Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Kejutan! Tiongkok-Thailand Kerjasama Menggali Terusan Kra

20 Februari 2023   20:27 Diperbarui: 21 Februari 2023   09:34 5345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengejutkan dunia, Tiongkok dan Thailand bekerja sama untuk menggali Terusan Kra, jika terealisasi akan memecahkan blokade AS terhadap Tiongkok, Korea dan Jepang.

Seperti yang kita ketahui selama ini, Selat Malaka, sebagai jalur penting yang menghubungkan Samudera Hindia dan Samudera Pasifik, semua kapal kargo dari Asia Barat dan Timur Tengah ke Asia Timur pasti lewat sini.

Bagi Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan, khususnya Jepang dan Korea Selatan, Selat Malaka bisa dikatakan sebagai jalur kelangsungan hidup mereka. Pada masa normal, sebanyak 100.000 kapal raksasa melewati Selat Malaka, dan rata-rata lebih dari 500 kapal lewat sini setiap hari.

Meskipun Selat Malaka terletak diantara wilayah Indonesia, Malaysia, dan Singapura.  Tetapi karena Selat Malaka yang berada di wilayah Indonesia, cukup banyak rantai pulau-pulau kecil dan pulau karang dan palung-palung laut, tidak ideal untuk dilalui kapal-kapal raksasa untuk menghindari kandas atau tenggelam, kecuali oleh kapal-kapal kecil.

Oleh karena itu, keuntungan besar yang diciptakan oleh Selat Malaka eksklusif untuk Malaysia dan Singapura. Singapura hanya butuh 53 tahun membuat terobosan baru di Selat Malaka untuk menempati peringkat di antara jajaran negara maju.

Malaysia yang kurang berkembang juga diunggulkan akan menjadi pendatang baru, salah satu negara kuasi-maju.

Dulu, negara lain yang miskin teknologi hanya bisa menatap iri dan dengki.

Namun saat ini, seiring dengan kemajuan iptek dan negara-negara seperti Thailand, India, dan Indonesia semuanya mulai berbagi gagasan untuk berbagi bersama.

Pada Maret 2014, beberapa media asing melaporkan bahwa tim konstruksi Kra Isthmus Canal (Terusan di Tanah Genting Kra) yang dipimpin beberapa perusahaan Tiongkok  sudah mulai beroperasi.

Sulit untuk mengatakan apakah berita itu benar atau tidak, tetapi ini benar-benar memicu gelombang perhatian lain baik di Tiongkok maupun di Tanah Genting Kra, dan beberapa media menerbitkan laporan bahwa Tiongkok dan Thailand menandatangani nota kerja sama dalam proyek Terusan Kra.

Disebutkan bahwa Tiongkok dan Thailand akan bersama-sama menggali terusan di Tanah Genting Kra (Kra Isthmus) untuk menghubungkan Teluk Thailand dan Laut Andaman, memperpendek perjalanan dari Samudera Hindia ke pelabuhan Asia Timur sejauh 1.200 kilometer, dan kapal dapat langsung memasuki Samudera Pasifik dari Samudera Hindia tanpa harus melewati Selat Malaka.

Namun, Kemenlu Tiongkok mengklarifikasi bahwa Tiongkok tidak berpartisipasi dalam rencana proyek semacam itu, dan beberapa negara selalu mengaitkan Tiongkok dengan apa yang disebut proyek Terusan Kra. Tetapi Tiongkok membantah dengan mengatakan belum pernah mendengar tentang proyek tersebut, dan pejabat Thailand belum membicarakannya dengan Tiongkok.

Tiongkok tidak pernah secara resmi mempromosikan terusan Kra sebagai proyek BRI (One Belt One Road Initiative).

Yang disebut Kra Isthmus  (Tanah Genting Kra) sebenarnya adalah bagian tersempit dari Semenanjung Melaya, yang lebarnya hanya 56 kilometer, terletak di selatan Thailand, dari sini terus ke selatan ke Malaysia dan Singapura.

Di sebelah timur Semenanjung Melaya adalah Teluk Thailand, beberapa di antaranya adalah Laut Andaman, yang termasuk dalam Samudra Pasifik dan Samudra Hindia.   

