Pria yang tiga tahun lalu berada di penjara Pakistan kembali dengan kemenangan ke tempat kelahiran dan rumah spiritual gerakan Islam yang dia dirikan bersama (Mullah Omar) hampir 30 tahun lalu.
Kerumunan pejuang Taliban sedang menunggu untuk menyambut pria yang disebut-sebut sebagai calon presiden Afghanistan berikutnya saat dia kembali setelah 20 tahun di pengasingan.
Cendekiawan Islam Haibatullah Akhundzada tetap menjadi pemimpin tertinggi Taliban, tetapi status Baradar di dalam kelompok itu, dengan pengalamannya sebagai kepala kantor politiknya di Qatar dan kepala duta besar dalam negosiasi dengan AS, menjadikannya kandidat terkuat untuk memimpin pemerintahan baru Taliban.
Siapa Mullah Abdul Ghani Baradar, Pemimpin de facto Taliban?
Mullah Abdul Ghani Baradar tidak termasuk di antara orang-orang Taliban yang melangkah masuk tanpa perlawanan ke istana presiden di Kabul, ibukota Afghanistan, pada 15 Agustus lalu.
Tapi dia dipercaya yang membawa mereka ke sana, baru saja kembali ke negara itu untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu dekade, dia diharapkan akan diurapi sebagai pemimpin "Islamic Emirate of Afghanistan" yang segera dibangkitkan.
Lahir dari suku Pushtun yang berpengaruh di Afghanistan selatan pada tahun 1968, di masa mudanya Mullah Baradar berperang dengan gerilyawan mujahidin melawan pasukan Soviet, dan pemerintah Afghanistan yang mereka tinggalkan.
Setelah perang, dia membantu Mullah Muhammad Omar, mantan komandannya (dan, media dan sumber terpercaya mengatakan, saudara iparnya), membentuk Taliban ("siswa"), sekelompok seminaris (pesantren) garis keras bersatu untuk menyapu bersih panglima perang (warlords) lokal, yang kemudian dengan cepat menaklukkan sebagian besar negara pada tahun 1996.
Kunjungan Ke Tiogkok Sebelum Sepenuhnya Menguasai Afghanistan
Sumber: thetimes.co.uk + fmprc.gov.cn
28 Juli lalu, Baradar ketua Komite Politik Taliban, datang ke Tianjin, Tiongkok untuk berkunjung. Menlu Tiongkok Wang Yi secara pribadi bertemu dengannya dan mengadakan pertemuan. Dalam pertemuan tersebut, Baradar menekankan bahwa Taliban akan selalu menganggap Tiongkok sebagai teman baik yang dapat dipercaya.
Wang Yi mengatakan bahwa Tiongkok, sebagai tetangga terbesar Afghanistan, selalu menghormati kedaulatan, kemerdekaan, dan integritas wilayah Afghanistan, mematuhi non-intervensi dalam urusan internal Afghanistan dan menerapkan kebijakan bersahabat terhadap seluruh rakyat Afghanistan.
Afghanistan adalah milik rakyat Afghanistan, dan masa depannya harus di tangan rakyatnya sendiri. Penarikan pasukan AS dan NATO yang tergesa-gesa dari Afghanistan sebenarnya menandai kegagalan kebijakan AS terhadap Afghanistan. Rakyat Afghanistan sekarang memiliki kesempatan penting untuk mencapai stabilitas dan pembangunan nasional.