Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Sepak Terjang dan Diplomasi Joe Biden Melanggengkan Hubungan Tiongkok-Rusia

10 April 2022   16:42 Diperbarui: 10 April 2022   16:49 927
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Sumber: mp.weixin.qq.com

Apa yang benar-benar ditakuti Biden adalah bahwa Tiongkok akan memanfaatkan kesempatan perang Rusia-Ukraian ini untuk menyalip Barat dan AS. Baca:

Wajah dan Sepak Terjang Joe Biden Asli Menurut Pandangan Pengamat

https://www.kompasiana.com/makenyok/6252451d92cb5a212e104fa2/wajah-dan-sepak-terjang-joe-biden-asli-menurut-pandangan-pengamat

Medan perang utama pada P.D. I dan P.D. II berada di Eropa, dan pemenang terbesar adalah AS, karena pada saat itu AS adalah pabrik dunia dan dapat menjual persediaan kepada kedua pihak yang berperang sebelum memasuki perang, sehingga AS menghasilkan banyak uang.  

Ketika kedua belah pihak hampir bertarung, AS secara sendirian turun dan membagi buah kemenangan. Sekarang perang Rusia-Ukraina juga pecah di Eropa. Di permukaan, ini adalah perang antara Rusia dan Ukraina, tetapi sebenarnya itu adalah tarik ulur antara Rusia dan Uni Eropa.

Kedua belah pihak membutuhkan banyak bahan impor. Tapi yang jelas pabrik dunia saat ini adalah Tiongkok, bukan AS. Jika Perang Rusia-Ukraina berlarut-larut, ekspor Tiongkok pasti sangat bagus.

Dari Januari hingga Februari tahun ini, Tiongkok mengekspor barang senilai US$91,4 miliar ke UE, peningkatan tahun-ke-tahun sebesar 24%; Tiongkok mengekspor barang senilai US$12,6 miliar ke Rusia, peningkatan tahun-ke-tahun sebesar 41%. Ini baru Januari-Februari, dan nilai ekspor Maret semestinya akan lebih tinggi.

Oleh karena itu, jika perang Rusia-Ukraina menjadi perang yang berlarut-larut, ekspor dari Tiongkok akan sangat ter-stimulasi, baik Eropa, AS maupun Rusia perlu mengimpor material dalam jumlah besar dari Tiongkok.

Apalagi ekspor berbanding lurus dengan inflasi global. Semakin tinggi inflasi, semakin baik ekspornya. Jika pasokan energi global semakin menipis, ekspor Tiongkok diperkirakan akan tetap tumbuh dua digit tahun ini. Menurut para analis.

Maka dari itu Biden dengan hati-hati merancang perang Rusia-Ukraina untuk merusak kerja sama Eropa-Rusia dan memanen kekayaan Eropa pada saat yang sama. Tapi dia hanya menginginkan AS yang makan sendiri, dan tidak ingin Tiongkok mengambil kesempatan ini untuk mempersempit kesenjangan dengan Barat dan AS.

Maka dari itu, tampaknya Tiongkok menyadari bahwa inisiatif Biden untuk berunding dengan Tiongkok lebih merupakan penundaan, bukan untuk memperbaiki hubungan dengan Tiongkok, tetapi bertujuan untuk membongkar kerja sama Tiongkok-Rusia dan mencegah Tiongkok memperoleh manfaat. Menunggu sampai Rusia melemah dan harga minyak stabil sebelum berurusan dengan Tiongkok.

Jadi tampaknya Tiongkok sangat menyadari hal itu, dan pasti melakukan yang sebaliknya dengan melawan perang ekonomi AS.

Memang kenyataannya, Rusia memiliki dua senjata ampuh, satu adalah senjata nuklir dan yang lainnya adalah energi. Sanksi yang dikenakan pada Rusia oleh Eropa dan AS sebenarnya adalah pedang bermata dua, karena pasokan uang AS telah tumbuh sebesar US$ 6 triliun penuh sejak pandemi Covid-19, dan penerbitan mata uang yang berlebihan telah membawa masalah inflasi yang serius. Inflasi AS kemungkinan akan semakin tidak terkendali setelah sanksi terhadap minyak dan gas Rusia, itulah sebabnya Biden baru-baru ini memohon minyak kepada Iran dan Arab Saudi.

Tetapi jelas bahwa sangat sulit bagi Biden untuk membuat Iran dan Arab Saudi memenuhi permintaan dan menyelesaikan kekurangan minyak. Permintaan terbesar Iran saat ini adalah senjata nuklir. Persyaratan Iran dalam negosiasi kesepakatan nuklir Iran adalah mempertahankan konsentrasi uranium yang diperkaya pada 60% sehingga dapat mengembangkan senjata nuklir dalam satu atau dua tahun.

