Sumber: Overt Defense
Turki membangun kapal induk hanya butuh waktu dalam 9 bulan, dan kecepatan membangunnya melampaui Tiongkok  dan AS, sehingga akan menjadikan Turki satu negara besar berkekuatan kapal induk.
Kapal induk merupakan indikator penting untuk menguji kekuatan militer suatu negara, karena biayanya sangat mahal. tinggi dan teknologi terkait terlalu rumit.
Sejauh ini, hanya ada kurang dari 10 negara di dunia yang memiliki kapal induk. AS adalah negara dengan kapal induk terbanyak di dunia, dan itu menjadikan jaminan kuatnya kekuatan militernya. Selain itu ada beberapa negara yang kita kenal memiliki kapal induk.
Tapi kini ada satu negara yang dapat memproduksi kapal induk hanya dalam 9 bulan.
Kecepatan membangun kapal induk ini membuat AS yang sebagai memilik kapal induk terbanyak di dunia menjadi terheran-heran dan tertinggal jauh.
Seperti diketahui membangaun kapal induk dibutuhkan tidak hanya sumber daya dana dan tenaga khusus, yang lebih penting lagi harus menguasai teknologi tinggi dan canggih. Bahkan seperti Tiongkok sudah sejak lama meraba-raba secara bertahap-tahap sebelum dapat menerobos ke tingkat seperti sekarang ini.
Lalu bagaimana Turki dapat melakukannya dengan waktu sesingkat ini untuk dapat membangun kapal induk ini? Apakah ini benar-benar terobosan teknik konstruksi atau hanya untuk menarik perhatian saja?
Zaman sekarang, bagi suatu negara membangun alutsista kapal induk membutuhkan persyaratan yang lebih tinggi dan lebih canggih pada industri nasionalnya, mengingat selama Perang Dunia I, negara-negara seperti Austria, Hongaria dan Italia dapat dianggap sebagai kekuatan kelas dunia.
Tapi pada saat Perang Dunia II, negara-negara ini sudah tidak sehebat sebelumnya, karena kekuatan militer mereka berjalan di tempat tidak mengalami kemajuan, dan sejauh ini satu-satunya negara yang dapat dianggap sebagai berkekuatan militer kelas satu adalah AS, Rusia dan Tiongkok.
Lagi pula, persenjataan militer hari ini benar-benar berbeda dari waktu lalu. Jika kita masih menggunakan bayonet dan senapan dalam pertempuran sekarang, diperkirakan kita akan dibombardir oleh rudal atau drone begitu akan bergerak maju. Sekarang zamannya satu-satunya kita harus kuat pada posisi pertananan dan kuat dalam kekuatan ofensifnya agar tidak dihajar musuh.
Setiap negara juga telah menghabiskan banyak upaya pada aspek alutsista, dan bekerja keras untuk mengembangkan alutsista yang lebih maju, bahkan jika negara adidaya AS mengatakan bahwa dunia tidak perlu melakukan R&D lagi, karena dunia sekarang adalah era perdamaian, tapi sebaliknya AS dibelakang layar terus melakukan pengembangan alutsista.
Di antara alutsista tersebut adalah kapal induk, untuk kapal induk hanya segelintir negara yang dapat membangunnya, karena tidak hanya membutuhkan waktu yang lama, tetapi juga memiliki persyaratan teknis yang ketat dan banyak biaya. Khusus untuk pengembangan kapal induk begitu dana dan sumber daya digelontorkan, maka perlu waktu lama untuk bisa mewujudkannya, begitu diperjalanan ada masalah maka semua dana dan sumber daya ini akan menguap.
Maka negara yang sangat gigih dalam hal ini adalah Turki. Mereka percaya dengan memiliki kapal induk bisa menjadi negara besar. Meski dapat dikata kapal induk adalah raksasa di laut, tapi untuk memiliki alutsista ini, perlu mempertimbangankan kemampuan dirinya sendiri, karena membangun dan mengoperasikan kapal induk biayanya tidak kecil.
Apalagi kapal induk masa lalu dan kapal induk masa kini sama sekali tidak sama, kapal induk masa lalu hanya diperlukan pesawat baling-baling yang bisa lepas landas dan mendaratkan pada dek kapal.
Sebelum memasuki abad ini, lebih dari 20 negara-negara di dunia dapat memproduksi kapal induk seperti itu, tetapi setelah abad ke-21 Kapal induk mulai mengalami perubahan yang mengguncang bumi. Kapal induk harus bisa untuk lepas landas dan mendaratkan jet tempur. Bahan dek kapal induk juga memiliki persyaratan yang ketat, dan harus menggunakan baja khusus.
Oleh karena itu, sebagian besar negara telah tersingkir, dan tersisa kurang dari sepuluh. Namun, sebagian besar negara percaya bahwa kapal induk adalah simbol kekuatan militer negara besar, sehingga ada negara-negara yang ingin mempertahankan kepemilikan kapal induk untuk deterrence, meskipun harus memaksakan diri, meskipun jelas mereka sebeanarnya sudah tidak sanggup mendukungnya lagi. Tetapi untuk penampilan mereka rela membuang uang untuk R&D kapal induk, namun akhirnya akan sia-sia.
Seperti apa yang terjadi pada India, semula mereka cukup percaya diri dengan kekuatannya sendiri, dan mereka telah menunjukkan bakat hebatnya ke dunia ketika pertama kali mulai mengembangkan kapal induk, mereka mengatakan bahwa tidak ada masalah sama sekali. Namun akhirnya dalam proses mengalami kesulitan di luar imaginasi mereka, ternyata India selain tidak memiliki teknologi canggih yang dibutuhkan untk proyek kapal induk, juga dananya terbatas. Akhirnya termaksa proyek dihentikan dan keluar dari daftar negara berkemampuan membangun kapal induk.
Ini benar-benar memalukan. Satu-satunya kapal induk yang aktif di India adalah Vikramaditya. Sekarang keadaannya tidak terlalu ideal. Banyak konsep pertempuran sudah ketinggalan zaman, dan tata letak geladak juga sangat tidak memadai, manifestasi paling intuitif ada di geladak ini karena desainnya yang sangat terbelakang, sehingga menyebabkan sering terjadinya kecelakaan di kapal induk India dalam beberapa tahun terakhir ini.
Maka dari itu tidak sulit untuk melihat betapa ketatnya pembuatan kapal induk. Ini bukan perkara sederhana, sehingga banyak negara yang berhenti mengembangkan dan membangun kapal induk.
Turki Yang Mengejutkan Dunia
Sumber: asiatimes.com
Namun, Turki tidak takut dengan masalah tersebut diatas, mereka merasa harus mempelajari dan memahami membuat kapal induk ini, dan bahkan hanya butuh 9 bulan untuk membangun kapal induk. Banyak negara yang sangat penasaran dengan pencapaian luar biasa Turki.
Kecepatan ini di luar jangkauan negara pemilik kapal induk pertama, AS. Padahal Sumber daya manusia dan material yang dibutuhkan untuk pembangunan kapal induk adalah hal kedua, dan yang terpenting adalah berbagai teknologi canggih di atas. Bahkan Tiongkok telah meraba-raba sejak lama sebelum secara bertahap dapat menerobosnya. Baca:
Siapakah Orang Ukraina Dibalik Keberhasilan Pembuatan Kapal Induk Tiongkok?
Dari mana Turki mendapatkan teknologinya? Setelah memiliki kapal induk, apakah ada pesawat berbasis kapal induk yang bisa digunakan?
Maka Rusia pernah bertanya ke Turki, dari mana teknologi untuk membangun kapal induk ini berasal? Dikatakan bahwa dari AS. Mungkin Turki dan AS mencapai kesepakatan rahasia secara khusus, dengan mendorong AS untuk menyediakan teknologi terkait kepada Turki. Jika demikian, Turki juga kemungkinan akan menjadi negara kekuatan kapal induk berikutnya, jika semuanya berjalan lancar, kapal induk akan segera bergabung dengan AL Turki.
Meski sempat dipertanyakan, yang tak terduga adalah Turki hanya butuh 9 bulan untuk membuat kapal induk. Jangan ditanyakan membangun kapal induk dalam beberapa bulan, bahkan sulit untuk membangun kapal besar dalam kurun waktu itu. Bahkan AS, yang mutlak ahli di bidang kapal induk di dunia saat ini, tidak dapat mencapai kecepatan seperti itu. Segera Turki merilis berita tentang kapal induknya sendiri.
Dilaporkan bahwa kapal induk Turki yang disebut kapal induk "Anadolu", adalah kapal induk pertama Turki. Kapal induk "Anadolu" adalah kapal induk bertenaga konvensional dengan bobot muat penuh sekitar 28.000 ton, dapat melaju hingga 29 knot dan mengadopsi metode lepas landas ski-jump. Kapal induk "Anadolu" diposisikan sebagai kapal serbu amfibi yang dapat melakukan proyeksi kekuatan. Turki tiba-tiba menjadi salah satu dari sedikit negara di dunia yang memiliki kapal induk. Dari mana teknologinya berasal?
Diberitakan kapal induk "Anadolu" dibangun berdasarkan kapal serbu amfibi Spanyol, dan secara alami menerima dukungan teknis dari Spanyol. Sebagai kapal induk ringan, kapal induk "Anadolu" mengalami kesulitan dalam memilih pesawat berbasis kapal induk. Dalam rencana awal, F-35B AS yang dapat mendarat dan lepas landas secara vertikal adalah pilihan pertama bagi Turki, tetapi karena beberapa alasan, Turki telah kehilangan kualifikasi untuk membeli F-35B dari AS, sehingga perlu segera mencari pengganti yang sesuai.
Akibatnya, kapal induk ringan ini kehilangan pesawat berbasis kapal induknya, dan kini hanya bisa mengangkut helikopter buatan Turki. Sebagai kapal induk helikopter, efektivitas tempurnya menurun tajam.
Meskipun sikap Turki sangat kuat, mengklaim bahwa jika AS tidak menjualnya, mereka akan membeli pesawat berbasis kapal induk dari Tiongkok, tetapi pada kenyataannya baik Tiongkok maupun Rusia tidak memiliki pesawat tempur lepas landas dan mendarat vertikal yang mirip dengan F35B atau pesawat berbasis kapal induk ringan yang bisa lepas landas dan mendarat di kapal induk Turki ini. Oleh karena itu, Turki tidak bisa bisa mendapat alternatif  tentang hal itu saat ini.
Meskipun Tiongkok belum berhasil mengembangkan pesawat berbasis kapal induk lepas landas dan pendaratan vertikal serupa dengan F35B, setelah memiliki Liaoning, Tiongkok telah mengembangkan pesawat berbasis kapal induk J-15 dan memiliki kemampuan untuk mengembangkan pesawat berbasis kapal induk secara mandiri terlepas dari ketergantungan dari negara lain.
Saat ini Tiongkok masih mengembangkan pesawat berbasis kapal induk siluman yang jika berhasil akan menjadi negara kedua di dunia yang mampu mengembangkan pesawat berbasis kapal induk siluman.
Pada akhirnya, Turki kemungkinan akan dipaksa untuk tunduk pada AS dan membatalkan untuk membeli S400 sebagai imbalan untuk membeli F35B dari AS, sehingga kapal induk domestiknya memiliki efektivitas tempur yang lengkap, tetapi mau tidak mau harus menunggu untuk mengimpor sistem pertahanan udara rudal Patriot dari AS di masa depan.
Pertahanan pencegahan dan pengendalian dalam negeri akan sangat terpengaruh, dan pengalaman Turki juga mengingatkan kita akan pentingnya memiliki sistem industri yang sehat.Baca:
Permainan Politik Rusia dalam Perdagangan Alutsista Canggih
Berebut Pasar Alutsista AS-Rusia, Mengapa Turki dan India Memilih Su-35 dan Su-57 Rusia daripada F-35 ASÂ
Tapi menurut berita dari "Asian Times" (1 Maret 2022), Kapal induk ringan pertama Turki sedang melakukan serangkaian uji coba laut, secara signifikan pada saat meningkatnya ketidakpastian strategis dengan adanya operasi militer khusus Rusia ke Ukraina.
TCG Anadolu, dibangun oleh Galangan Kapal Sedef Turki bekerja sama dengan Navantia Spanyol dan pertama kali diluncurkan bulan lalu, dapat dikonfigurasi sebagai kapal induk mini dan mungkin dapat digunakan di Laut Aegea, Laut Hitam dan Laut Mediterania, serta India dan lautan Atlantik.
TCG Anadolu didasarkan pada SPS Juan Carlos I Spanyol, kapal serbu amfibi multiguna dan kapal induk di AL Spanyol. Kapal ini menggabungkan fitur kapal induk dan kapal pendarat, Â yang menetapkannya sebagai kapal pendarat dengan dok helikopter (LHD).
Hal ini bisa menjadi unggulan AL Turki, berukuran panjang 232 meter dan lebar 32 meter. Kapal ini juga dilengkapi dengan "well deck" seluas 1.400 meter persegi, yang dapat digenangi air untuk menampung kapal pendarat amfibi.
Semua sistem kapal dibeli oleh Aselan dan Haveslan. TCG Anadolu menampilkan sistem manajemen tempur GENESIS-ADVENT buatan Turki, dan pendaratan pesawat dibantu oleh Radar Pendekatan Presisi Leonardo SPN-720 Italia (Italian Leonardo SPN-720 Precision Approach Radar).
Sumber: gd-ots.com + aselsan.com.tr
Senjata yang dipasang termasuk Phalanx 20mm close in weapon systems (CIWS), Rolling Airframe Missile (RAM), stasiun senjata jarak jauh Aselsan 25mm STOP dan sistem penanggulangan torpedo Aselan Hizir. (Aselsan 25mm STOP remote weapon stations and an Aselan Hizir torpedo countermeasures system).
Kapal ini awalnya direncanakan untuk mengoperasikan versi lepas landas pendek dan pendaratan vertikal F-35. Namun, karena Turki dikeluarkan dari program F-35 pada tahun 2019 karena pembelian sistem rudal permukaan ke udara S-400 Rusia, Turki sekarang berencana untuk mengoperasikan pesawat serang latih ringan Hrjet dari TCG Anadolu.
Sumber: tusas.com
Hrjet adalah pesawat bermesin tunggal, kursi tandem dengan avionik modern yang dapat dikonfigurasi untuk pelatihan dan peran serangan ringan. Namun, beberapa modifikasi harus dilakukan pada desain Hrjet dan TCG Anadolu agar sesuai untuk operasi kapal induk ringan.
Beberapa modifikasi ini termasuk memperkuat badan pesawat Hrjet untuk menahan tekanan pendaratan di kapal induk.
Selain itu, karena TCG Anadolu awalnya dirancang untuk mengakomodasi pesawat lepas landas pendek dan pendaratan vertikal (STOVL), sistem ketapel mungkin diperlukan untuk meluncurkan Hrjet, di samping sistem pengait untuk menangkap pesawat yang mendarat.
Namun, tidak jelas bagaimana pesawat akan berhenti jika melewatkan sistem pengait, karena dek penerbangan TCG Anadolu terlalu pendek untuk memungkinkan Hrjet lepas landas lagi.
Kapal itu juga diharapkan membawa helikopter seperti T129 ATAK buatan lokal Turki, helikopter anti-kapal selam S-70 Seahawk dan helikopter angkat berat. TCG Anadolu dapat membawa 14 unit, namun jumlah ini dapat berubah tergantung pada persyaratan misi.
Sumber: defenseworld.net + globaldefensecorp.com
Kapal ini juga diharapkan membawa drone tempur Bayraktar versi angkatan laut dengan mesin lokal yang dikembangkan oleh TUSAS Engine Industries. Bayraktar TB-3, yang masih dalam pengembangan, dirancang untuk lepas landas dan mendarat di kapal tipe LHD menggunakan sistem roller sederhana dan jaring penyelamat.
Drone ini diproyeksikan memiliki bobot lepas landas 1.450 kilogram, daya tahan penerbangan 24 jam, dan sayap dapat dilipat untuk penyimpanan di atas kapal. TCG Anadolu direncanakan memiliki kapasitas 30 hingga 50 drone.
Sebuah kapal saudaranya TCG Anadolu, yang akan diberi nama TCG Trakiya, juga telah direncanakan.
Program kapal induk ringan Turki adalah simbol dari program modernisasi angkatan lautnya yang komprehensif. Item tiket besar lainnya yang Turki rencanakan untuk diakuisisi termasuk frigat MILGEM untuk menggantikan frigat kelas Oliver Hazard AL Turki, TF-2000 Air Defense Destroyers dan kapal selam propulsi independen udara kelas Reis.
Karena kapal induk adalah aset AL yang sangat kuat dalam hal fleksibilitas operasionalnya, TCG Anadolu memberi Turki proyeksi kekuatan yang kuat dan aset diplomasi AL di wilayah Laut Hitam dan Laut Mediterania.
Karena TCG Anadolu ditujukan untuk peran utama, ini juga menunjukkan ambisi Turki untuk meningkatkan profilnya sebagai pemain kunci dalam misi multinasional seperti CTF-151 di Afrika, Standing NATO Maritime Group Two (SNMG2), UNIFIL di Mediterania dan latihan AL internasional lainnya.
Perkembangan ini sejalan dengan doktrin Blue Homeland Turki, yang mencerminkan kepentingan strategis, ekonomi, dan geopolitik Turki dalam konteks maritim.
Dalam doktrin ini, Turki bertujuan untuk menegaskan klaim teritorialnya terhadap Yunani, mengamankan cadangan energi yang signifikan di Mediterania Timur dan memposisikan Turki sebagai pemain maritim utama dan sebagai hub antara Eropa, Asia dan Afrika.
Hal ini juga mencerminkan ambisi Turki untuk menjadi kekuatan regional di Mediterania, yang mampu mempertahankan kepentingannya sendiri secara mandiri, dan memproyeksikan dirinya sebagai kekuatan maritim yang baru muncul.
Tetapi Turki akan menjadi kekuatan angkatan laut berikutnya saat ini. Beberapa ahli asing tidak setuju dengan ini. Mereka percaya bahwa sebagian besar kapal induk Turki sebenarnya hanyalah kapal serbu amfibi. Bahkan jika dapat membawa pesawat berbasis kapal induk canggih, tidak akan punya kekuatan tempur yang besar, jadi tidak terlalu dikhawatirkan.
Meskipun dalam beberapa tahun terakhir kekuatan teknologi Turki berkembang pesat, melalui kombinasi R&D independen dan kerjasama asing, dan sekarang memiliki sistem produksi industri utama dan dapat memproduksi beberapa senjata dan peralatan canggih sendiri, seperti persenjataan Helikopter dll.
Namun kekuatan AL negara tersebut masih lemah, untuk meningkatkan kekuatan AL nya, negara juga telah melakukan banyak trik, salah satunya adalah dengan memperkenalkan dan membangun kapal induk ringan.
Sistem industri militer Turki tidak cukup komprehensif untuk secara mandiri mengembangkan pesawat berbasis kapal induk canggih, sehingga tidak memiliki kemampuan untuk membangun kapal induk domestik, mereka harus membeli pesawat berbasis kapal induk dari AS, sehingga menyebabkan menyulitkan situasi yang dihadapi negara saat ini.
Bisa dibayangkan jika Turki memiliki sistem industri yang kuat dan dapat mengembangkan pesawat berbasis kapal induknya sendiri yang canggih, Turki tidak akan menghadapi situasi menyulitkan seperti saat ini.
Sumber: Media TV dan Tulisan Luar Negeri
https://inf.news/ne/military/b37048506d03e4b2961a57cee8d646de.html
https://www.defenseworld.net/2021/11/11/baykar-to-test-bayraktar-tb3-sea-based-uav.html
https://asiatimes.com/2022/03/turkeys-new-light-carrier-signals-big-power-ambitions/
http://en.shuashuakan.com/new/c32446c657564ff483c216841336bbdf
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H