Jarak lepas landas pesawat berbasis kapal induk umumnya hanya 1/10 dari jarak lepas landas pesawat tempur berbasis darat. Mendarat di kapal induk sama sulitnya seperti menari di ujung pisau.
Diperlukan serangkaian bentuk dan desain struktur aerodinamis yang terarah. Desain tata letak aerodinamis pesawat tempur berbasis kapal induk dimulai dari tata letak sayap terbentang besar yang memenuhi kemampuan tempur ketinggian dan kecepatan tinggi.
Dikembangkan menjadi tata letak sayap samping yang memanfaatkan pusaran yang memisahkan diri untuk meningkatkan kemampuan manuver udara, dan dengan kemajuan teknologi desain terintegrasi aerodinamis/siluman.
Dengan mengembangkan pesawat jet tempur generasi keempat dengan performa siluman tinggi, kemampuan jelajah supersonik, kemampuan manuver over-stall, dan kemampuan memuat senjata tertanam (tersembunyi didalam).
Desain tata letak aerodinamis pesawat tempur siluman berbasis kapal induk. Hal ini tidak hanya membutuhkan trade-off yang komprehensif antara lepas landas pendek dan mendarat di permukaan kapal serta kemampuan manuver yang tinggi di udara.
Hal ini juga harus berada di bawah batasan yang kuat dari berbagai aspek. jurusan seperti siluman, kinerja, stabilitas, dan bobot.
Dengan melakukan desain optimal dalam domain desain yang sangat sempit. Baik itu untuk pesawat sayap tetap (fixed wings) atau sayap swept variabel. Baik itu tata letak sayap bebek atau tata letak biasa. Baik itu sayap atas, atau sayap bawah. Bahkan tata letak sayap terbang murni tanpa ekor. Pesawat berbasis kapal induk dengan tata letak aerodinamis seperti ini selama ini telah berhasil digunakan pada kapal induk.
Misalnya, "Rafale M" sayap tunggal dengan tata letak canard, Su-33 dengan tata letak canard (sayap bebek) konvensional dan permukaan tiga sayap campuran, F-4 "Phantom" sayap tunggal dengan tata letak konvensional, "Sea Vixen" dengan sayap tunggal dalam tata letak double tail-stay, F/A-18 "Hornet" dengan sayap tunggal dalam tata letak konvensional, F-14 "Tomcat" dengan tata letak konvensional diubah menjadi sayap menyapu (swept wing), X-47B UAV dengan tata letak sayap terbang tak berekor.
Boleh dikatakan pesawat dengan berbagai desain tata letak telah membuktikan kemampuannya menjadi pesawat berbasis kapal induk.
Pertanyaan lama tentang "pesawat jenis apa yang tidak berpotensi untuk ditempatkan di kapal" semakin kehilangan maknanya.
Ambil contoh sayap bebek (Canard) Â yang familiar sebagai contoh, Canard pasti dapat menghasilkan daya angkat yang lebih besar, pesawat berbasis kapal induk dapat dengan cepat melakukan "head-up (mendongak)" dan mencapai lepas landas dalam waktu singkat.