Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Mengapa Harga Minyak Dunia Terus Naik Meskipun AS dan Beberapa Negara Konsumen Utama Melepas Cadangan Strateginya?

3 Desember 2021   18:37 Diperbarui: 3 Desember 2021   19:56 517
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: istockphoto.com

Pada Rabu 1 Desember 2021 sore selama jam perdagangan Asia, patokan internasional minyak mentah berjangka Brent berada di sekitar $ 71,90 per barel sementara minyak mentah berjangka AS berada di sekitar $ 68,50 per barel.

Minyak mengalami hari terburuknya di tahun 2021 pada hari Jumat di tengah penurunan pasar global, dipicu oleh peringatan Organisasi Kesehatan Dunia pada hari Kamis tentang varian omicron Covid. Harga minyak telah melihat ayunan liar antara wilayah positif dan negatif sejak itu, karena investor mencari kejelasan tentang dampak ekonomi dari varian yang baru diidentifikasi yang memiliki lebih banyak mutasi daripada strain sebelumnya.

Sentimen investor secara global masih rapuh sejak varian Covid baru diidentifikasi. Pasar berbalik melemah tajam pada hari Selasa 30 Oktober 2021 setelah CEO Moderna Stephane Bancel mengatakan kepada Financial Times bahwa dia memperkirakan vaksin menjadi kurang efektif terhadap jenis baru. Bancel juga mengatakan kepada CNBC pada hari Senin bahwa perlu waktu berbulan-bulan untuk mengembangkan dan mengirimkan vaksin yang secara khusus menargetkan varian omicron.

Harga minyak memiliki ruang lingkup untuk bergerak "jauh lebih tinggi" dari level saat ini mengingat ketergantungan dunia yang mendalam pada bahan bakar fosil, kata pengamat perminyakan.

Gedung Putih mengeluarkan pernyataan bahwa AS akan melepaskan 50 juta barel minyak dari cadangan minyaknya, untuk menstabilkan harga minyak domestik. Pernyataan itu menyatakan bahwa atas "upaya diplomatik" Washington, Tiongkok, India, Jepang, Korea Selatan, dan Inggris akan melepaskan cadangan minyak strategis pada saat yang sama. Ini adalah pertama kalinya dalam sejarah negara-negara konsumen minyak utama bergabung untuk menahan lonjakan harga minyak.  Ini juga merupakan "kekuatan gabungan" yang langka antara Tiongkok dan AS baru-baru ini.

AS adalah satu-satunya ekonomi utama yang produk domestik brutonya telah kembali ke tingkat sebelum pandemi, dan pencapaian ini "sebagian besar karena kebijakan stimulus AS dari Presiden Biden".

Namun bagaimanapun dia mengembar--gemborkan ini dengan sombongnya oleh Washington,  tetapi saat ini, kebutuhan yang paling mendesak adalah mengendalikan harga minyak bagi AS.

AS mencari partner mengatasi ini untuk bekerjasama dengan negara-negara penting di dunia. Namun lonjakan harga minyak dan berbagai komoditas pada musim dingin ini jelas menjadi mimpi buruk bagi orang Amerika.

Setidaknya hal-hal itu tidak semahal selama era Trump. Itulah yang dipikirkan pemilih. Api kenaikan harga telah membakar alis Gedung Putih. Tidak ada cara yang lebih baik untuk membalikkan situasi dalam jangka pendek, tidak peduli apakah mereka harus berhenti mengeluarkan stimulus atau menariknya kembali subsidi bantuan di bawah pandemi, bagaimanapun apa yang telah hilang tidak dapat akan bisa ditarik kembali.

Oleh karena itu, mencari bantuan dari dunia jelas merupakan jalan pintas yang bisa ditempuh Biden, namun Arab Saudi dan Rusia telah beberapa kali menolak permintaan AS untuk meningkatkan produksi.

Banyak pengamat yang berpendapat itu jelas masalah kebakaran di negara AS sendiri, tapi meminta negara lain untuk membantu memadamkan api, tetapi jelas pihak lain tidak lupa untuk pembualan sebelumnya tentang "prestasi ekonomi" dan "upaya diplomatik" seperti yang telah disebutkan di atas. Ini benar-benar khas AS. Ini dapat di-ibaratkan bak ayam kalkun tidak akan bisa terbang jauh, dan kini harga kalkun terus naik di AS.

Hari Thanksgiving (25 November) yang akan datang mungkin adalah salah satu hari paling menyedihkan di AS bertahun-tahun. Meskipun dampak dari kekurangan rantai pasokan bersifat global, kebutuhan paling mendesak untuk mengendalikan harga minyak jelas adalah AS. 

Baca: Menyoroti Krisis Rantai Pasokan Barang Konsumsi AS Saat Ini

Sejak kuartal ketiga tahun ini, harga minyak dunia telah meningkat tajam. Harga minyak mentah Brent telah menembus hampir angka $80 per barel seperti yang telah disebutkan di atas. Kenaikan harga minyak mentah berarti harga bahan baku akan naik, dan hasilnya akan pasti akan menjadi kenaikan lebih lanjut dalam harga komoditas lainnya.

Dari minyak, gas alam, dan bahan bakar lainnya hingga harga sewa tempat tingggal dan pemanas rumah, hingga kalkun, roti, pai, krim, dan sayuran segala pangan di atas meja, harga domestik di AS telah meningkat terus, dan diperkirakan tidak ada tanda-tanda pemulihan di masa mendatang.

Harga grosir kalkun telah meningkat sebesar 27% dibandingkan tahun lalu, harga steak telah meningkat sebesar 25%, dan telur telah meningkat sebesar 11,6%... Diperkirakan bahwa pengeluaran keseluruhan orang Amerika untuk makan malam hari Thanksgiving akan meningkat sebesar 14% dari tahun lalu.

Biaya ini telah mengalami tren kenaikan sejak 2015, dan beberapa bank bahkan menyarankan agar orang-orang makan makanan vegetarian pada hari Thanksgiving untuk "pesta makan dengan teman-teman" dengan memakan hidangan dari kedelei.

Mereka umum untuk makanan seperti Kraft Heinz, Procter & Gamble, Tyson Foods dan merek makanan dan rumah tangga lainnya telah mengumumkan kenaikan harga, dan bahkan Oreo (biscuit) berencana menaikkan harga sebesar 6% hingga 7%.

Diperkirakan orang AS pada semester pertama tahun 2022, tingkat inflasi minuman dan kebutuhan dasar rumah tangga akan naik menjadi 8%, dan ini hanya mikrokosmos dari melonjaknya harga, yang belum memperhitungkan rasa sakit yang disebabkan oleh melonjaknya harga minyak.

Menlonjaknya harga minyak telah menjadi mimpi buruk bagi orang AS saat ini. Harga minyak bumi naik lebih dari 50% di banyak tempat. Diperkirakan tagihan pemanas di AS musim dingin ini akan meningkat sebesar 54% dibandingkan tahun lalu. Apa artinya ini bagi mereka?

Data publik menunjukkan bahwa jumlah mobil di AS pada akhir tahun 2020 adalah 270,72 juta, dan jumlah mobil yang dimiliki oleh setiap seribu orang adalah 837.

Sebagai contoh, menurut survey tingkat popularitas yang membuat masyarakat AS menganggap harga minyak sebagai salah satu tolak ukur utama untuk menilai "Life Happiness Index", dan sebagian besar dari kelompok ini adalah kelompok kelas menengah dan sedikit ke bawah.

Menurut pengamat mereka lebih merupakan pemilih Partai Demokrat, dan "festival ganda" yang semakin dekat-Thanksgiving dan Natal adalah musim puncak bagi orang Amerika untuk bepergian, dan juga merupakan periode paling dinamis bagi perekonomian AS.

Tapi tahun ini, harga minyak yang tinggi memaksa banyak keluarga membatalkan rencana mereka untuk bepergian dan makan di luar.

Data yang dapat dibaca pengamat  dari  pemerintah AS, menunjukkan bahwa orang Amerika mengalami inflasi terburuk dalam lebih dari 30 tahun ini. Pemerintahan Biden menghadapi tekanan dari pengusaha yang belum pernah terjadi sebelumnya, setidaknya terlihat  barang-barang tidak begitu mahal di era Trump, itu menjadi apa yang dipikirkan oleh pemilih.

Biaya hidup terlalu tinggi. Banyak rakyar AS yang menyalahkan Partai Demokrat atas penderitaan ini. Masalah meja makan memiliki dampak yang lebih besar di Michigan dan Midwest daripada masalah nasional lainnya di Washington.

Menurut data terakhir, rumah tangga di kelompok berpenghasilan terendah biasanya menghabiskan 36% dari pendapatan mereka untuk makanan, sementara angka ini hanya 8% di kelompok berpenghasilan tinggi. 

Banyak opini publik yang memperhatikan bahwa hal ini akan berdampak pada pemilihan (pemilu) paruh waktu dan pemilihan umum berikutnya.

Tim Biden jelas mengetahui hal ini dengan lebih baik, sehingga jika mereka mampu memperbaiki harga minyak domestik dalam waktu singkat dan menggunakan ini sebagai titik awal untuk mengatasi masalah inflasi maka diharapkan dapat menekan inflasi, dan ini telah menjadi tugas mendesak bagi pemerintahan Biden dan Partai Demokrat.

