Kecintaan Huang terhadap negaranya bertahan hingga akhir hayatnya. Di hari-hari terakhirnya, Huang tetap menjawab pertanyaan para siswa sambil menerima transfusi, memberikan tugas, dan menulis surat rekomendasi untuk rekan-rekannya. "Idealnya, saya ingin menjadi pionir yang berkorban," Huang menyatakan dalam wawancara terakhir dalam hidupnya pada tanggal 5 Desember 2016. "Saya sudah berusia lima puluhan. Saya berharap dapat melakukan sesuatu untuk membuat pekerjaan ilmiah lebih mudah bagi masyarakat Tiongkok di masa depan."
Huang Danian pernah menulis dalam uraian tugas di almamaternya: "Melihat kembali pilihan awal saya, saya tidak pernah menyesalinya. Plot tanah air orang tua saya telah menemani pertumbuhan, kedewasaan, dan kesuksesan saya, serta telah memengaruhi hampir semua pilihan dalam hidupku. Bahwa Tanah Air di atas segalanya!"
Sekitar empat bulan setelah Huang meninggal, putrinya, Huang Xiao, mengatakan kepada Xinhua (kantor berita Tiongkok) bahwa keluarganya masih diliputi kesedihan.
"Seperti kebanyakan ayah yang penyayang, ayah saya berharap saya bisa belajar dengan baik. Yang lebih penting, dia ingin saya tumbuh menjadi seseorang yang berguna bagi masyarakat," katanya.
"Ayah saya selalu ingin mengabdi pada tanah airnya, dan ingin menjadi orang yang membantu sesama," tambahnya.
Huang Xiao mengatakan dia bangga mengetahui bahwa karya ayahnya diakui oleh tanah airnya, dan dia dihormati sebagai "patriot yang tulus dan teladan" bagi para diaspora yang kembali ke negerinya.
Pada bulan Mei 2017, Presiden Tiongkok Xi Jinping memuji karya Huang dan meminta masyarakat untuk belajar dari ilmuwan terkemuka tersebut.
"Sekarang dengan kepergian ayahku, aku berharap ibuku dapat terus menikmati sisa hidupnya sementara aku membesarkan putraku dengan baik," kata Huang Xiao, "Begitulah caraku membalas budi ayahku."
Sumber: Media TV dan Tulisan Luar Negeri
http://www.chinadaily.com.cn/interface/zaker/1143604/2017-06-10/cd_29695566.html
https://www.pressreader.com/china/china-pictorial-english/20170908/281496456446884