Dengan membaiknya status ekonomi Tiongkok dan pengaruh internasionalnya, dalam situasi seperti itu, tentu saja AS adalah negara yang paling merasakan paling disaingi.
Jadi sejak tahun 2014, kita dapat melihat beberapa perubahan baru dalam hubungan antara Tiongkok dan AS.
Pertama, Presiden Obama mengusulkan orang ke Asia Pasifik yang disebut "people to Asian Pacific". Â Strategi Asia Timur (2009--2017) yang dicanangkan oleh Presiden AS Barack Obama, juga dikenal sebagai Pivot to Asia, mewakili perubahan signifikan dalam kebijakan luar negeri AS sejak tahun 2010-an. Strategi ini mengalihkan fokus Amerika dari kawasan Timur Tengah dan Eropa. dan mengizinkan Tiongkok untuk berinvestasi besar-besaran dan membangun hubungan di negara-negara Asia Timur dan Asia Tenggara, khususnya negara-negara yang berdekatan dengan RRT baik secara ekonomi, geografis, atau politik untuk melawan kebangkitan Tiongkok sebagai negara adidaya yang menyaingi AS.
Yang disebut kembalinya ke Asia-Pasifik berarti setiap angkatan laut Armada Keenam AS yang semula dikerahkan di Mediterania Eropa akan dipindahkan ke Asia untuk memperkuat armada regional, armada regional di Pasifik.
Lalu kenapa AS melakukan hal tersebut? Yang jelas ingin menggunakan kekuatan militer untuk membendung Tiongkok. Lalu setelah Obama, presiden AS berikutya Donald Trump juga mulai meluncurkan perang dagang dan parang teknologi melawan Tiongkok.
Dan mereka pada dasarnya menggunakan beberapa alasan yang tidak berdasar untuk menekan Tiongkok, dengan tujuan yang sama untuk membendung perkembangan Tiongkok, dan sekarang Biden telah berkuasa.
Boleh dikatakan ada sedikit tren sejak Biden berkuasa. Di permukaan, dia mengatakan bahwa AS tidak akan menghalangi pembangunan Tiongkok. Namun mulai dari Obama, dia kembali ke kekuatan militer Asia-Pasifik untuk membendung Tiongkok. Dia memilih untuk membentuk aliansi AS, Australia dan India. Ini adalah aliansi militer, dan juga ingin memimpin NATO untuk memperluas ke arah timur ke Asia untuk membendung Tiongkok dengan kekuatan yang kuat.
Kemudian perang dagang yang dimulai di era Trump yang menaikkan tarif, dan selanjutnya juga tidak mengalami penurunan sama sekali, ada juga perang teknologi yang terus memasukkan perusahaan-perusahaan teknologi tinggi Tiongkok ke dalam daftar entitasnya.
Pada saat yang sama, Biden juga ingin menggunakan ideologi untuk memecah belah negara-negara demokrasi, dia meyakini bahwa Tiongkok bukanlah negara yang memiliki sistem demokrasi yang sama dengan mereka, kemudian membentuk aliansi negara-negara demokratis dengan tujuan untuk membendung perkembangan Tiongkok.