Sebelumnya, Washington telah berulang kali meminta negara-negara pengekspor minyak untuk meningkatkan produksi dan menurunkan harga minyak, tetapi ditolak, sehingga meminta bantuan beberapa negara penting memakai minyak utama dunia.

Pemerintahan Biden telah meminta ke negara-negara konsumen minyak utama seperti Tiongkok, Jepang, India, Korea Selatan, dan Inggris, menyerukan semua negara ini untuk melepaskan cadangan minyak strategis mereka untuk membantu mengekang kenaikan harga minyak internasional baru-baru ini.

Menurut seseorang yang mengetahui hal tersebut mengungkapkan bahwa semua pihak akan melepaskan cadangan minyak strategis secara "swap", yaitu perusahaan minyak memperoleh minyak dari cadangan minyak strategis, tetapi harus mengembalikan minyak atau produk olahan ditambah bunga.

Ini akan menjadi pertama kalinya dalam sejarah negara-negara konsumen minyak utama bergabung untuk menahan kenaikan harga minyak. Namun negara yang berbeda memiliki tingkat ketergantungan yang berbeda pada minyak mentah.

Oleh karena itu, sikap berbagai negara terhadap permintaan AS juga sedikit berbeda. Untuk Jepang, "AS yang menjadi kakak tertua" dengan sendirinya semua yang menjadi perminataan AS tentu saja harus mendukungnya. Menurut Reuters, tiga orang yang mengetahui situasi tersebut mengatakan bahwa setelah Washington meminta tindakan terkoordinasi untuk mengatasi kenaikan harga energi (minyak), Jepang sedang mempertimbangkan "pelepasan cadangan minyak stategi nasionalnya yang belum pernah terjadi sebelumnya." Situasi di Korea Selatan dan India agak mirip dengan Jepang.

Biasanya cadangan minyak strategis hanya cocok untuk dilepaskan jika terjadi gangguan pasokan energi yang parah, dan tidak akan digunakan untuk mengatasi kenaikan harga minyak dan inflasi.

Bagi Tiongkok adalah pengimpor minyak total terbesar di dunia, dan menstabilkan harga minyak mentah internasional jelas lebih menguntungkan.

Sebelumnya, dalam rangka menstabilkan harga minyak dalam negeri, Tiongkok meluncurkan ke pasar domestik secara bertahap untuk pertama kalinya pada September tahun ini. Sejumlah kecil minyak mentah cadangan dijual dengan total sekitar 600.000 ton, dan kini jelas juga mempertimbangkan kenyataan situasi saat ini harus dilakukan lagi.

Beberapa analis juga percaya bahwa Tiongkok telah membeli minyak mentah dalam jumlah besar dengan harga rendah ketika harga minyak mentah internasional turun pada tahun 2020 karena wabah Covid-19 merebah, dan sebagian besar kini menjadi minyak cadangan strategis.

Menurut analisis Royal Bank of Canada Capital Markets, jumlah total minyak yang dibeli oleh Tiongkok pada musim semi lalu setara dengan rata-rata permintaan minyak dua tahun.

Maka untuk permintaan AS, Tiongkok juga memberikan sikapnya sendiri. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Zhao Lijian mengungkapkan pada konferensi pers reguler bahwa kepala negara Tiongkok dan AS membahas keamanan energi selama pertemuan video daring antara kepala negara Tiongkok dan AS yang lalu.

Zhao Lijian mengatakan bahwa Tiongkok dan AS harus mengadvokasi komunitas internasional untuk bersama-sama menjaga keamanan energi global, memperkuat kerja sama di bidang gas alam dan energi baru, dan bekerja dengan komunitas internasional untuk menjaga keamanan rantai industri yang saling menguntungkan dan stabilitas di dunia.

Hal ini sebenarnya telah menunjukkan sikap Tiongkok bahwa Tiongkok memperhatikan keamanan energi, tetapi akan memiliki penilaian sendiri, yaitu Tiongkok mulai dari kebutuhan aktualnya sendiri, dan kerjasama internasional harus setara dan saling menguntungkan.

Saat ini, pasokan energi di Tiongkok tidak ada masalah, inflasi domestik tidak serius, dan indeks harga konsumen CPI tidak tinggi, apakah Tiongkok telah merilis minyak atau tidak, itu akan diketahui dari harga minyak. Harga minyak internasional rebound dengan cepat dan tajam setelah hanya turun sebentar, secara kolektif naik lebih dari 2%, tetapi harga minyak domestik Tiongkok telah jatuh, ini sebenarnya sangat menyedihkan bagi mereka.

Jadi, dapatkah kerja bersama semacam itu menyelesaikan kebutuhan mendesak pemerintahan Biden? Hal ini kiranya tidak perlu ditanyakan? Harga minyak belum jatuh... dan alasan utama putaran inflasi di AS ini bukanlah dikarenakan harga minyak mentah, namun lebih dikarenakan rantai pasokan global yang ketat.

Alasan utama bagi AS adalah adanya penyebaran pandemi Covid-19. Di satu sisi, pandemi menyebar tapi pemerintah AS dalam memerangi pandemi mengalami keterbatasan. Di bawah latar belakang penurunan ekonomi, Federal Reserve mengeluarkan mata uang yang berlebihan, terus merilis stimulus, dan mengadopsi kebijakan fiskal yang sangat longgar, sementara tingkat defisit fiskal pemerintah mencapai 13%, namun dalam kondisi demikian pemerintah masih memperluas pengeluaran.

Pelepasan stimulus yang berlebihan dari The Fed telah menjadi masalah lama selama bertahun-tahun, tetapi ketika semua peluru habis, hasilnya pasti akan sulit dipertahankan. Untuk mengatasi masalah ini, The Fed perlu menaikkan suku bunga, dan kenaikan suku bunga di AS telah dipolitisasi.

The Fed harus mempertimbangkan pendapat Gedung Putih, dan Gedung Putih harus menghadapi pertengkaran antara kedua pihak, semakin lama inflasi, semakin berakibat buruk.

Di sisi lain, undang-undang pencarian bantuan skala besar Washington yang berturut-turut pada awalnya dimaksudkan untuk meyakinkan warganya, tetapi hasilnya justru membuat mereka jadi males dan tidak mau bekerja.

Untuk menebus kerugian yang disebabkan oleh pandemi, pemerintah federal AS memberikan subsidi kepada pengangguran sebesar US$ 400 per minggu. Subsidi ini kemudian dikurangi menjadi US$300. Jika asuransi pengangguran ditambahkan, orang-orang ini akan menerima lebih dari US$ 2.000 sebulan meskipun mereka tidur-tiduran di rumah, selain itu masih ada penghasilan lain, selain berbagai subsidi tunai.

Bagi banyak pekerja kerah biru, ini lebih tinggi dari pendapatan mereka dari pada harus docking barang di pelabuhan, mengemudi truk, dan bekerja sebagai kasir. Oleh karena itu, sebenarnya tidak ada kekurangan barang, permintaan, dan pekerjaan di AS, tetapi karena orang-orangnya tidak mau bekerja lagi.

Tentu saja itu terjadi, karena sebenarnya tunjangan pengangguran tidak boleh tidak terbatas. Tunjangan pengangguran yang dibayarkan oleh negara bagian di AS umumnya 3 hingga 9 bulan. Oleh karena itu, beberapa anak muda akan mencari pekerjaan jangka pendek lain ketika tunjuangan mereka akan berakhir, dan kemudian mereka akan mengundurkan diri secepatnya.  Dan selanjutkan pulang dtidur-tiduran sambil menunggu tunjangan pengangguran lagi.

Data pemerintah federal juga menggambarkan hal ini. Data yang dirilis oleh Departemen Tenaga Kerja AS pada 12 November lalu menunjukkan bahwa jumlah pekerja yang mengundurkan diri secara sukarela pada September tahun ini meningkat 164.000 menjadi rekor 4,434 juta. Ini telah melonjak ke rekor tertinggi untuk bulan kedua berturut-turut. Tingkat turnover sukarela juga naik dari 2,9% menjadi 3%, tertinggi sejak tahun 2000.

Persoalan ini sama dengan persoalan sebelumnya, juga tidak terpecahkan. Bisakah pemerintah Biden menarik kembali duit yang sudah dikeluarkan untuk hal ini? Tidak mungkinlah. Oleh karena itu, aksi bersama beberapa negara konsumen minyak utama pun tidak akan mampu secara fundamental mendinginkan harga domestik di AS.

Saat ini bahkan pengentasan masalah-masalah besar dalam negeri AS tidak dapat dipisahkan dari kerjasama masyarakat internasional, dan kerjasama semacam ini tidak dapat dengan mudah dicapai dengan meneriakkan kerjasama dengan beberapa sekutu setianya.

Saat ini, tidak sedikit terdapat masalah serius di AS, bahkan banyak masalah justru meledak dan serius. Dapat dikatakan bahwa itu dalam keadaan krisis secara keseluruhan. Prioritas utama Biden adalah mengharapkan lebih banyak negara membantu AS untuk mengatasi masalah internal AS sebanyak mungkin.

Apakah keadaan ini menunjukkan AS sedang mengalami kemunduran? Mungkin banyak orang yang berpikir demikian, tetapi melihat keseluruhan krisis di negara ini, AS memang sedang mengalami kemunduran.

Sumber: Media TV dan Tulisan Luar Negeri

https://www.cnbc.com/2021/12/01/oil-prices-could-soar-to-150-in-a-fully-reopened-world-jefferies.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun