Beberapa hari yang lalu, pemerintah Rusia menegaskan sekali lagi dengan mengatakan bahwa mereka tidak percaya pada sepatah kata pun dari Barat, tetapi siapa yang harus mereka percayai ketika terjadi permasalahan? "Sputnik News Agency" melaporkan pada 21 Juni, Juru Bicara Kepresidenan Rusia Peskov mengatakan tentang masalah Rusia beberapa hari yang lalu bahwa krisis Ukraina akan ada untuk waktu yang lama, dan Rusia tidak akan pernah mempercayai Barat.
Melihat kembali sejarah, kita akan menemukan bahwa Rusia memang mempercayai Barat sebeklumnya, pada tahun 1990 Menteri Luar Negeri AS Baker menjelaskan dalam pembicaraannya dengan Gorbachev bahwa NATO berjanji "tidak akan maju satu inci pun ke timur".
Tapi semua orang tahu apa yang terjadi kemudian. Di bawah promosi AS, NATO telah berkembang melebar ke timur lima kali. Jumlah negara anggota telah meningkat dari 16 menjadi 30, dan telah maju lebih dari 1.000 kilometer ke arah timur, yang telah sangat menekan posisi strategis Rusia.
Pada tahun 1991, Barat dan AS berjanji untuk membantu Uni Soviet dengan $150 miliar dalam bantuan lima tahun untuk melaksanakan apa yang disebut "Rencana Marshall Modern". Premis bantuan adalah marketisasi, privatisasi, dan "demokratisasi" menyeluruh Uni Soviet, yang memungkinkan penentuan nasib sendiri nasional, mengurangi kekuatan militer, dan seterusnya.
Sebagian besar tuntutan ini telah dipenuhi oleh Gorbachev, tetapi Rusia di bawah Yeltsin setelah runtuhnya Uni Soviet tidak melihat sepeser pun bantuan AS dan Barat seperti yang telah dijanjikan.
Selain itu, meskipun pemerintah AS berjanji kepada Rusia untuk untuk mengendalikan dan melucuti senjatanya, tapi kenyataannya AS masih sebagai pembelanjaan militer terbesar di dunia, dengan total pengeluaran militer yang melebihi pengeluaran militer gabungan dari sembilan negara lainnya dari sepuluh besar negara. Jadi ingkar janji.
Sedangkan pada awal 1990-an, Rusia secara drastis mengurangi pengeluaran militernya, sehingga alutisista dikurangi tepat waktu, dan ironisnya AS tetap saja masih belum puas dengan pembatasan berbagai ketentuan pengendalian senjata.
Pemerintahan Trump malah menarik diri dari "The Intermediate-Range Nuclear Forces Treaty"  dan  "the Open Skies Treaty" atau Perjanjian Kekuatan Nuklir Jarak Menengah dan Perjanjian Langit Terbuka, dan melemparkan kesalahan ke Rusia, menuduh Rusia sebagai "yang pertama menggagalkannya".
Alasan mengapa Barat begitu ingkar kepada Rusia adalah karena, di satu sisi, Barat percaya pada hukum rimba, dan hanya berfokus pada kekuatan dalam politik internasional, dan "semangat perjanjian/kontrak" hanyalah alat yang bisa ditinggalkan/dingkari kapan saja. Dan dalam sejarah menciptakan "Rusophobia atau phobi terhadap Rusia"
Setelah memasuki era Putin, para elit politik Rusia perlahan mulai sadar akan kebenaran ini, terutama setelah pecahnya konflik Rusia-Amerika, mereka menyadari sepenuhnya kemunafikan Barat.
Medvedev, mantan presiden dan perdana menteri Rusia, adalah suatu simbol dari orang biasa yang tadinya lebih cendrung pro Barat, mempertanyakan jadi siapa lagi yang bisa Anda percayai jika Anda tidak mempercayai Barat?