Mungkin kisah ini bisa menjadi inspirasi dan motivasi bagi kita, tertutama dengan adanya program pemerintahan Prabowo-Gibran yang berkeinginan untuk memajukan industri pertahanan dalam negeri yang akan datang ini.
Seperti dituturkan oleh yang terlibat dalam progam pembuatan rudal tersebut, mereka awalnya dimulai saat-saat Tiongkok masih miskin dan belum maju seperti sekarang, peralatan bubut dan mesin-mesin machiningnya masih konvensional model kuno, terowongan angin (wind tunnel) tidak mempunyai, tapi mereka mengakali dengan menggunakan terowongan di bukit dengan semburan dari mesin pesawat kuno H-5, namun atas ketekunan timnya akhrinya berhasil.
Mari kita mulai kisahnya dari sebuah stasiun kereta di luar kota sebelah barat daya Beijing.
Ini adalah peron kereta api yang terletak di pinggiran barat daya Beijing. Kini telah terkena angin dan matahari selama lebih dari setengah abad dan sepertinya telah dilupakan oleh waktu. Marilah kita mulai dari tempat ini sebagai titik awal pengambilan gambar karena stasiun ini telah menyaksikan masa lalu yang tidak banyak diketahui orang zaman kini.
Itu adalah cerita tentang pengembangan rudal jelajah Tiongkok. Untuk setiap uji peluncuran, semua instrumen dan peralatan akan dimuat ke kereta dari sini dan dibawa di sepanjang jalur kereta api ini menuju lapangan tembak gurun yang luas yang jaraknya ribuan kilometer.
Di baliknya adalah pandangan seorang chief engineer bernama Liu Yongcai dan tim, yang mewakili upaya dan harapan mereka selama lebih dari sepuluh tahun.
Liu Yongcai lahir di Changchun, Jilin. Ayahnya meniggal ketika berusia 6 tahun. Keluarganya harus bergantung pada ibunya untuk bekerja di pabrik dan mendirikan warung pinggir jalan untuk memenuhi kebutuhan hidup.