Ketua DPR AS, Nancy Pelosi, melakukan kunjungan ke Taiwan dengan mengabaikan oposisi kuat dan representasi serius dari Tiongkok. Tiongkok menganggap masalah Taiwan adalah urusan dalam negerinya, tetapi perselisihan antara Tiongkok dan AS atas Selat Taiwan tidak hanya di Selat Taiwan itu sendiri, tetapi juga di medan perang diplomatik internasional.Â
Meski AS sudah lama memiliki keunggulan di bidang opini publik internasional, kali ini Pelosi jelas-jelas provokatif, dan Tiongkok kini justru  memperoleh keunggulan moral.
Dalam beberapa hari terakhir, lebih dari 160 negara dan organisasi internasional telah mendukung sikap sah Tiongkok dengan cara yang berbeda, yang mengejutkan AS dan selanjutnya mengkonsolidasikan dan memperkuat konsensus komunitas internasional tentang satu Tiongkok.
Di pihak AS, terutama G7 dan negara-negara Barat lainnya, perlu dicatat bahwa bahkan negara-negara di kubu Barat memiliki sikap yang sangat berbeda terhadap masalah ini. Jepang paling tinggi memihak ke AS dan Barat, sementara Korea Selatan, Selandia Baru, dan negara-negara lain jelas menjauhkan diri dari sikap AS.
Dengan adanya tanggapan yang berbeda dari negara-negara,  atas sikap berbagai negara dan organisasi internasional, berdasar data statistik yang tidak lengkap ini ada analis yang mencoba membagi perubahan sikap dari negara-negara terhadap Tiongkok  dan AS dengan kunjungan Nancy Pelosi ke Taiwan.
Kategori 1: Negara dan organisasi internasional yang mendukung Tiongkok dan mengutuk AS : Kuba, Korea Utara, Iran, Venezuela, Nikaragua, Suriah, Eritrea, dll.
Pada 6 Agustus, Menlu Tiongkok Wang Yi melakukan percakapan telepon dengan Menlu Iran Abdullahyan, Abdullahyan menekankan bahwa Iran dengan tegas menganut kebijakan satu-Tiongkok dan mengutuk keras tindakan tidak masuk akal AS dalam masalah Taiwan. Prinsip satu-Tiongkok adalah prasyarat untuk memastikan perdamaian dan keamanan regional.
Kemenlu Kuba mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka dengan tegas menentang upaya AS untuk merusak kedaulatan dan integritas teritorial Tiongkok, dan mengutuk campur tangan AS dalam urusan dalam negeri Tiongkok.Â
Kuba menegaskan kembali dukungannya terhadap prinsip satu-Tiongkok dan mengakui Taiwan sebagai bagian tak terpisahkan dari wilayah Tiongkok. Kegiatan provokatif AS merusak perdamaian dan keamanan regional dan internasional.
Seorang juru bicara Kemenlu DPRK mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa DPRK mengutuk dan menentang campur tangan kekuatan eksternal dalam masalah Taiwan, dan sepenuhnya mendukung posisi adil pemerintah Tiongkok untuk secara tegas mempertahankan kedaulatan nasional dan integritas teritorial.