Usulan penggalian terusan di tanah genting Kra diajukan oleh Inggris lebih dari 400 tahun yang lalu. Dalam 400 tahun berikutnya, Inggris dan Prancis telah mencoba untuk memulai proyek ini beberapa kali, tetapi pada akhirnya semuanya sia-sia.

Alasan Tiongkok Memperhatikan Tanah Genting Kra

Tanah genting Kra baru diperhatikan oleh Tiongkok dalam 20 tahun terakhir, ada dua alasan utama.

Pertama, karena AL AS telah menguasai Selat Malaka, ada potensi akan menjadikan krisis keamanan transportasi bagi energi Tiongkok. Intersepsi militer AS terhadap jalur transportasi laut Tiongkok di Selat Malaka akan berdampak besar bagi Tiongkok.

Yang kedua terusan Kra akan menciptakan krisis ekonomi bagi Singapura, maka dari itu Singapura selalu menerapkan kebijakan berpihak dengan AS dalam urusan internasional, dan dalam banyak hal yang berkaitan dengan kepentingan Tiongkok.

Setelah Filipina menutup pangkalan militer AS pada 1990-an, Singapura menawarkan Pelabuhan laut Changi untuk digunakan oleh militer AS, sebuah langkah yang dinilai Tiongkok sangat mengancam keamanan maritim Tiongkok.

Sulit Merealisasi Terusan Kra

Sumber: iims.org.uk
Sumber: iims.org.uk

Tanah Genting Kra milik Thailand karena berada di wilayah teritori Thailand, jadi apakah proyek ini dapat diluncurkan, pertama-tama harus dipertimbangkan kepentingan Thailand.

Siapa pun yang membiayai pembangunannya dapat menyingkirkan Selat Malaka yang selama ini dikuasai/dikontrol AS. Yang lebih serius adalah pembukaan Terusan Kra akan menyebabkan Selat Malaka yang dikontrol oleh AS selama ini, statusnya akan sangat berkurang.

Situasi ini yang tidak ingin dilihat AS dalam hal untuk mengendalikan Asia Tenggara, dan bahkan bukan tujuan AS untuk melepaskan pengendalian tenggorokan ekonomi di Timur Jauh.

Oleh karena itu, AS pasti akan menekan Thailand. Situasi politik di Thailand selama ini sering  tidak akan stabil. Jika sampai juga di-intervensi AS, maka seluruh Thailand akan kacau balau.

Maka dari itu, AS tidak akan sudi dan diam diri menyaksikan pembukaan Terusan Kra, dan Thailand lebih mengkhawatirkan gejolak geopolitik.

Namun, untuk mencari solusi dengan membuat jalur lain di Thailand tidak akan menyelesaikan masalah macet, karena AS juga memiliki pasukan yang ditempatkan di Bangkok, Sattahip, Utapao, Thailand, jadi sia-sia untuk mencoba melepaskan diri dari pengaruh AS tidak peduli apakah itu menggali kanal atau memasang jaringan pipa di kawasan Tanah Genting Kra.

Pada 2016, jumlah kapal yang melewati Selat Malaka mencapai 84.000, mendekati kapasitas maksimum Selat Malaka, jika Terusan Kra selesai, itu bisa mengalihkan kepadatan lalu lintas tersebut, disitulah nilai dari Terusan Kra.

Pada tahun 2014, tim persiapan Terusan Kra yang dipimpin oleh Liugong Group, XCMG Sany dan perusahaan Tiongkok lainnya telah mulai beroperasi.

Setelah selesai secara tidak resmi, ASEAN, Tiongkok, Jepang dan bahkan badan perdagangan dunia akan mendapat manfaat dari pembukaan Terusan Kra.

Kerjasama Thailand Dengan Perusahaan Asal Tiongkok

Pada 27 September 2020, menurut kantor berita Rusia TASS, pemerintah Thailand menginvestasikan RMB 63 juta yuan untuk mempelajari dan merumuskan rencana menghubungkan Kepulauan Andaman dan Teluk Siam dengan kereta api.

Jelas, Thailand sedang mencoba untuk memulai kembali rencana pembangunan Terusan Kra yang telah disusun dan dibuat sketsa sejak abad ke-17 dan selalu ingin digali, tetapi selalu diblokir oleh AS.

Seperti kabar yang bisa didapat Kanal Kra yang diusulkan oleh Thailand adalah kanal saluran dua arah yang khas dengan panjang total 102 kilometer, lebar 400 meter, dan kedalaman air 25 meter.

Apabila kanal selesai dibangun, kapal dari Asia Barat ke Asia Timur tidak harus melalui Selat Malaka untuk memutar melalui Malaysia dan Singapura, bisa langsung dari Ten Degree Channel di Samudra Hindia dan Myanmar ke Teluk Thailand di Pasifik Laut.

Sumber: zh.wikipedia.org
Sumber: zh.wikipedia.org

Tiongkok dan Thailand hampir mencapai konsensus tentang pembangunan kanal ini, dan Thailand telah bekerja sama dengan Tiongkok dalam rencana untuk menggali Terusan Kra.

Selama bertahun-tahun, meskipun Malaysia dan Singapura telah mengajak AS untuk menekan Thailand untuk tidak mengizinkan pembangunan kanal tersebut, tetapi meskipun demikian, pekerjaan eksplorasi di Tanah Genting Kra terus berlangsung.

Thailand sangat ingin membangun kanal untuk menghasilkan uang, sementara Tiongkok lebih peduli dengan nilai strategis di masa perang jika itu terjadi.

Harus diketahui bahwa mengangkut minyak melalui Selat Malaka pada masa perang dapat dengan mudah dicegat oleh  AS dan sekutunya.

Tapi bagi Thailand kepentingannya berbeda, selama minyak diangkut ke pantai Thailand, bisa saja masuk ke Tiongkok, dari titik paling selatan Thailand ke Guangxi, Tiongkok,  hanya membutuhkan waktu kurang dari sehari dengan mobil dan kapal biasa.

Sumber: thinkchina.sg
Sumber: thinkchina.sg

Ada berbagai alasan mengapa Thailand berada di bawah tekanan untuk membangun Terusan Kra, yang paling kredibel adalah bahwa "wabah" itu juga merupakan "wabah" di seluruh dunia atau pandemi, yang bisa berakibat fatal bagi Thailand yang mengandalkan pariwisata sebagai sumber pendapatannya.

Ayuta, direktur Tourism Authority of Thailand, pernah mengatakan jika turis asing masih belum bisa masuk ke negaranya pada kuartal keempat tahun 2020, 2,5 juta dari 4 juta praktisi industri pariwisata di Thailand yang selama ini mendapatkan penghasilan akan menghadapi krisis pengangguran pada tingkat yang mengkhawairkan.

Tiga industri arus utama tidak lebih dari produksi sumber daya dan jasa industri, tetapi Thailand tidak memiliki produk lain, pertanian tidak sebaik negara tetangga India, dan landasan industrinya bahkan lebih buruk daripada Vietnam. Jadi Thailand harus memikirkan bagaimana seharusnya melakukan reformasi?

Saat ini, meraup bisnis dari Selat Malaka tampaknya menjadi jalan terbaik. Untuk mendongkrak perekonomiannya sendiri, Thailand bersiap meluncurkan proyek Terusan Kra, namun karena campur tangan AS, Thailand terpaksa untuk melakukan penyesuaian besar.

Artinya, mereka coba berhenti menggali kanal dan malah membangun jalur darat, mencoba menghubungkan Laut Andaman dan Teluk Thailand dengan jalan raya dan rel kereta api.

Sumber: thinkchina.sg
Sumber: thinkchina.sg

Meskipun konstruksi semacam ini dapat sangat mengurangi biaya dan kelayakannya akan menjadi lebih tinggi, tetapi hanya membangun rel kereta api dan jalan darat berarti melepaskan pelanggan seperti Jepang, Korea Selatan, Australia, dan Selandia Baru, dan menyelamatkan pelanggan utama ke negara-negara Asia yang dipimpin oleh Tiongkok.

Saat ini, pemerintah Thailand telah mengalokasikan 22 juta dolar AS untuk memungkinkan unit terkait melakukan penelitian untuk melihat apakah jalan dan rel kereta api dapat dibangun untuk menghubungkan Laut Andaman dan Teluk Thailand.

Tapi proposal itu sendiri tidak masuk akal secara ekonomi. Bongkar muat barang di satu pelabuhan, mengangkutnya ke seluruh negeri dengan kereta api atau jalan darat, dan kemudian mengunggahnya lagi di pelabuhan lain jutru meningkatkan biaya daripada mengurangi biaya transportasi.

Menteri Transportasi Thailand, Saksiam Chidchob mengungkapkan bahwa pemerintah Thailand telah mendukung inisiatif alternatif: membangun dua pelabuhan laut dalam di kedua sisi tanah genting yang dihubungkan oleh jalan raya dan rel kereta api.

Tapi akhirnya usulan ini ketika muncul,  Bloomberg menerbitkan berita yang mengutip Menteri Transportasi Thailand, Saksiam Chidchob. Menteri berpendapat bahwa karena Selat Malaka telah menjadi "cukup padat", diperlukan jalur alternatif untuk melewati salah satu jalur air tersibuk di dunia. (9 September 2020)

Tidak diragukan lagi, pelanggan yang akan diraih jika membangun jalur transportasi darat tidak sebanyak yang akan diraih dari kanal, dan pendapatannya tidak sebesar kanal, apalagi pelayaran melalui kanal  akan berkurang atau lebih pendek.

Namun meski dengan jalur darat, Thailand masih bisa menghasilkan uang, begitu jalur darat selesai, volume transportasi Tiongkok saja akan membawa banyak keuntungan bagi Thailand.

Jelas yang bisa diutamakan adalah orang Tiongkok yang berniat menggunakan relnya, lagipula rel kereta api lebih merepotkan daripada kapal laut, dan volume angkutnya tidak sebesar kapal barang, meski lebih cepat mengangkut barang berskala besar, biaya angkutnya akan jauh lebih tinggi daripada kapal barang, dan ide terbaik Thailand adalah meminta Tiongkok untuk berkontribusi sebagian untuk memaksa beberapa perusahaan memakai perkeretaapian Thailand untuk mencapai situasi win-win.

Majalah "Foreign Policy" Amerika menghabiskan beberapa halaman dengan fokus pada Selat Malaka Mata rantai terlemah dalam strategi Samudera Hindia adalah Selat Malaka.

Jalur ini adalah garis hidup dari seluruh perdagangan maritim Asia Timur dan benteng yang harus diperebutkan oleh Tiongkok dan AS.

Jika Kanal Kra atau Kereta Api Kra dapat dibangun, itu akan memungkinkan PLA bisa berulang kali melompat antara Laut Tiongkok Selatan dan Samudera Hindia untuk menduduki komando laut di Samudera Hindia dan Laut Tiongkok Selatan dengan kecepatan tercepat, tanpa harus menempuh perjalanan jauh ke selatan untuk mengitari Semenanjung Malaya hingga Samudera Hindia.

Kanal ini juga merupakan bagian dari Belt and Road Initiative, dan merupakan aset strategis penting di sisi darat.

Selain itu, jika Terusan Kra selesai dibangun, Beijing akan mengelilingi India sepenuhnya, dengan Pakistan di barat, Tibet di utara, dan Terusan Kra di tenggara.

Angkatan Laut Tiongkok secara aktif terdorong ke arah barat ke Teluk Benggala dan Samudra Hindia, membangun pangkalan militer dan pangkalan logistik di Djibouti dan melakukan latihan bersama dengan angkatan laut Myanmar, Bangladesh, Pakistan, Iran, dan Rusia. India telah memperkuat berbagai langkah persiapan dengan memperkuat kemugkinan konflik di darat dan di laut.

Media India melaporkan pada 25 Agustus 2020 bahwa India berencana melakukan peningkatan besar-besaran angkatan udara dan angkatan lautnya di Kepulauan Andaman dan Nikobar.

Sejak awal September 2020, Angkatan Laut India juga telah bersiaga tinggi dari Teluk Persia hingga Selat Malaka.

Begitu terjadi konflik, India akan segera memblokir Kepulauan Mamanda untuk mencapai efek pemblokiran Selat Malaka, sehingga dalam hal ini pembangunan Terusan Kra di Thailand menjadi sangat penting bagi Thailand dan Tiongkok.

Sumber: Media TV dan Tulisan Luar Negeri

https://www.researchgate.net/figure/The-Kra-Isthmus-Canal-Route-Source-National-Planning-Agency_fig1_343395193

https://www.iims.org.uk/kra-canal-project/

https://www.thinkchina.sg/land-bridge-place-kra-canal-game-changer-thailands-future-engagement-region-and-china

https://www.thinkchina.sg/indias-obsession-thailands-kra-canal-and-chinas-failure

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun