Raimondo pernah secara langsung menyatakan bahwa dia yakin Huawei sama seperti Tiongkok itu sendiri. Jika Huawei dikalahkan, fondasi teknologi Tiongkok juga akan terguncang.
Hal ini juga yang menjadi alasan mengapa banyak pihak di AS memiliki sikap yang rumit terhadap Huawei.
Apple-Tim Cook dan American Semiconductor Association menganggap Huawei sebagai pesaing komersial yang kuat. Namun setelah terobosan chip Kirin milik Huawei muncul, mereka kehilangan kebutuhan untuk terus menggunakan mesin negara untuk menekan Huawei.
Namun di mata tim Biden, Huawei bukan sekadar Huawei melainkan simbol penting kebangkitan teknologi Tiongkok, mewakili naik turunnya persaingan teknologi Tiongkok-AS dan menentukan hidup dan mati kedua negara besar tersebut.
Oleh karena itu, mereka tidak pernah mau menyerah dan berhenti untuk menekan dengan sanksi dan terus menerapkannya sampai akhir, namun mereka melupakan satu hal, yaitu karena pemutusan pasokan, blokade, dan sanksi yang mereka lakukan sehingga memaksa Huawei dan lebih banyak perusahaan teknologi Tiongkok lainnya untuk mengambil jalur independen ini.
Bahkan kini menjadi lebih kuat dari empat tahun lalu, Huawei BG CEO Yu Chengdong mengatakan bahwa sebelum sanksi AS, mereka diam-diam mempercayai rantai pasokan global. Tapi mungkin suatu malam Biden tiba-tiba terbangun dan akhirnya menyadari bahwa blokadenyalah yang bisa memaksa Tiongkok menjadi yang paling kuat.
Setelah menyaksikan insiden terkait Huawei, Menteri Perdagangan AS Raimondo mengklaim pasca kembali dari Tiongkok bahwa dia masih tidak percaya bahwa Tiongkok memiliki kemampuan untuk memproduksi chip 7nm secara massal. Alasan di balik pernyataan ini adalah bahwa AS masih memiliki "senjata" cadangan yaitu "mesin litografi"
Tim Biden sangat yakin bahwa selama mereka dapat mempertahankan penghalang terakhir mesin litografi, masih belum ada harapan bagi Huawei untuk bisa menembus membuat chip Tiongkok.
Namun hal yang tak terpikirkan oleh Biden tetap terjadi, dimana yang sebelumnya Tiongkok dituduh "tukang niru" "besar tapi tidak kuat" tetapi kenyataan iptek Tiongkok sebenarnya selalu sangat kuat.
Lagi pula, di era globalisasi, negara atau perusahaan mana yang tidak memiliki atau sedilit banyak menggunakan teknologi asing?
Namun AS tidak senang melihat kemajuan teknologi Tiongkok yang mulus, sehingga mereka terus menerapkan sanksi dan blokade, dan terus meningkatkan persyaratan berat terhadap teknologi Tiongkok.