Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Melihat Permainan Diplomasi Marcos Jr. dalam Hubungan Filipina-Tiongkok

21 Maret 2023   11:58 Diperbarui: 21 Maret 2023   12:02 744
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Awalnya, setelah Presiden Filipina Marcos Jr. terpilih mengunjungiTiongkok, dia menandatangani banyak perjanjian perdamaian dan kerja sama, semua orang percaya bahwa hubungan antara Filipina dan Tiongkok dapat dipulihkan.

Tetapi yang tidak terbayangkan banyak pengamat adalah bahwa Filipina yang baru saja menerima puluhan miliar investasi dariTiongkok, tapi juga segera telah mencapai kerja sama dengan AS dengan memberi izin membuka sembilan pangkalan militer AS di Filipina. Bahkan berencana untuk mengubah pulau dan terumbu karang yang disengketakan dengan Tiongkok yang diakui milik Tiongkok kemudian direbut dan diduduki Filipina dan kemudian akan menjadi pangkalan militer AS.

Rezim Marcos Jr. menginginkan militer AS ditempatkan di sini, untuk sepenuhnya mengontrol kendali atas pulau dan terumbu karang ini.

Dalam menghadapi pendekatan dua arah Filipina, secara alami jelas tidak mungkin bagi Tiongkok untuk tinggal diam, oleh karena itu, Tiogkok baru-baru ini aktif di perairan kepulauan dan terumbu Laut Tiongkok Selatan (LTS).  Penjaga pantai, kapal perang AL-PLA, dan 26 perahu nelayan Tiongkok penangkap ikan (milisi maritim) telah bergabung di perairan sekitar Karang atol Xianbin dengan 44 kapal AL-PLA disekitar perairan Pulau Zhongye (Thitu atau Pat-as).

Diantaranya, yang terpantau oleh pihak Filipina bahkan memotret fregat 056A AL-PLA yang tampaknya untuk mempertahankan kedaulatan Tiongkok atas kawasaan LTS ini, sekaligus menunjukkan kepada Filipina bahwa Tiongkok dapat merebut kembali pulau dan terumbu karang ini kapan saja. Menghadapi pengepungan oleh 44 kapal Tiongkok, Filipina tentu saja tidak mungkin menyerahkan Pulau Zhongye dengan begitu mudah.

Seperti yang telah disebutkan dalam tulisan yang lalu tentang kisah LTS, P. Zhongye yang semula milik ROC  (Taiwan) direbut dan diduduki Filipina dengan mengambil kesempatan ketika pulau sedang dikosongkan oleh tentara penjaga pulau itu, ketika terjadi topan yang akan menerjang pulau itu. Baca:

Sengketa Tiongkok-Filipina atas Pulau Zhongye (Pulau Thitu/Pag-as) di LTS

https://www.kompasiana.com/makenyok/640db8b73555e40e6a65e942/sengketa-tiongkok-filipina-atas-pulau-zhongye-pulau-thitu-pag-as-di-lts

Kemudian setelah Filipina menduduki dan menguasai P.Zhongye, mereka mengirim warga Filipina untuk tinggal disana, bahkan membangun pangkalan militer dan menjadikan pulau dan karang ini menjadi pusat komando pasukan Filipina di Kepulauan Nansha.

Belakangan, pulau dan terumbu karang ini digunakan untuk membuat kehebohan berkali-kali, dan melakukan aktivitas latihan militer untuk pendaratan di pulau ini berkali-kali. Filipina telah membangun begitu banyak fasilitas infrastruktur di pulau ini dan menempatkan personel bersenjata.

Jika penguasaan pulau dan terumbu karang ini diambil paksa pihak Tiongkok, maka harus mengerahkan kapal perang dan pasti akan memicu perang, jika hal ini terjadi maka AS memiliki alasan untuk campur tangan.

Maka dari itu tampaknya pembebasan dan perebutan kembali pulau ini oleh Tiongkok selalu tertunda. Namun setelah pulau ini dikepung dengan 44 kapal Tiongkok, Filipina mengirim helikopter untuk memeriksa keadaan.

Hasil pantauan, meski jumlah kapal, jumlah kapal nelayan dan kapal penjaga pantai hanya lebih dari 20, kurang dari separuh dari jumlah dari yang sebelumnya, namun kekuatannya berlipat ganda, karena bukan fregat 056A yang muncul di P. Zhongye kali ini adalah kapal perusak berpeluru kendali Armada Laut Utara Tipe 052. Dilihat dari gambar, nomor lambung kapal perang ini adalah 112, sehingga dapat dinilai sebagai "kapal perusak Harbin" dari AL PLA.

Sumber: Seaforces.org
Sumber: Seaforces.org

Meskipun kapal perang ini telah dioperasikan sejak akhir abad ini, dan kinerjanya tidak sebaik kapal perang yang diluncurkan di Tiongkok dalam beberapa tahun terakhir, tetapi bagaimana pun juga merupakan kapal perusak, dan daya tembaknya pasti lebih kuat daripada fregat,  terutama setelah dimodernisasi  dapat meluncurkan rudal "Eagle Strike 82" dan rudal lainnya, dan meriam angkatan laut 100mm juga telah ditingkatkan ke konfigurasi siluman. Kapal ini juga dilengkapi dengan peralatan electronic countermeasure (penanggulangan elektronik) dan radar array bertahap, yang tentunya cukup untuk mengungguli Angkatan Laut Filipina. Dengan dukungan kapal perusak inilah kapal penangkap ikan Tiongkok beroprasi di dekat Pulau Zhngye dengan percaya diri dan berani.

Hal ini juga membuat warga Filipina yang tinggal di pulau itu menjadi khawatir, meskipun orang Filipina di pulau itu belum diusir, tampilan kekuatan ini sepenuhnya membuktikan bahwa Tiongkok memiliki kekuatan yang cukup untuk mengambil kembali kendali atas Pulau Zhongye (Thitu/Pat-as) kapan saja. Dapat diperkirakan bahwa kapal-kapal ini akan berlayar rutin secara normantif ke pulau dan terumbu karang di LTS di masa depan, dan intensitasnya akan semakin kuat setiap saat.

Di masa lalu, kapal perang AL PLA tidak banyak muncul di kawasan laut ini, di satu sisi situasi karena di LTS masih stabil, dan Tiongkok tampaknya tidak ingin memperparah ketegangan di LTS. Di sisi lain, sebelumnya jumlah kapal perang AL PLA tidak cukup, dan tidak banyak kapal perang yang bisa pergi ke Kepulauan Nansha untuk melakukan tugas pengawalan diperairan ini.

Tapi sekarang berbeda. Situasi di LTS sangat tegang sekarang. Tiongkok mengkhawatirkan sebagian negara-negara tetangganya mengikuti langkah AS untuk memprovokasi Tiongkok.

Filipina adalah yang pertama dengan mengizinkan sembilan pangkalan militer AS, bahkan juga berencana untuk mengubah Pulau Zhongye yang diduduki Filipina menjadi pangkalan militer AS.

Tiongkok menganggap ini sama saja dengan tidak hanya merampok wilayah Tiongkok, tetapi juga membangun pangkalan militer AS untuk menyerang Tiongkok.

Namun banyak dari pengamat berpandangan AL-PLA di LTS dapat dikatakan tak terkalahkan, khususnya jumlah armada AL-PLA sudah menjadi yang terbesar di dunia, dan sepenuhnya mampu mengirimkan jumlah besar kapal perang yang berlebihan itu ke Kepulauan Nansha.

Tapi meski kemunculan kapal perusak AL-PLA di perairan ini bukan berarti pulau itu akan direbut kembali sekarang, tapi tampaknya ini hanyalah peringatan bagi Filipina yang menduduki pulau ini, karena kehadirannya bukankah sesederhana hanya kapal perusak berpeluru kendali Type 052 dikirim ke sini.


Pada 9 Maret 2023, wartawan dari berbagai media diundang oleh Penjaga Pantai Filipina naik pesawat untuk mengamati puluhan pulau kecil dan karang berbatu yang diklaim oleh Filipina dan Tiongkok.

Saat terbang di atas PulauZhongye, Ren'ai Jiao, dan pulau serta terumbu karang lainnya yang benar-benar dikuasai Filipina, kapal penjaga pantai Tiongkok mengeluarkan tujuh peringatan dalam bahasa Inggris dan Mandarin.