Ini sulit diterima Biden, karena begitu kesepakatan ditandatangani untuk mengizinkan Iran mempertahankan kemampuan nuklirnya, Biden akan menjadi pendosa bagi AS. Arab Saudi juga tidak mungkin untuk meningkatkan produksi, karena Arab Saudi kehilangan terlalu banyak dalam beberapa tahun terakhir, dan pengeluaran keluarga kerajaan telah terpengaruh.

Arab Saudi sangat bersedia memanfaatkan harga minyak yang tinggi untuk menghasilkan lebih banyak uang. Apalagi Arab Saudi kini menjalin kerja sama erat dengan Tiongkok.

Jet tempur J-10C yang dijual Tiongkok ke Pakistan adalah uang yang dibayari oleh Arab Saudi. Sebagai imbalannya, Pakistan mengirim AU ke Timur Tengah untuk memerangi Houthi di Yaman. Secara umum, Arab Saudi menyediakan uang, Tiongkok menyediakan senjata, dan Pakistan menyediakan pilot untuk bersama-sama untuk membela pertahanan dan keamanan nasional Arab Saudi.

Peta distribusi real-time dari kapal induk AS menunjukkan bahwa fokus militer AS masih di Asia Timur:

Sumber: mp.weixin.qq.com
Sumber: mp.weixin.qq.com

Selain itu, AS sekarang sangat lemah di Timur Tengah. Kapal induk "Truman" yang semula ditempatkan di Timur Tengah kini telah dipindahkan ke Mediterania untuk menghadapi Rusia.

Pasukan yang ditempatkan di Afghanistan dan Irak juga hampir ditarik. AS tidak memiliki kekuatan untuk menekan negara-negara Timur Tengah untuk meningkatkan produksi.

Arab Saudi dan Uni Emirat Arab telah menawarkan untuk meningkatkan produksi jika AS membantu memerangi Houthi di Yaman, tetapi AS tidak dapat melakukannya dengan kekuatan pasukannya di Timur Tengah. Tidak menutup kemungkinan bahwa Iran dan negara-negara anti-AS lainnya ingin memanfaatkan divisi AS yang lemah untuk membuat suara besar dan melancarkan perang Timur Tengah ke-enam untuk melemahkan Israel.

Proporsi ekspor minyak mentah menurut negara (gambar kiri) dan proporsi impor minyak mentah negara dari Rusia (gambar kanan):

Sumber: mp.weixin.qq.com
Sumber: mp.weixin.qq.com

Maka dari itu, sampai akhir perang Rusia-Ukraina, harga minyak kemungkinan akan tetap tinggi, menyebabkan dampak yang besar pada perekonomian Barat.

Namun bagi Tiongkok berpeluang tetap bertahan karena bisa membeli minyak mentah murah dari Rusia. Pada tahun 2021, Tiongkok mengimpor 10 juta barel minyak mentah per hari, di mana 1,6 juta barel berasal dari Rusia, yang merupakan sepertiga dari ekspor minyak mentah Rusia. Baca:

Mengapa Tiongkok Tetap Berbaikan Dengan Rusia Meskipun Terjadi Perang Rusia-Ukraina?

https://www.kompasiana.com/makenyok/624848885a74dc397f71b1da/mengapa-tiongkok-tetap-berbaikan-dengan-rusia-meskipun-terjadi-perang-rusia-ukraina

Jika Barat terus menjatuhkan sanksi pada ekspor minyak dan gas Rusia, itu pada akhirnya akan menguntungkan Tiongkok. Karena harga minyak dunia akan tetap di atas US$100/barel pada saat itu, tetapi Tiongkok dapat mengimpor minyak mentah dari Rusia dengan diskon 20% (sekitar $80/barel).

Menurut pipa dan kapasitas pengiriman minyak dan gas Tiongkok-Rusia, itu dapat impor 2 juta barel per hari minyak mentah Rusia, ditambah dengan 4 juta barel minyak mentah yang diproduksi secara lokal di Tiongkok, sehingga Tiongkok berkemampuan untuk mengendalikan harga pembelian minyak mentah pada tingkat tertentu.

Dengan cara ini, tidak hanya menyediakan dana ke Rusia, tetapi juga mengurangi inflasi domestik. Oleh karena itu, jika Tiongkok dapat menahan tekanan Barat dan terus mempertahankan perdagangan Tiongkok-Rusia, maka akan dapat membuat perbedaan harga antara Barat dan Rusia. Mengimpor minyak murah dari Rusia dan jual barang-barang mahal ke Barat.

Ada kekhawatiran bahwa jika Tiongkok terus bekerja sama dengan Rusia, maka akan dikenai sanksi oleh AS. Tapi menurut banyak pengamat AS mungkin hanya bisa berteriak-teriak tanpa bisa bertindak, karena sanksi adalah pedang bermata dua. Jika AS menjatuhkan sanksi pada Tiongkok dan Rusia pada saat yang sama, itu akan sangat terpengaruh.

Tidak hanya minyak. harga naik, tetapi harga komoditas sehari-hari juga akan naik tajam. Perhitungan Biden bergabung dengan UE untuk memberi sanksi kepada Tiongkok dan Rusia, tetapi akankah UE mau membantu AS mengambil bagian, masih tnada tanya. Mengingat saat ini, ekonomi UE sudah sangat rapuh. Sanksi terhadap Rusia saja tidak akan cukup.

Selain itu tidak ada konflik geografis antara Tiongkok dan UE. UE tidak memiliki kemampuan atau keinginan untuk memberikan sanksi kepada Tiongkok yang menrupakan mitra dagang terbesarnya. Jadi meskipun Biden berteriak keras, tetapi dia tidak memiliki pengaruh yang besar untuk memberi sanksi kepada Tiongkok, belum lagi bahwa tahun ini Biden harus mempertimbangkan masalah pemilihan paruh waktu.

Suku bunga obligasi AS mungkin terbalik pada akhir tahun ini, menunjukkan bahwa ada risiko resesi dalam ekonomi AS. di masa depan:

Sumber: Sumber: mp.weixin.qq.com
Sumber: Sumber: mp.weixin.qq.com

Dalam konteks harga minyak yang tinggi dan sekuel dari pelepasan mata uang, tekanan inflasi di AS sangat tinggi. Tahun ini, Federal Reserve bisa-bisa menaikkan suku bunga tujuh kali, dan tingkat dana federal akan meningkat 200 BP. (Forbes 5 April 2022).

Menurut pengalaman sejarah, pengetatan mata uang Fed yang tidak terduga dan harga minyak yang tinggi dapat menyebabkan resesi awal dalam ekonomi AS. Faktanya, untuk setiap penurunan 2% dalam pasokan minyak mentah global, pertumbuhan PDB AS turun sebesar 1%, dan Rusia menyumbang 4,5% dari ekspor minyak mentah global.

Sebelum perang Rusia-Ukraina, tingkat pertumbuhan PDB AS diperkirakan sekitar 4% pada tahun 2022. Jika Barat sepenuhnya melarang impor minyak mentah Rusia, ekonomi AS dapat menyusut tajam menjadi 1,8%. Dalam hal ini, strategi Biden untuk mengubah perang Rusia-Ukraina menjadi perang yang berlarut-larut akan menjadi sia-sia. Dia tidak hanya akan kalah dalam pemilihan paruh waktu, tetapi dia juga bisa menjerumuskan Amerika ke dalam krisis ekonomi.

Jika terjadi krisis ekonomi di AS, itu akan menjadi peluang bagus bagi Tiongkok untuk menutup kesenjangan dengan AS. Karena terakhir kali AS merilis mata uangnya pada tahun 2020, dan akan ada krisis ekonomi lagi, ruang kebijakan moneternya sangat terbatas.

Tetapi Tiongkok berbeda, pada tahun 2020, kebijakan moneter negara Tiongkok akan tetap cukup kuat dan tidak akan bergantung pada easy money (mencetak uang) untuk menyelamatkan ekonomi. Tingkat MLF terbaru adalah 2,85%, dan ada banyak ruang untuk penurunan suku bunga.

Di sisi lain, ekonomi AS saat ini menghadapi masalah stagflasi, dan Tiongkok menghadapi risiko resesi. Tapi resesi jauh lebih mudah ditangani daripada stagflasi. Resesi dapat didorong oleh kebijakan pelonggaran.

Selain itu, ekonomi AS saat ini menghadapi masalah struktural seperti kekurangan tenaga kerja dan dampak lanjutan dari pelonggaran moneter. Perekonomian Tiongkok dihadapkan pada pandemi yang menekan konsumsi dan tekanan ke bawah pada real estat. Epidemi dan real estat dapat dikoreksi dengan kebijakan, tetapi kekurangan tenaga kerja dan gejala sisa untuk easy money tidak bisa. Oleh karena itu, jika ada krisis ekonomi lagi di AS, ekonomi Tiongkok mungkin menghadapi kesulitan di tahap awal, tetapi kemudian dapat mempersempit kesenjangan dengan AS.

