Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Siapakah Tangan Hitam di Balik Kerusuhan Paris? (1)

7 Juli 2023   15:00 Diperbarui: 10 Juli 2023   07:21 1475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Prancis adalah satu-satunya dari lima anggota tetap di Dewan Keamanan PBB dan berkekuatan nuklir di UE, yang menentukan pengaruhnya terhadap UE dan NATO. Mengikuti rute independen sudah cukup untuk meningkatkan kesulitan bagi AS untuk menjadikan Eropa dan NATO sebagai bidak strategi AS yang berusia seabad.

Dengan latar belakang bahwa AS sangat ingin membangun aliansi anti-Tiongkok atau hegemonik, ini sama saja dengan membendung AS secara langsung.

Perubahan dunia kini semakin cepat, geopolitik berkembang pesat, dan proses pembentukan struktur dunia multi-polar )kutub) semakin cepat, yang penting tatanan Barat yang didominasi oleh AS sudah rusak.

Dan tatanan keamanan Eropa juga menghadapi dilema untuk dibangun kembali. Jika UE sepenuhnya dikendalikan oleh AS, itu tidak akan bisa menjadi kutub/polar keempat.

Namun, Liga Arab, ASEAN, dan aliansi negara berkembang lainnya dapat menjadi kutub atau polar yang independen. Bahkan India secara aktif berjuang untuk menjadipolar independen. Ini mungkin sesuatu yang Prancis tidak akan pernah bisa menerimanya.

Eropa saat ini tenggelam pada strateginya sendiri yang salah secara strategis dan di bawah jebakan parah AS.

Sedang Inggris sedang terbenam, dengan alasan sejarah Jerman sulit untuk lepas dari kendali AS. Hanya Prancis yang dapat menunjukkan dirinya untuk memperjuangkan kemerdekaan.  Ini juga menjadi misi Prancis.

Namun, dengan demikian, strategi Biden baikvertikal maupun horizontal akan ditekan dan dihancurkan.

Meskipun UE selalu bersikeras pada kemandirian strategis, baru-baru ini UE diawah paksaan dan iming-iming AS terpaksa mengangkat masalah dengan mempertaruhkan masalah Tiongkok.

NATO juga mengancam tidak akan mengizinkan Tiongkok mengunifikasi Taiwan dengan paksa. Dapat dikatakan masih ada harapan besar untuk penyatukan strategis AS dan Eropa.

Namun dalam situasi kritis ini Macron menyatakan tidak akan berada di barisan AS, pernyataan Maccon yang berbeda ini dianggap mempermalukan Biden.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun