Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Berbincang Demokrasi Menurut Pandangan Dunia Luar

3 Februari 2022   17:16 Diperbarui: 3 Februari 2022   18:04 783
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika proses demokrasi mengarah pada hasil yang tidak demokratis, maka pemimpin yang terpilih adalah pemimpin yang tidak kompeten, proses peradilan hanya proses perlindungan, dan kebebasan berbicara mengarah pada perpecahan dan kecacatan, jika demikian, apa gunanya proses demokrasi seperti itu?

Dia menyerukan untuk mengukur tingkat (demokrasi) dari hasilnya, yaitu, apakah rakyat puas dengan (demokrasi) berdasar logokanya, apakah mereka optimis tentang masa depannya, dan apakah kehidupan mereka lebih baik atau lebih buruk dari sebelumnya, lalu apakah masyarakat ini dapat menfasolitasi untuk dirinya sendiri demi kesejahteraan generasi mendatang, dengan menginvestasikan sumber daya dan sebagainya. Jadi demokrasi harus dinilai dari kreteria ini. Demikian menurut Eric Li.

Menurut cedikiawan Inggris, Matin Jacque, dia percaya bahwa pemerintah AS sebenarnya mengadakan "KTT Demokrasi Dunia", seolah-olah di AS tidak ada yang terjadi dalam beberapa tahun ini, seolah-olah Trump tidak pernah berkuasa, seolah-olah Kongres AS tidak pernah diduduki oleh pengunjuk rasa pada Januari 2021, Tampaknya AS telah melakukan pekerjaan yang baik dalam mencegah dan mengendalikan pandemi Covid-19, dan tampaknya sebagian besar orang Amerika memiliki kepercayaan pada sistem politik mereka. Maaf, dunia berbeda, tetapi AS mengira negara-negara masih berpikir bahwa dunia masih sama seperti dulu.

Dia mengatakan bahwa AS sejak Perang Saudara pada abad ke-19, demokrasi AS tidak tampak rapuh seperti sekarang ini. Ia percaya bahwa sejak tahun 1995, sistem demokrasi Barat mengalami kemunduran, dan ketidakpuasan masyarakat Barat terhadap sistem demokrasi Barat secara umum meningkat. Ini juga merupakan tanda tanya besar apakah sistem demokrasi Barat dapat dipertahankan?

Cendekiawan Inggris John Ross mantan penasihat ekonomi Walikota London Ken Livingstone saat itu, dan direktur Kantor Kebijakan Ekonomi dan Komersial Kota London, mengatakan bahwa arti asli dari "demokrasi" terutama harus "pemerintahan untuk rakyat", dalam analisis akhir, sejauh mana hak-hak rakyat dapat diwujudkan. Fakta telah membuktikan bahwa sistem Tiongkok telah melakukan pekerjaan yang sangat jauh lebih baik dalam melayani rakyat daripada negara-negara Barat.

Secara khusus, dia membandingkan Tiongkok dan India. Wanita Tiongkok memiliki hak lebih dari wanita India. Harapan hidup rata-rata wanita Tiongkok 10 tahun lebih lama daripada wanita India. Tetapi menurut apa yang disebut "standar demokrasi" AS, karena India telah menerapkan sistem demokrasi Barat/AS, semestinya hak-hak wanita India harus lebih besar daripada wanita Tiongkok. Namun kenapa dengan sistem demokrasi AS justru mendapat kesimpulan demikian?

Zhang Weiwei membandingkan membandingkan demokrasi Tiongkok dan demokrasi Amerika secara komprehensif dari lima dimensi. Tiga dimensi pertama adalah "dimiliki oleh rakyat, diatur oleh rakyat, dan dinikmati oleh rakyat", yang dalam bahasa Inggris disebut "of the people, by the people, for the people". Seperti yang kita semua tahu, ini adalah kutipan terkenal dari mendiang Presiden AS, Lincoln.

Dari sini Zhang menemukan dua konsep Tiongkok, satu disebut "kebijakan untuk rakyat", yang dalam bahasa Inggris "to the people". Adapun proses pengambilan keputusan demokratis yang "datang dari massa, untuk massa", atau "from the people to the people". Yang lain adalah "bergantung pada rakyat" yang berarti bergantung pada rakyat dan bersama-sama dengan rakyat atau "from the people to the people and with the people".

Zhang memulai dari pengertian "disukai rakyat" dengan mengutip laporan jajak pendapat terbaru dari Institut "Dalia Research" Jerman, yang menunjukkan bahwa lebih dari 80% orang Tiongkok percaya bahwa pemerintah mereka sendiri melayani mayoritas rakyat.

Tetapi di AS, lebih dari separuh orang AS, tepatnya 52% yang percaya bahwa pemerintah AS hanya melayani segelintir orang. Dengan mengambil contoh pandemi covid-19, dengan mengutip pendapat Akademisi Zhong Nanshan pada 23 November 2021, jika "derajat kebebasan dari kematian akibat Covid-19" digunakan sebagai standar, derajat kebebasan Tiongkok adalah 606 kali lebih besar dari AS.

Alasannya sangat sederhana. Jumlah absolut kematian di AS akibat Covid-19 lebih dari 170 kali lipat dari Tiongkok, sedangkan populasi Tiongkok lebih dari empat kali lipat dari AS. Oleh karena itu, kebebasan dan rasa keamanan "dari kematian akibat Covid-19" lebih dari 606 kali lipat dari AS. Adapun kebebasan dan keamanan "bebas dari tertular pneumonia mahkota baru", itu lebih dari 1.678 kali lipat dari AS.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun