Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Pembangunan Pangkalan AL Ream Kamboja Menjadi Rebutan AS dan Tiongkok

13 Agustus 2023   17:13 Diperbarui: 13 Agustus 2023   18:01 691
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kamboja akan "meningkatkan" pangkalan angkatan laut Ream, tetapi tidak membutuhkan "bantuan" AS.

"The Washington Post" kemudian menerbitkan setidaknya enam artikel panjang yang menjelekkan kerja sama Tiongkok-Kamboja.

Pada tahun 2021, ketika Biden berkuasa, AS berganti jurus dalam merayu Kamboja. Biden berjanji pada KTT "ASEAN-AS" bahwa AS akan menyumbang 60 juta dolar AS untuk membantu negara-negara Asia Tenggara memerangi penangkapan ikan ilegal dan kejahatan laut.

Jika Kamboja bersedia menyerahkan Ream ke AS untuk pembangunannya, Biden juga akan memberikan bantuan tambahan.

Angkatan Laut Kamboja hanya memiliki 15 kapal patroli dan 170 kapal cepat kecil, bahkan tidak ada kapal perang dengan bobot muat lebih dari 1.000 ton.

AS, Inggris, Australia, dan Jepang seakan berbaik hati semuanya bersedia menyumbangkan kapal perang bekas ke Kamboja, tetapi Kamboja menolak untuk menerimanya. Rumor ini tampaknya dikonfirmasi seolah benar di media Barat.

Pada tahun 2021, Kamboja memutuskan untuk menyerahkan Pangkalan Angkatan Laut Ream ke Tiongkok untuk dibangun, karena Hun Sen memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi terhadap Tiongkok. Selain itu incaran AS terhadap Ream juga menjadi alasan utama tekad Kamboja.

Fokus pembangunan Kamboja bukanlah militer, tetapi jika pangkalan Ream dikendalikan oleh AS, pasti akan mempengaruhi hubungan antara Tiongkok dan Kamboja. Hun Sen adalah tokoh politik yang pragmatis. Dia tahu bahwa tidak mungkin melakukannya di saat yang sama: mengandalkan Tiongkok untuk ekonomi dan mengandalkan AS untuk militer.

Memang terdapat politisi di beberapa negara memiliki lamunan semacam ini, dan Hun Sen bukanlah politisi ingusan seperti yang diperkirakan Barat dan AS. Dia adalah orang kuat politik yang bangkit dari kematian. AS tidak dapat menakut-nakuti Hun Sen dan tidak dapat menggunakan "demokrasi dan liberalisme" untuk membodohi Hun Sen.

AS telah sampai pada titik di mana tidak ada yang bisa dilakukan. Pada tahun 2022, Ferrara, atase militer Kedutaan Besar AS di Kamboja, tampil dan mengatakan bahwa dia akan "mengunjungi" pangkalan angkatan laut Ram. Tapi Kamboja hanya mengizinkannya dia mengunjungi kafetaria, gimnasium, dan toilet yang sedang dibangun dan direnovasi.

Ferrara bersikeras untuk "berpartisipasi" di bagian inti proyek, dan Hun Sen bertanya: Apakah Anda di sini untuk berkunjung atau menyelidiki?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun