Di lokasi pedalaman Gurun Gobi ini adalah ruang kendali bawah tanah tempat uji coba "kombinasi rudal dan bom atom" pertama Tiongkok dilakukan. Di sinilah perintah penyalaan untuk rudal permukaan-ke-permukaan Dongfeng-2 pertama Tiongkok yang membawa hulu ledak dikeluarkan sebagai pusat komando.
Uji coba peluncuran "kombinasi rudal dan bom" ini membawa hulu ledak nuklir, yang sangat berisiko. Sebelum memasuki ruang kendali bawah tanah, posisi "Tujuh Prajurit Berani Mati" menyerahkan surat "perpisahan" kepada organisasi partai/negara, yang berbunyi, "Jika harus mati di medan ini, maka kuburkanlah jasadku di sisi rudal"
Kita bisa lihat sebenarnya ini hanyalah sebuah ruangan kecil berukuran tujuh atau delapan meter persegi, mengadopsi struktur hemispherical, hal ini karena struktur hemispherical memiliki kekuatan paling tinggi dan dapat secara efektif membuyarkan tekanan bila dibangun di bawah tanah.
Kini masih dilihat bahwa baris-baris di dinding semuanya merupakan antarmuka (interace) kabel dari Departemen Peralatan Kontrol Rudal. Meskipun ruang kendali bawah tanah ini telah menjadi sejarah yang kini berdebu, di sini merupakan saksi misi rudal "Dongfeng" menderu-deru membawa hulu ledak nuklir, serta keberanian dan kebanggaan para personil CASIC.
Keberhasilan peluncuran rudal+hulu ledak nuklir ini, menjadi garis pemisah sejarah di langit. Sejak saat itu, Tiongkok benar-benar memiliki kekuatan pencegah (deterrence) yang strategis.
Segenap personil CASIC telah menempa dengan darah mereka perisai strategis yang mengelilingi pertahanan dan keamanan nasional RRT. Namun rudal nuklir sebagai penangkal strategis tidak dapat digunakan dalam pertempuran sebenarnya.
Namun saat itu, wilayah udara RRT, termasuk wilayah udara di atas pangkalan nuklir, sedang menghadapi ancaman nyata dari sekelompok "tamu tak diundang".
Mulai tahun 1958, dengan bantuan AS tentara Kuomintang (Taiwan) membentuk "Skuadron Kucing Hitam" yang terdiri dari pesawat pengintai ketinggian tinggi U-2 untuk mengintai wilayah udara daratan Tiongkok secara berulang kali.
Pada bulan April 1965, Cabang Kedua dari bekas Akademi Kelima Kementerian Pertahanan Nasional mulai mengembangkan rudal baru yang mampu mengalahkan U-2. Namanya menarik: Hongqi-2.
Pada bulan Juni 1967, Hongqi-2 berhasil dikembangkan di Beijing, dan Tiongkok akhirnya memiliki sistem senjata pertahanan udara yang dikembangkan secara mandiri.