keras adalah musuh terbesar mereka.

Bekerja di Gurun Gobi, mereka harus menanggung suhu tinggi 40 derajat di musim panas, angin kencang level 10 di musim gugur, dan suhu dingin minus 30 derajat di musim dingin, suatu saat cuaca bagus seketika berubah menjadi buruk, begitu terus sering berubah-ubah, pendek kata cuaca selalu ekstrim.

Sumber: user.guancha.cn
Sumber: user.guancha.cn

Dalam menghadapi perubahan iklim yang ekstrim yang begitu, bagi manusia sulit untuk bisa bertahan, apalagi untuk perangkat presisi seperti bom atom. Dimana suhu ruang ledakan di menara harus dijamin antara 15 derajat Celcius hingga 25 derajat Celcius, apa pun perubahannya di lingkungan luar.

Sekarang asumsikan bom atom telah diangkut ke ruang ledakan di bagian atas menara. Teknisi memasukkan detonator untuk mematikan peniup udara panas dan segera mundur. Pada saat ini, suhu ruang ledakan bagian atas akan turun secara perlahan karena tidak adanya peniup udara panas. Sekarang kita harus mengetahui suhu ruang ledakan. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menurunkan suhu dari 25 derajat menjadi 15 derajat untuk menjamin keamanan pengujian?

Perbedaan waktu ini sulit dihitung dengan menggunakan metode perhitungan teoritis, karena tidak mungkin memprediksi seberapa tebal ruangan kecil di atas dan seberapa dingin suhu pada hari uji ledakan.

Jadi satu-satunya cara adalah mematikan peniup udara panas saat cuaca paling dingin di luar, lalu terus mengukur suhu ruang kecil itu. Siapakah yang akan menyelesaikan tugas ini?

Itu anak muda yang ada di pojok kanan bawah foto  di atas. Namanya Zhu Jianshi, dia adalah lulusan Departemen Matematika dan Mekanika Universitas Peking. Begitu dia lulus, dia ditugaskan ke Akademi Kesembilan untuk melakukan penelitian teoritis tentang bom atom . Mari kita dengar tanggapannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun