Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Tiongkok Mengetatkan Ekspor Galium dan Germanium untuk Merespon Sanksi AS

3 Agustus 2023   18:00 Diperbarui: 3 Agustus 2023   18:05 618
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menurut para ahli, galium dan galium-nitrida merupakan bahan kunci untuk semikonduktor generasi ketiga, sedangkan germanium dan galium-arsenida merupakan bahan kunci untuk semikonduktor generasi kedua. Chip yang sering kita katakan disintesis dari silikon, silikon karbida, galium, germanium, dan barang-barang terkait.

Gallium juga dikenal sebagai "makanan baru industri semikonduktor" dan "bangsawan semikonduktor".

Tiongkok mulai membatasi ekspor dua bahan utama industri semikonduktor, atas respon terhadap perang chip dengan AS.

Media luar negeri percaya bahwa pembatasan Tiongkok pada ekspor dua logam langka ini dan barang-barang terkait telah secara mendasar membatasi pembuatan chip kelas atas, dan merupakan tindakan balasan timbal balik terhadap AS, Belanda, Jepang, dan negara-negara lain yang membatasi ekspor produk chip dan teknologi ke Tiongkok.

Tiongkok membatasi ekspor logam langka kepada AS dan sekutu, dengan harapan meski kalian memiliki teknologi tetapi tidak memiliki bahan, kalian tidak dapat membuat chip.

Dalam hal produksi global, produksi galium Tiongkok menyumbang 90%  hingga  95% dari total dunia, dan produksi germanium menyumbang 68% hingga 80% dari produksi dunia.

Pembatasan ekspor Tiongkok atas bahan ini akan memiliki reaksi berantai langsung pada industri semikonduktor , terutama di chip kelas atas. .

Selain itu, galium dan germanium juga merupakan bahan utama untuk chip komputer dan panel surya.

Keduanya termasuk dalam daftar bahan mentah utama UE dan dianggap "penting bagi ekonomi Eropa".

Pembatasan ekspor Tiongkok akan berdampak lebih besar pada manufaktur chip kelas atas dan industri terkait.

Tiongkok juga mewajibkan perusahaan yang mengajukan ekspor untuk menjelaskan penerima akhir (end users) dan tujuan ekspor, yang akan memastikan bahwa galium, germanium, dan barang-barang terkait tidak akan masuk ke wilayah yang membahayakan keamanan nasional Tiongkok, seperti pembuatan senjata dan bidang lainnya.

Sekarang AS dan Barat masih khawatir apakah Tiongkok juga akan menetapkan pembatasan tanah jarang. Kita tahu bahwa tanah jarang adalah istilah umum untuk 17 jenis logam langka, yang dikenal sebagai "vitamin industri modern".

Di bawah kontrol atau kebijakan baru Tiongkok, lisensi khusus diperlukan untuk mengekspor galium dan germanium dari Tiongkok.

Bahan tersebut digunakan untuk memproduksi chip dan dibutuhkan untuk aplikasi militer.

Pengekangan ini dilakukan setelah AS beulang-ulang melakukan upaya untuk membatasi akses Tiongkok ke teknologi mikroprosesor canggih.

Tiongkok sejauh ini merupakan pemain terbesar dalam rantai pasokan galium dan germanium global. Menurut badan industri Critical Raw Materials Alliance (CRMA), Tiongkok menghasilkan 80% gallium dunia dan 60% germanium,

Galium dan germanium adalah "logam minor", yang berarti bahan tersebut biasanya tidak ditemukan tunggal tersendiri di alam, dan seringkali merupakan produk sampingan dari proses lain.

Selain AS, Jepang dan Belanda yang sekarang merupakan rumah bagi pembuat peralatan chip, terutama ASML, mereka telah memberlakukan pembatasan ekspor teknologi chip ke Tiongkok.

"Waktu/timing pengumuman pelarang ini bukanlah kebetulan, mengingat pembatasan ekspor chip yang diumumkan antara lain oleh Belanda," kata Colin Hamilton dari perusahaan investasi BMO Capital Markets kepada BBC.

"Sederhananya, jika Anda (AS & sekutu) tidak memberi kami (Tiongkok) chip, kami tidak akan memberi Anda bahan untuk membuat chip itu," tambahnya.

Tit-for-tat konstan antara dua ekonomi terbesar di dunia telah menimbulkan kekhawatiran atas munculnya apa yang disebut "nasionalisme sumber daya",  ketika pemerintah menimbun bahan-bahan penting untuk memberikan pengaruh atas negara lain.

"Kami melihat pemerintah-pemerintah negara dunia semakin menjauh dari narasi globalisasi," kata Dr Gavin Harper, peneliti bahan kritis di University of Birmingham.

"Gagasan bahwa pasar internasional hanya akan mengirimkan bahan telah hilang, jika kita melihat gambarannya secara lebih luas, industri Barat mungkin menghadapi sedikit ancaman eksistensial."

Gallium arsenide adalah senyawa galium dan arsenik digunakan dalam chip komputer frekuensi tinggi, serta dalam produksi dioda pemancar cahaya (LED) dan panel surya. Baca:

Chip 1,4nm Fotonik (Photonics) Tiongkok Akan Mementahkan Embargo AS

https://www.kompasiana.com/makenyok/636b9b484addee7e1f0338d2/chip-1-4nm-fotonik-photonics-tiongkok-akan-mementahkan-embargo-as

Hanya sejumlah perusahaan di seluruh dunia yang memproduksi gallium arsenide dengan kemurnian yang dibutuhkan untuk digunakan dalam elektronik, menurut CRMA.

Sumber: bbc.com
Sumber: bbc.com

Germanium juga digunakan untuk memproduksi mikroprosesor dan sel (cells) surya. Ini juga digunakan dalam kacamata penglihatan (vision goggles) yang merupakan "kunci militer," kata Hamilton.

Namun, Mr Hamilton menambahkan: "Seharusnya ada cukup pasokan regional dari peleburan logam dasar untuk memberikan alternatif. Tetapi berhubung semikonduktor berkualitas tinggi menjadi sulit dipecahkan, dan Tiongkok benar-benar dominan untuk ini. Mungkin dikemuidan hari akan ada dorongan untuk daur ulang."

Bulan lalu, juru bicara Pentagon mengatakan AS memiliki cadangan germanium tetapi tidak memiliki stok galium.

Juru bicara Pentagon menambahkan bahwa "Departemen Pertahanan AS secara proaktif mengambil langkah untuk meningkatkan penambangan domestik dan pemrosesan bahan penting untuk mikroelektronika dan rantai pasokan luar angkasa, termasuk galium dan germanium".

Namun, pembatasan ekspor Tionkok diperkirakan memiliki dampak terbatas dalam jangka panjang.

Meskipun Tiongkok adalah pengekspor galium dan germanium terkemuka, ada bahan pengganti dalam produksi komponen seperti chip komputer, kata konsultan risiko politik Eurasia Group.

Ada juga fasilitas penambangan dan pemrosesan aktif yang berlokasi di luar Tiongkok, tambahnya.

Konsultasi tersebut menyoroti kesamaan ketika Tiongkok membatasi ekspor mineral tanah jarang lebih dari satu dekade lalu. Baca:

Perang Dagang Tambang Logam Tanah Jarang

https://www.kompasiana.com/makenyok/62d3689cce96e54cc32195c2/perang-dagang-tambang-logam-tanah-jarang

Kenyataan makin banyak eksportir muncul, dan dalam waktu kurang dari satu dekade dominasi Tiongkok atas rantai pasokan logam tanah jarang turun dari 98% menjadi 63%, menurut perkiraan Eurasia.

"Kita dapat berharap untuk melihat pengembangan dan eksploitasi sumber galium dan germanium alternatif, serta upaya intensif untuk mendaur ulang komoditas ini dan mengidentifikasi alternatif yang lebih mudah tersedia," kata Anna Ashton, direktur Eurasia untuk urusan perusahaan Tiongkok dan AS-Tiongkok.

"Itu tidak hanya akan menjadi akibat dari pembatasan ekspor yang diumumkan  Tiongkok baru-baru ini," tambahnya. "Ini adalah hasil dari ekspektasi meningkatnya permintaan, mengintensifkan kompetisi geostrategis dan ketidak percayaan, dan kesediaan Tiongkok yang terdokumentasi untuk membatasi impor dan ekspor demi tujuan politik dan strategis."

Pada bulan Oktober lalu, AS mengumumkan akan memerlukan lisensi bagi perusahaan yang mengekspor chip ke Tiongkok menggunakan alat atau perangkat lunak AS, di mana pun mereka dibuat di dunia.

Tiongkok sudah berkali-kali menuduh AS melakukan "hegemoni teknologi" sebagai tanggapan atas kontrol ekspor yang diberlakukan oleh Washington.

Dalam beberapa bulan terakhir, Tiongkok juga memberlakukan pembatasan pada perusahaan AS yang terkait dengan militer Amerika seperti perusahaan kedirgantaraan Lockheed Martin.

Sementara itu, pemerintah Barat telah berbicara tentang perlunya "menghilangkan risiko" dari Tiongkok, yang berarti kurang bergantung padanya untuk bahan mentah dan produk jadi.

Namun, mendiversifikasi rantai pasokan dan membangun kemampuan untuk menambang, kemudian yang terpenting adalah mengolah logam seperti galium dan germanium akan memakan waktu bertahun-tahun.

Dalam jangka panjang, negara kaya mineral seperti Australia dan Kanada melihat krisis material sebagai peluang.

Para ahli memperingatkan bahwa menjadikan sumber daya dan kemampuan teknologi menjadi senjata seperti yang telah dilakukan AS dan Tiongkok juga akan memiliki konsekuensi global dalam hal lingkungan, hal itu karena teknologi hijau baru yang penting bergantung pada jenis bahan ini.

"Ini bukan masalah nasional. Ini adalah masalah yang kita hadapi sebagai umat manusia. Mudah-mudahan, pembuat kebijakan dapat memberikan yang terbaik, mengamankan akses ke bahan-bahan penting yang sangat penting untuk transisi energi dan kita dapat mulai mengatasi beberapa tantangan seputar dekarbonisasi," kata Dr Harper seorang ahli bisnis pertambangan.

Meskipun dampak dari kontrol ekspor terbaru tidak akan menjadi bencana besar bagi industri atau konsumen, para ahli memperingatkan bahwa penting untuk memperhatikan ke mana arah tren tersebut.

"Bagi orang biasa tidak ada berhubungan langsung dengan galium dan germanium," kata Dr Harper. "Tapi akan sama, yang mereka peduli tentang berapa harga mobil mereka atau seberapa mahal untuk beralih ke teknologi hijau."

"Terkadang kebijakan yang sangat abstrak yang terjadi di negeri yang jauh sebenarnya diterjemahkan menjadi sesuatu yang berdampak besar pada kehidupan mereka." Sambung Dr.Harper.

Namun terlihat kinerja yang paling menonjol adalah bahwa perusahaan dari berbagai negara yang mengimpor galium, germanium dan barang-barang terkait dari Tiongkok, terutama perusahaan dari negara maju, dengan cepat meningkatkan pesanan mereka, berharap untuk menimbun beberapa barang terlebih dahulu, atau mempercepat pengajuan aplikasi, agar mendapatkan lisensi ekspor sebanyak mungkin dari Tiongkok. Menurut Reuters, perusahaan terkait sedang "menjalankan aplikasi".

Jepang Korsel Menjadi Sangat Khawatir

Tiongkok membatasi ekspor bahan semikonduktor mulai 1 Agustus 2023, dan Jepang khawatir akan mempengaruhi rantai industrinya.

Saham produsen gallium dan germanium Tiongkok melonjak 10% pada 4 Juli lalu. Yang pertama merespons adalah Jepang.  Agence France-Presse (AFP) melaporkan bahwa Tiongkok secara ketat mengontrol ekspor logam langka, dan Jepang sangat gelisah.

Dilaporkan bahwa sebagian besar galium dan germanium Tiongkok diekspor ke Jepang. Menteri Perindustrian dan Ekonomi Jepang mengatakan bahwa tindakan terkait akan diambil sesuai dengan aturan WTO.

Belum lama ini, Jepang memperkuat kontrol ekspor terhadap 23 jenis peralatan manufaktur semikonduktor performa tinggi dalam 6 kategori, dengan sasarannya Tiongkok.

Pemerintah Korea Selatan mengadakan pertemuan darurat dengan industri semikonduktor dan display 4 Juli untuk membahas tindakan pencegahan terhadap pengumuman langkah-langkah kontrol ekspor Tiongkok untuk galium dan germanium, yang merupakan bahan semikonduktor.

Kantor Berita Yonhap melaporkan bahwa pembatasan ekspor Tiongkok tidak akan berdampak besar pada penawaran dan permintaan dalam jangka pendek, namun untuk menghindari terseretnya produksi industri besar seperti semikonduktor, pemerintah Korea Selatan akan meningkatkan kemampuan responsnya, meningkatkan cadangan, dan mengeksplorasi sumber impor alternatif.

Pada konferensi pers pagi hari 1 Agustus, 2023 Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Hiroichi Matsuno menyatakan bahwa pemerintah Tiongkok telah mulai memberlakukan pembatasan ekspor logam langka seperti galium, yang merupakan bahan yang digunakan dalam semikonduktor, dan mengatakan, "Untuk saat ini , itu tidak akan mempengaruhi rantai industri negara Jepang, tetapi mungkin berdampak pada beberapa area di masa depan", jadi kami akan memperhatikan perkembangan situasi dan mengambil tindakan yang diperlukan. "

Mengenai bagaimana menanggapi pembatasan ekspor Tiongkok, Matsuno Hiroichi menegaskan, "Menurut Jepang pembatasan ini tidak adil menurut aturan internasional seperti Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), Jepang akan menanggapinya dengan tepat sesuai aturan."

Menteri Ekonomi Jepang Yasutoshi Nishimura mengatakan pada konferensi pers setelah rapat kabinet pada 1 Agustus 2023 bahwa penguatan kontrol ekspor Tiongkok pada produk terkait logam langka, yang mulai berlaku hari ini, "tidak akan berdampak langsung" di Jepang. Jepang akan mengambil tindakan yang tepat jika tindakan tidak adil diambil terhadap Jepang sesuai dengan aturan internasional seperti Organisasi Perdagangan Dunia (WTO)"  katanya.

Nishimura berkata: "Sementara kami akan memperhatikan penerapan kontrol ekspor Tiongkok dan pasokan dan permintaan barang-barang yang dikendalikan ekspor, kami juga akan mempertimbangkan langkah-langkah seperti diversifikasi sumber pasokan, daur ulang, dan konservasi sumber daya," dia menambahkan bahwa Jepang akan terus memantau perkembangan.

Mulai 1 Agustus, pemerintah Tiongkok memberlakukan pembatasan ekspor pada sumber daya mineral terkait galium dan germanium, logam langka yang digunakan dalam pembuatan semikonduktor tingkat lanjut, sebuah langkah yang terlihat sebagai pengetatan pembatasan semikonduktor ke Tiongkok terhadap Jepang dan AS. pembatasan ekspor produk terkait, akan mempengaruhi perusahaan dan rantai industri Jepang.

Mulai 1 Agustus, eksportir Tiongkok tidak akan dapat menjual produk ini ke perusahaan luar negeri tanpa izin dari pihak berwenang, dan fokusnya adalah pada kekuatan regulasi. Seorang juru bicara Kementerian Perdagangan Tiongkok mengatakan: "Gallium dan germanium juga digunakan untuk tujuan militer. Pembatasan ekspor adalah praktik internasional."

Baik galium dan germanium adalah logam langka yang penting, banyak digunakan dalam bahan semikonduktor, energi baru, dan bidang lainnya. Di antara mereka, galium dikenal sebagai "makanan baru untuk industri semikonduktor". Produksi galium Tiongkok menyumbang 90% dari dunia, dan sebagian besar diekspor ke Jepang. Germanium juga merupakan salah satu bahan semikonduktor penting, dan produksi Tiongkok menyumbang 68% dari dunia.

Pada 3 Juli lalu, Kementerian Perdagangan dan Administrasi Umum Kepabeanan Tiongkok mengeluarkan "Pengumuman tentang Penerapan Kontrol Ekspor Barang Terkait Gallium dan Germanium". "Pengumuman" menunjukkan bahwa sesuai dengan ketentuan yang relevan dari "Undang-Undang Kontrol Ekspor Republik Rakyat Tiongkok", "Hukum Perdagangan Luar Negeri Republik Rakyat Tiongkok", dan "Hukum Kepabeanan Republik Rakyat Tiongkok" , untuk melindungi keamanan dan kepentingan nasional, dengan persetujuan "Dewan Negara" memutuskan untuk menerapkan kontrol ekspor pada barang-barang yang terkait dengan galium dan germanium.

Pendapat publik percaya bahwa tindakan Tiongkok ini adalah serangan balik terhadap pembatasan ekspor teknologi semikonduktor mutakhir ke Tiongkok oleh Jepang dan AS.

Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Jepang mulai mengimplementasikan "Undang-Undang Devisa dan Perdagangan Luar Negeri" pada 23 Juli 2023.

Perubahan peraturan ini ditujukan khusus untuk mengontrol ekspor 23 jenis peralatan manufaktur semikonduktor berkinerja tinggi dalam 6 kategori di bidang semikonduktor mutakhir,

Meskipun tidak ada nama negara atau wilayah tertentu yang disebutkan, dapat dilihat bahwa itu dimaksudkan untuk mencegah untuk tidak digunakan pada militer Tiongkok.

Produk yang masuk daftar kontrol ketat harus ditinjau dan disetujui oleh Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Jepang saat diekspor, dan negara serta wilayah yang mendapat penyederhanaan prosedur peninjauan termasuk Amerika Serikat, Korea Selatan, Taiwan dan 42 negara dan wilayah sahabat AS lainnya, tetapi tidak termasuk Tiongkok.

Jepang dan AS berupaya menjauhkan Tiongkok dari rantai pasokan semikonduktor mutakhir, dan terus mengikuti langka-langka AS. Maka sebagai respon ini, Tiongkok melakukan pengetatan atas ekspor galium dan germanium.

Namun bagaimana pun perang iptek dan sanksi-sanksi atas SDA yang dimulai oleh AS dan nasionalisme sumber daya ini tidak menguntungkan bagi perkembangan dan kemajuan umat manusia dunia.

Sumber: Media TV & Tulisan Luar Negeri

https://periodictable.com/Elements/031/index.html

https://www.bbc.com/news/business-66118831

https://news.sina.cn/gn/2023-07-04/detail-imyzpwri0554430.d.html

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun