Pada hari yang sama, Asisten Menlu Tiongkok Wu Jianghao mengadakan pembicaraan dengan Baradar dan delegasinya untuk bertukar pandangan mendalam tentang masalah-masalah yang menjadi perhatian bersama, untuk membantu meningkatkan saling pengertian dan memperluas konsensus.
Pandangan Media Terhadap Mullah Abdul Ghani Baradar
Sekarang tampaknya banyak pihak luar telah mempunyai firasat yang cukup besar. Mereka awalnya menyangka bahwa Taliban hanya mengirim perwakilan untuk mengunjungi Tiongkok namun ternyata adalah Baradar sendiri yang muncul.
Hal ini mau tidak mau banyak yang mengaitkan dengan presiden baru Afghanistan. Artinya, jauh sebelum Taliban berhasil menguasai Afganistan, mereka telah mengirim seorang "pemimpin puncak" untuk mengunjungi Tiongkok secara langsung untuk berkomunikasi dengan Tiongkok.
Diberitakan bahwa Baradar menunjukkan sikap yang sangat ramah terhadap Tiongkok selama kunjungannya ke Tiongkok, dia bahkan berulang kali menekankan bahwa tidak ada kekuatan yang diizinkan untuk melakukan hal-hal yang merugikan Tiongkok di Afghanistan.
Sebagai negara tetangga, Baradar percaya bahwa hubungan Afganistan dan Tiongkok harus dijaga hubungan baik dan erat lebih lanjut guna memastikan kelanjutan pengembangan berbagai kerja sama.
Faktanya memang pernyataan Baradar sebelumnya benar-benar memberikan gambaran tertentu untuk periode hubungan mereka selanjutnya.
Tapi semua orang bisa mengucapkan kata-kata yang indah. Yang terpenting adalah bagaimana pelaksanaannya kelak. Bagi Tiongkok, yang paling penting yang perlu dilakukan Taliban sekarang adalah memastikan bahwa institusi dan kepentingan sipil Tiongkok di Afghanistan terlindungi sepenuhnya.
Namun dengan terlihat adanya kunjungan resmi sebelum Taliban resmi mengambil alih pemerintah Afghanistan, tokoh-tokoh pentingnya telah dikirim untuk mengunjungi Tiongkok.
Ini membuktikan bahwa Taliban tampaknya sangat positif tentang perkembangan hubungannya dengan Tiongkok dibandingkan dengan masa lalu.
Taliban perlahan mulai memahami pentingnya hubungan baik dengan negara-negara tetangga dan Tiongkok. Jika rezim Taliban kali ini tidak diakui secara internasional, maka akan terisolasi di kancah internasional. Oleh karena itu, sejak awal Taliban menganggap Tiongkok sebagai objek negosiasi utama.