Seperti kita ketahui bahwa Jepang adalah negara dengan sumber daya mineral yang sangat miskin, sehingga orang Jepang sangat mementingkan teknologi peleburan logam sejak periode Restorasi Meiji.
Lagi pula, jauh lebih murah mengimpor logam mentah dari luar negeri daripada mengimpor langsung logam olahan dengan biaya rendah, jadi seberapa efektif mereka setelah membelinya tergantung pada kemampuan mereka dalam peleburan.
Setelah Perang Dunia Pertama, sekelompok orang Jepang dengan cita-cita luhur menyelesaikan studi lanjutan mereka di Eropa dan Amerika Serikat, dan kembali ke Jepang untuk memulai klimaks penelitian dan pengembangan teknologi baja Jepang.
Misalnya, fisikawan metalurgi terkenal Jepang Kotaro Honda mendorong metalurgi Jepang ke dalam paradigma metalurgi ilmiah, yang telah membuat terobosan baru dalam teknologi peleburan logam.
Kataro Honda lahir pada 23 Februari 1870 di Okazaki, Prefektur Aichi -- 12 Februari 1954) adalah seorang ahli metalurgi dan penemu Jepang yang menemukan baja KS (Kichiei Sumitomo), yaitu jenis baja tahan magnet yang tiga kali lebih tahan amgnet dari baja tungsten.
Bahan ini memiliki ketahanan magnet 250 oersted, dikembangkan melalui penelitian dasar yang ketat pada baja dan alloy (logam campuran).
Dia membuat prestasi luar biasa di bidang penelitian material baru, yang dapat memimpin atau lebih maju dari Eropa dan AS.
Setelah P.D. II, industri baja dalam negeri Jepang mengalami pukulan telak dan hancur dibandingkan dengan AS, Uni Soviet, Uni Eropa, dan negara-negara Barat lainnya, industri baja Jepang masih belum layak untuk disebutkan atau hancur.
Namun, setelah P.D. II, Jepang mengambil kesempatan untuk menyelesaikan lompatan besar ekonomi dan teknologi dengan restu dari AS.
Dalam perkembangan militer Jepang mengalami pengenkangan, maka mereka memusatkan seluruh energinya pada teknologi dan pembangunan ekonomi, satu saat dari sebuah  negara kecil pernah melonjak menjadi ekonomi terbesar kedua di dunia, terutama di industri metalurgi, Jepang memiliki banyak talenta.