Perbandingan Presentase PDB Tiongkok Dengan AS

presentase-pdb-tiongkok-as-6252a50792cb5a0f065fb5b2.png
presentase-pdb-tiongkok-as-6252a50792cb5a0f065fb5b2.png

Sumber: mp.weixin.qq.com

Pada kenyataanya, setiap terjadi krisis ekonomi di AS telah menjadi saat yang tepat bagi Tiongkok untuk menyalip di tikungan. Pada saat krisis subprime mortgage pecah di AS pada tahun 2007, dan krisis keuangan global pecah pada tahun 2008. Baru pada tahun 2013 AS bisa keluar dari krisis dan memasuki tahap pemulihan.

Dapat dilihat bahwa pada tahun 2006, PDB Tiongkok hanya menyumbang 19,9% dari PDB AS, tetapi pada tahun 2012 meningkat tajam menjadi 52,7%, berhasil mempersempit kesenjangan dengan AS, yang mungkin memakan waktu lebih dari sepuluh tahun dalam keadaan normal. Bahkan, dari tahun 2013 hingga 2019, proporsi PDB Tiongkok dengan AS hanya meningkat dari 57,0% menjadi 66,6%.

Masa pandemi Covid-19 juga berhasil mempersempit kesenjangan ekonomi antara Tiongkok dan AS. Pada 2019, PDB Tiongkok menyumbang 66,6% dari AS, dan pada 2021 akan meningkat pesat menjadi 77,0%.

Mungkin ada pandangan bahwa ini adalah kontribusi dari nilai tukar, tetapi yang ingin dikatakan di sini adalah bahwa kecuali apresiasi yang tidak disengaja seperti Plaza Accord, nilai tukar juga merupakan cerminan dari kekuatan suatu negara dalam keadaan normal.

Pandemi Covid-19 telah menyebabkan sejumlah besar pengeluaran berlebihan mata uang AS dalam dua tahun terakhir, yang telah menarik sebagian besar kredit dolar AS, yang merupakan kerugian bagi kekuatan nasional AS. Apresiasi nilai tukar RMB, sampai batas tertentu, merupakan pengakuan terhadap ekonomi Tiongkok oleh investor internasional.

Jika ekonomi AS menurun lagi, PDB Tiongkok diperkirakan akan melampaui AS lebih cepat dari jadwal:

Sumber: mp.weixin.qq.com
Sumber: mp.weixin.qq.com

Jika AS jatuh ke dalam krisis ekonomi lagi karena pelonggaran moneter (easy money) dan harga minyak yang tinggi, itu mungkin bukan kesempatan bagi Tiongkok untuk mengambil alih. Dalam hal ini, kredit USD mungkin terkena lebih jauh, dan nilai tukar USD/CNY (RNB) mungkin turun di bawah 6. Dalam keadaan optimis, PDB Tiongkok dapat melampaui AS pada awal tahun 2025 dan kembali menjadi ke posisi No. 1 dunia.

Jika perang Rusia-Ukraina berlanjut hingga paruh kedua tahun ini, dunia akan terus menghadapi masalah kekurangan minyak, yang tidak hanya akan menguras kekuatan Rusia, tetapi juga memakan Barat.

AS juga akan menghadapi masalah kekurangan energi dan mata uang yang dikeluarkan berlebihan, dan bagi Tiongkok tampaknya tidak perlu takut dengan tekanan ekonomi Biden. Salah satu hasil yang mungkin terjadi: kemunduran Rusia pascaperang, Uni Eropa terpukul keras, dan AS tergelincir ke dalam resesi lebih awal karena stagflasi.

Jika Tiongkok dapat menggunakan periode jendela ini untuk mempercepat laju mengejar AS, itu akan memiliki kemampuan untuk bersaing dengan AS sendiri sesegera mungkin. Itu bisa mengubah krisis menjadi peluang dan mengambil inisiatif dalam permainan kekuatan besar.

Bagaimanapun, Tiongkok hanya perlu Rusia untuk menahan Barat, dan tidak perlu mereproduksi Uni Soviet yang kuat. Rusia, yang telah mencaplok Ukraina, mungkin tidak baik bagi Tiongkok dalam jangka panjang.

Jika Rusia dapat terus menahan Barat di Eropa, adalah mungkin untuk memberi lebih banyak waktu bagi Tiongkok untuk bangkit. Ketika kekuatan nasional komprehensif Tiongkok melampaui AS, Rusia dapat menyelesaikan misi sejarahnya dan keluar dari medan perang.

Semakin lama perang, semakin dalam kebencian antara Rusia dan Barat, dan semakin kecil kemungkinan Rusia jatuh ke sisi Barat setelah perang. Jika Rusia menjadi seperti Iran karena sanksi di masa depan, maka Tiongkok dapat memanfaatkan situasi untuk membangun Rusia menjadi basis energi yang penting, dan persahabatan Tiongkok-Rusia dapat terus berlanjut....

Tiongkok juga dapat membantu Rusia dengan memperluas investasinya ke Siberia dan timur jauh Rusia dengan imbalan kayu, minyak, dan gandum -- kesepakatan yang akan menghindari sanksi karena tidak akan muncul di buku besar bank. "Akibatnya, ini adalah sistem barter," kata Zenel Garcia, pakar hubungan Tiongkok-Rusia yang mengajar di US Army War College. Perusahaan-perusahaan Tiongkok yang didukung negara, tambahnya, telah melakukan pertukaran serupa dengan Iran. Dia mengatakan bahwa "jika dorongan datang untuk mendorong" dengan Rusia, dia percaya "mereka akan melakukannya lagi."

Jadi Moskow, yang semakin dikucilkan oleh AS dan UE, akan dipaksa untuk bersandar pada persahabatan "tanpa batas" dengan Tiongkok untuk mendapatkan dukungan. Tapi bagaimana dengan Tiongkok? Apakah Xi berniat untuk memanfaatkan perang Putin di Ukraina, seperti yang ditakuti oleh beberapa analis kebijakan luar negeri, dan membentuk aliansi strategis melawan Barat?

Memang benar bahwa Xi dan Putin memiliki banyak kesamaan. "Mereka berdua melihat Barat mengalami kemunduran," kata Joseph Torigian, seorang profesor di American University dan penulis untuk studi yang akan datang tentang elit Rusia dan Tiongkok. "Mereka telah berbicara tentang agresi Barat sebagai alasan untuk kebijakan luar negeri mereka sendiri. Mereka berdua memiliki ketakutan yang mendalam - fobia - kekacauan. Dan mereka telah memberi isyarat kepada elit lain bahwa mereka tidak akan diam, bahwa mereka akan melawan gigi dan kuku. Karena mereka berpikir bahwa jika tidak, keadaan mereka akan berantakan."

Tetapi Torigian juga menyoroti satu perbedaan utama antara para pemimpin Tiongkok dan Rusia. "Xi adalah individu yang jauh lebih berhati-hati daripada Putin," katanya.

Dalam istilah ekonomi, Tiongkok jauh lebih tertarik untuk memastikan bahwa invasi Putin ke Ukraina tidak mengganggu hubungan perdagangannya yang jauh lebih besar dengan Barat.

Sebagai permulaan, ada lebih banyak uang yang dipertaruhkan dengan AS dan Eropa --- ekonomi dengan produk domestik bruto gabungan senilai US$ 38 triliun yang diperdagangkan sekitar $1,4 triliun dengan Tiongkok setiap tahun. (Perdagangan Tiongkok-Rusia sekitar sepersepuluh dari jumlah itu.) Selain itu, beberapa barang dan jasa yang diimpor Tiongkok dari Barat --- pendidikan tinggi, peralatan ilmiah, perangkat lunak khusus --- tidak dapat ditemukan di tempat lain.

Sumber: Media TV dan Tulisan Luar Negeri

https://nypost.com/2022/03/05/with-us-distracted-by-ukraine-china-plots-its-own-invasion/

https://www.businessinsider.com/china-isnt-siding-with-vladimir-putin-over-ukraine-xi-jinping-2022-3

https://www.nytimes.com/2020/10/17/us/politics/joe-biden-college-1960s.html

https://www.vogue.fr/vogue-hommes-en/article/photo-young-joe-biden-internet

https://www.theguardian.com/us-news/2020/dec/29/how-joe-biden-cold-war-experience-will-shape-approach-to-russia

https://mp.weixin.qq.com/s/mFH5ALuUGySrxI-tBeELeg

https://www.sbs.com.au/chinese/cantonese/zh-hant/south-korea-elects-opposition-candidate-yoon-suk-yeol-as-next-president

https://thediplomat.com/2022/03/what-president-yoon-suk-yeols-election-means-for-south-korean-democracy/

https://www.mcc.gov/where-we-work/program/nepal-compact

https://www.forbes.com/advisor/investing/fed-raises-interest-rates/

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun