Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyampaikan pidato virtual pada Dialog Shangri-La di Singapura pada Sabtu (11 Juni), mengatakan pada konferensi pertahanan utama Asia bahwa Ukraina "pasti akan menang dalam perang yang telah dimulai Rusia ini".
Pada Dialog Shangri-La ke-19 yang diadakan di Singapura 14 Juni 2020, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky sekali lagi mendesak Barat untuk tidak mengendurkan bantuannya ke Ukraina dalam pidato virtualnya, dia mengklaim dengan bantuan ini berarti Barat "menyelamatkan dirinya sendiri". Jadi apakah memang benar Barat perlu menyelamatkan dirinya sendiri?
Tepat pada 10 Juni 2022 waktu setempat, pertemuan KTT Amerika berakhir "menyedihkan" di Los Angeles, AS. Â Hal ini bukan hanya karena para pemimpin beberpa negara penting Amerika Latin menolak partisipasi, tetapi polisi AS sendiri memasang kawat berduri tinggi di luar tempat KTT berlangsung untuk memisahkan beberapa organisasi hak-hak sipil mengamuk melawan AS karena menghancurkan perdamaian di benua Amerika. Dan ini hanyalah mikrokosmos dari "kegagalan diplomatik" AS. baca:
Kiblat Politik Amerika Latin Bergeser Menuju ke Timur
Tampaknya "Doktrin Monroe Baru" tidak dapat membantu AS mempertahankan hegemoninya, juga tidak dapat mengubah keniscayaan sejarah bahwa sistem hegemonik pada akhirnya akan runtuh. Jadi, jika hegemoni Barat seperti itulah yang disebut Zelensky sebagai "aturan dunia yang perlu dipertahankan", mengapa harus menyelamatkan  untuk dirinya sendiri?
Namun bagi UE, keberadaan sistem ini mungkin masih membawa nilai besar, bahkan jika AS semakin egois dan rakus, bahkan egah "menusuk dari belakang" sekutunya dan mengorbankan kepentingan mereka.
Misalnya, kontrak Prancis telah "diputus" oleh AS tahun lalu, untuk kontraknya pembelian 12 kapal selam dari Prancis dan Australia malah ditarik bergabung dengan aliansi "AUKUS" ( sekutu Amerika Serikat, Inggris, dan Australia).
Kemudian AS mengambil kontrak membangun kapal selam nuklir untuk Australia. Perlu dicatat bahwa nilai kontrak antara Prancis dan Australia mencapai 90 miliar dolar Australia. Macron membayar banyak upaya untuk ini, tetapi kontrakitu telah direbut AS. Selain marah-marah, Prancis juga menuntut ganti rugi.
Menurut pengungkapan Australia pada 11 Juni lalu, sangat mungkin Australia hanya akan mengganti rugi sebasar 835 juta dolar Australia yang akan dibayarkan ke Prancis pada akhirnya.