Salah satu dari mereka berkata, "Anda telah menyeberang ke terumbu karang (perairan di sekitarnya) dan menimbulkan ancaman keamanan. Untuk menghindari kesalah-pahaman, harap segera pergi. "Pilot Filipina menjawab bahwa dia terbang di wilayah udara Filipina."

Sumber: k.sina.com.cn
Sumber: k.sina.com.cn

Selama penerbangan lebih dari empat jam, Penjaga Pantai Filipina menemukan hampir 20 kapal Tiongkok, termasuk kapal milisi maritim, di beberapa perairan di sekitar sembilan pulau dan terumbu karang yang dikuasai pihak Filipina.

Diantaranya, 17 kapal milisi ditemukan di dekat Karang Xianbin, dan 15 ditemukan di dekat P. Zhongye. Penjaga Pantai Filipina mengatakan jumlah kapal berkurang minggu ini menjadi 42 dari minggu sebelumnya.

Penjaga Pantai Filipina juga menemukan kapal AL-PLA berada 15 kilometer di lepas pantai P. Zhongye, kapal penjaga pantai Tiongkok sekitar 7 kilometer dari pulau itu, dan kapal penjaga pantai Tiongkok 11 kilometer jauhnya dari insiden karang atol Ren'ai (Ren'ai Reef).

Sebelumnya memang sudah lama kapal perang Filipina berlabuh di Ren'ai Reef.

Dilihat dari foto yang dirilis Filipina, kapal pengawal pantai (coast guard) Tiongkok yang bertugas di perairan Ren'ai Reef dan Pulau Zhongye masih dalam status siaga relatif tinggi.

kapal-penjaga-pantai-tiongkok-sudah-siaga-melpeaskan-sarung-meriam-76mm-6419366d4addee29c479d6b4.png
kapal-penjaga-pantai-tiongkok-sudah-siaga-melpeaskan-sarung-meriam-76mm-6419366d4addee29c479d6b4.png

Sumber: k.sina.com.cn

Menurut foto satelit saat itu di LTS, situasi di dekat P. Zhongye telah mengalami perubahan baru. Meskipun jumlah kapal penangkap ikan Tiongkok yang mengepung pulau itu yang diduduki Filipina telah berkurang,  Kapal Penjaga Pantai Tiongkok 5203, yang muncul bersama kapal penangkap ikan Tiongkok di perairan dekat pulau itu masih bertahan di perairan di situ dan terus berkonfrontasi dengan kapal Filipina.  

Dilihat dari foto satelit, kapal Coast Guard 5203 telah dilepas penutup meriam 76mm pada posisi haluan, dan siap menembak kapan saja.

Sumber: wchstv.com
Sumber: wchstv.com

Meriam maritim kaliber 76mm ini tidak hanya memiliki kemampuan menyerang laut/darat, tetapi juga memiliki kemampuan menyerang udara. Jarak serangan maksimum untuk target pesawat bisa mencapai 6.000 meter, yang cukup untuk menghadapi pesawat Filipina yang muncul di wilayah udara terkait di LTS.

Karena perlindungan kapal penjaga pantai Tiongkok, jumlah kapal penangkap ikan Tiongkok yang saat itu beroperasi di perairan terkait masih cukup besar, meski jumlahnya telah berkurang menjadi hanya belasan, berbeda dengan pengaturan sebelumnya yangcukup rapat dan ketat.

Kapal-kapal penangkap ikan (kapal milisi) Tiongkok ini sudah mulai melakukan pekerjaan rutin di perairan yang bersangkutan, hal ini sangat penting bagi Tiongkok, karena hanya dengan terus meningkatkan frekuensi aktivitas Tiongkok  di perairan dekat pulau dan terumbu karang yang bersangkutan, Tiongkok dapat terus meningkatkan partisipasinya dalam perundingan pulau dan terumbu karang di LTS.

Jika frekuensi aktivitas kapal penangkap ikan Tiongkok dapat mencapai tingkat tertentu dalam waktu yang lama, maka Tiongkok dapat memblokir jalur laut di Zhongye dengan cara yang sama seperti memblokir jalur laut Ren'ai Reef.

Filipina telah memberangkatkan kapal patroli terbesar dan tercanggih PS-17 yang asalnya dari jenis kapal patroli kelas "Hamilton" dari US Coast Guard, dengan bobot muatan penuh sekitar 3.500 ton.

Kapal penjaga pantai 5203 Tiongkok memiliki bobot muatan penuh hanya sekitar 2.500 ton, yang lebih kecil dari kapal patroli Filipina. Bahkan jika ditambahkan kapal fregat Type 056A dengan bobot muatan penuh 1.400 ton, itu hanya sedikit lebih banyak dari kapal patroli Filipina.

Hanya saja tonase kapal patroli PS-17 Filipina yang memang relatif besar, namun kemampuan tempurnya tidak kuat, senjata utama kapal tersebut awalnya adalah meriam laut 76mm, selain dua Meriam 25 mm dan dua senapan mesin 12,7 mm. Hanya perlu disebutkan bahwa militer AS melepas senjata pertahanan jarak dekat ini pada kapal ini, saat diserahkan ke Filipina, sehingga sangat mengurangi kemampuan dan daya tembak kapal ini.

Sumber: youtube.com
Sumber: youtube.com


Sedang kapal penjaga pantai 5203 milik Tiongkok ini, termasuk jenis kapal penjaga pantai 718B. Sekarang kapal jenis ini memiliki senjata maritim cepat otomatis 76mm dan dua meriam laras tunggal 30mm. Laju tembakan maksimum senjata utama dapat mencapai 120 putaran per menit, dan jangkauannya 17.000 meter, tingkat otomatisasi sangat tinggi, dan kapal penjaga pantai 718B saat ini memasang 630 senjata anti-pesawat jarak dekat, yang dapat menghancurkan kapal lawan menjadi "saringan" dalam waktu singkat.

Oleh karena itu, meski menghadapi kapal tua bekas dengan tonase hingga 3.500 ton Filipina, kapal Tiongkok kali ini masih memiliki keunggulan tertentu.

Fregat 056A sebelumnya tidak muncul dalam foto yang dirilis Filipina kali ini, dan seharusnya sudah ditarik. Sebaliknya, kapal perusak berpeluru kendali AL-PLA yang datang ke perairan Pulau Zhongye.

Digantikannya dengan kapal perusak berpeluru kendali Tipe 052 AL-PLA, kapal dengan nomor lambung 112 "Harbin" dan kapal 113 "Qingdao".

Sumber: seaforce.org
Sumber: seaforce.org

Kapal "Harbin" ke-112 dan kapal "Qingdao" ke-113 saat ini menjadi bagian dari medan pertempuran Armada Laut Utara AL-PLA, tetapi kali ini mereka muncul di perairan yang seharusnya berada di bawah yurisdiksi Armada LTS, mungkin ini merupakan pelatihan pelayaran yang diselenggarakan oleh Armada Laut Utara. Unit kapal perusak dan fregat AL-PLA untuk melatih para pelaut menjelajahi samudra.

Meskipun Samudra Pasifik lebih dekat ke Armada Laut Utara daripada LTS, tapi Armada Laut Utara harus melewati Selat Miyako, yang diawasi ketat oleh AS dan Jepang, bila untuk memasuki Pasifik Barat untuk pelatihan, dan Armada Laut Utara juga perlu mendukung Armada LTS di masa depan.

Situasi di LTS agak berbeda dengan di Pasifik Barat, jadi perlu menggunakan kapal 112 "Harbin" dan kapal "Qingdao" 113 untuk melatih sekelompok pelaut menjelajahi samudra agar dapat lebih akrab dengan LTS terlebih dahulu.

Mungkin juga kapal perusak berpeluru kendali ini telah diserahkan kepada Armada LTS.  Namun jika dilihat, bagaimanapun, kapal perusak ini terlalu terbelakang untuk melakukan operasi lintas laut, tetapi keberadaannya dinilai akan sangat kuat jika dioperasikan di LTS dan dapat melakukan patroli untuk kewaspadaan setiap saat.

Meskipun saat ini kemampuan pertahanan udara dari kapal perusak berpeluru kendali Tipe 052 ini relatif lemah, rudal pertahanan udara titik-ke-titik jarak pendek "Haihongqi-7" yang melengkapi kapal ini dianggap lebih dari cukup untuk menghadapi pesawat Filipina yang muncul di wilayah udara Pulau Zhongye.  

Ditambah lagi dengan adanya dua senjata anti-pesawat jarak dekat 730 di kapal, sangat mungkin untuk mencapai kendali efektif atas wilayah udara P. Zhongye.

Selain itu, kapal perusak berpeluru kendali Tipe 052 telah dilengkapi dengan 16 rudal anti-kapal "Eagle Strike-62", yang cukup kuat dalam kemampuan tempur anti-kapal over-the-horizon.

Saat ini, kapal perang canggih Angkatan Laut Filipina hanya fregat kelas Jose Rizal, yang dirancang berdasarkan kelas Incheon Korea Selatan. Meskipun mereka sedikit lebih besar dan mencapai 2.500 ton, mereka hanya dilengkapi dengan meriam maritim 76mm. Mereka harusnya dilengkapi dengan 4 rudal anti-kapal, sayang sekali saat diserahkan belum terpasang, dan sistem peluncuran vertikal juga belum dipasang, sehingga daya tembak yang sebenarnya tidak sebagus fregat ringan Type 056 AL-PLA.

Sejauh ini, Angkatan Laut Filipina belum memiliki kapal perang yang dilengkapi dengan rudal anti kapal sesungguhnya, bahkan belum sekalipun memiliki torpedo anti kapal selam, dan senjata angkatan laut kaliber terbesar hanya 76mm. Jadi jangankan dibandingkan dengan kapal perusak Type 052, dengan fregat Type 056 sekali pun juga masih terlihat lebih lemah. Bahkan mungkin kapal Penjaga Pantai Tiongkok bisa bersaing dengannya.

Angkatan Udara Filipina hanya memiliki beberapa pesawat pelatih tempur modern. Jadi tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa kapal perusak berpeluru kendali Type 052 dapat sepenuhnya menekan Angkatan Udara Filipina dan Angkatan Laut Filipina.

Kapal Type 052 memiliki tonase besar lebih dari 5.000 ton,  jelas ada celah besar antara fregat Type 056.

Dengan pengiriman kapal perusak Type 052 oleh AL-PLA, konfrontasi antara Tiongkok dan Filipina di LTS pada dasarnya meningkat.

Dilihat dari situasi terakhir ini, dikhawatirkan meski Filipina berniat untuk terus bertahan di P. Zhongye, jika AL-PLA berniat untuk mencapai penguasaan efektif di perairan pulau ini dapat dilakukan dalam waktu singkat.

Tentu saja, hal yang sama bisa terjadi untuk perairan Karang Ren'ai dan Karang Xianbin, seperti halnya Tiongkok secara bertahap mendapatkan kembali kendali atas perairan Kepulauan Diaoyu dari Jepang.

Sumber: amti.csis.org
Sumber: amti.csis.org

Dilihat dari foto yang dirilis Filipina, kondisi landasan pacu dan bangunan lain di P. Zhonye saat ini kurang baik, jika terjadi AL- PLA bisa memutus jalur laut pulau ini seperti memutus jalur laut Ren'ai Reef.

Jadi kecuali AS secara langsung membantu, Filipina tidak akan dapat melakukan peningkatan fasilitas besar-besaran di P. Zhongye. Melalui cara ini, Tiongkok dapat terus melemahkan kemampuan Filipina untuk menguasai pulau ini, dan menunggu sampai waktu yang tepat untuk diambil  kembali sekaligus, jika menginginkannya.

Saat ini gugus tempur kapal induk AS tidak mungkin akan datang membantu Filipina, mengingat kebetulan F-35 di seluruh dunia sedang di-grounded selama periode ini, dan kapal induk AS dapat dikatakan telah kehilangan sebagian besar kekuatan tempurnya.

AL PLA sedang memiliki banyak kelebihan kapal perang yang dapat dengan leluasa untuk dikerahkan ke sini. Selanjutnya baca:

Sengketa Tiongkok- Filipina di LTS, Tiongkok Lebih Mengedepan Dialog

Sumber: Media TV dan Tulisan Luar Negeri

https://www.seaforces.org/marint/China-Navy-PLAN/Destroyers/Type-052-Luhu-class-DDG.htm

https://k.sina.com.cn/article_2771040283_a52ab81b020017en6.html?from=mil#/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun