Gugus tempur kapal induk Inggris, dengan kapal perang utamanya kapal induk HMS Queen Elizabeth, diluncurkan pada Mei 2021, untuk mulai deploitasi 28 minggu yang mencakup lebih dari 26.000 mil laut. Di samping Elizabeth ada enam kapal perang AL Inggris, satu kapal selam serang AL Inggris, kapal perusak AL-AS "The Sullivans", dan sebuah fregat dari Belanda.
Gugus tempur kapal induk Inggris ini melakukan lebih dari 70 latihan pertempuran dengan 40 negara di Mediterania, Samudera Hindia dan Indo-Pasifik dan, di hari-hari berikutnya, sebuah operasi provokatif melawan Tiongkok di Laut Tiongkok Selatan (LTS). Setelah itu, serangkaian latihan akan diadakan di Laut Filipina bersama AS, Australia, Prancis, Jepang, Selandia Baru, dan Korea Selatan.
Pada bulan Juni 2021, sebuah kapal patroli Rusia melepaskan tembakan peringatan ke salah satu kapal perusak dari gugus kapal induk Inggris ini---HMS Defender dan sebuah pesawat tempur Rusia menjatuhkan bom di jalurnya, setelah Defender memasuki perairan di Laut Hitam di lepas pantai Krimea, yang diklaim oleh Rusia. Provokasi Inggris ini disetujui (didorong) oleh AS sebagai bagian dari operasi yang telah lama direncanakan.
Rusia memperingatkan bahwa jika serangan seperti itu diulangi oleh Inggris, Rusia akan mengebom setiap kapal perang yang terlibat. Terlepas dari peringatan ini, latihan militer yang ditujukan terhadap Rusia telah tetap diluncurkan.
Pada 9 Juli, Daily Telegraph melaporkan bahwa helikopter Merlin Inggris "memburu" kapal selam Rusia yang menurut surat kabar itu "menguntit Gugus kapal induk Inggris HMS Queen Elisabeth" ketika gugus tugas melewati Mediterania timur. Helikopter menjatuhkan sonobuoys untuk mendengarkan suara khas kapal selam.Â
The Telegraph mencatat, "Perburuan kapal selam terjadi empat hari setelah konfrontasi di Laut Hitam antara HMS Defender, kapal pertahanan udara Type-45, dan pasukan Rusia."
Gugus Kapal Induk HMS Queen Elisabeth Menuju LTS
Pada 25 Juli 2021 Gugus tempur kapal induk HMS Queen Elizabeth melintasi Selat Malaka dan memasuki LTS (Laut Tiongkok Selatan), kemudian pada tanggal 29 Juli gugus kapal induk ini telah berlayar ke perairan sekitar Kepulauan Nansha dan Kepulauan Zhongsha. Politisi Inggris dengan lantang menyatakan kapal perang ini akan memprovokasi ke perairan yang disengketakan.
Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace mengkonfirmasi bahwa HMS Queen Elizabeth dan armada pengawalnya akan transit di perairan internasional yang diklaim oleh Tiongkok, dengan mengatakan Inggris memiliki "tugas" untuk menuntut kebebasan navigasi.Â
Kapal AL Kerajaan Inggris tidak akan memiliki pangkalan permanen, kata juru bicara kedutaan Inggris di Tokyo ketika ditanya dari pelabuhan mana kapal AL Kerajaan Inggris akan beroperasi.
Perlu diketahui bahwa wilayah perairan negara pantai menurut UNCLOS (United Nations Convention on the Law of the Sea) adalah 12 mil laut. Jika kapal induk Inggris berani melangkah ke 12 mil laut, itu sama saja dengan melanggar wilayah tersebut. Ini adalah masalah yang sangat serius bagi Tiongkok.
Menurut "Kantor Berita Pusat" Taiwan dan laporan media lainnya, formasi kapal induk "Ratu Elizabeth" AL Inggris meninggalkan LTS.
Pada 1 Agustus lalu, komandan formasi kapal induk HMS Queen Elizabeth, Steve Moorehouse mengatakan melalui Twitter bahwa formasi kapal induk telah memasuki Laut Filipina melalui Selat Luzon.Â
Tidak hanya itu, Kementerian Pertahanan Inggris juga menyatakan bahwa formasi kapal induk HMS Queen Elizabeth yang berada di Kepulauan LTS dan pulau-pulau Xisha menjaga jarak dan terlihat sikap Inggris berubah melunak dari pernyataan keras ketika baru berangkat dari Inggris.
Menurut pernyataan pemerintah Inggris, mereka tidak ingin menghadapi Tiongkok, tetapi alasan mengapa negara-negara Barat seperti Inggris tidak memiliki keberanian untuk maju untuk menghadapi Tiongkok seperti apa yang disesumbarkan ketika sebelum berangkat dari negerinya, pengamat melihatnya karena kekuatan mereka tidak memungkinkan.
Padahal sebelumnya banyak pihak dan pengamat di seluruh dunia menatap dengan mata terbelalak dan menunggu untuk menyaksikan kapal induk Inggris secara paksa dan dramtis akan memasuki LTS, tapi kenyataannya adalah tanpa klimaks, karena kapal induk Inggris telah diam-diam meninggalkan LTS.
Kebisingan dan kebingaran politisi Inggris sebelum kapal induk keberangkatan dari Inggris yang sangat keras, ternyata kinerja di tempat setelah memasuki arena terlalu berair dan lembek, yang membuat pengamat dan publik Inggris merasa tidak nyaman dan tidak dapat menerima. Ini bukan cara kerajaan yang disebut matahari tidak pernah terbenam, itu jelas mempermainkan nama Ratu Elizabeth.
Kegentaran Gugus Tempur Kapal Induk HMS Queen Elisabeth
Alasan utamanya adalah pada hari kapal induk Inggris tiba di LTS, juru bicara Kementerian Pertahanan Tiongkok, Kolonel Wu Qian, menjelaskan bahwa Tiongkok akan menanggapi dengan segala cara yang diperlukan.
Peringatan Kementerian Pertahanan Nasional Tiongkok menyatakan "Akan mengambil semua cara yang diperlukan untuk menghadapinya dengan tegas dan efektif." Kalimat ini memberi PLA kekuatan dan kewenangan besar, termasuk hak untuk menembak.
Formasi gugus kapal induk Inggris datang ribuan mil jauhnya untuk memprovokasi tidak peduli seberapa jauh itu dari masalah navigasi laut negara ekstrateritorial, begitu Inggris menyalakan tong mesiu, konflik pasti akan pecah antara Tiongkok dan Inggris, dan Inggris tampaknya akan sulit untuk menanggung akibatnya.
Setelah Kementerian Pertahanan Nasional Tiongkok mengeluarkan pernyataan keras tersebut, Armada Laut Tiongkok Selatan dari AL-PLA melakukan latihan tembakan dengan peluru hidup terus menerus antara 26 - 29 Juli sebelum formasi kapal induk Inggris masuk ke LTS.Â
Kemudian kapal induk PLA "Shandong" segera berangkat dari Pelabuhan Sanya dengan dua kapal perusak kelas berat Tipe 055 menuju selatan ke LTS. Selain itu, Tiongkok dengan cepat menyiapkan empat zona tembak di LTS.
Meskipun empat area penembakan amunisi hidup ini jauh dari penampilan kapal induk Inggris, itu juga menunjukkan sikap keras PLA. Rudal itu tidak memiliki mata yang panjang.Â
Jika kapal asing mengabaikan peringatan dan masuk ke perairan Tiongkok kemungkinan besar akan terjadi kecelakaan. Jika hal itu benar terjadi pasti akan merugikan diri Inggris sendiri.
Tepat setelah kapal induk Inggris memasuki LTS, pesawat tempur J-16 dan pembom H-6 PLA yang jarang terlihat dalam mode serangan anti-kapal menampakkan diri bersama.
Jet tempur J-16 memiliki dua rudal anti-kapal Eagle Strike 83 yang dipasang di bawah sayap, sedangkan pembom H-6 dilengkapi dengan empat rudal anti-kapal Eagle Strike 12, yang secara inheren terbatas untuk kemampuan pertahanan udara.
Peringatkan Tiongkok terhadap Gugus Kapal induk HMS Queen Elizabeth ini jelas sangat keras, dan tindakan yang dilakukan Tiongkok kali ini sangat tegas. Bisa dikatakan siap untuk konfrontasi dengan AL Inggris dan bahkan siap untuk menanggung konsekuensi yang lebih serius.
Maka tidak heran pihak Inggris harus hati-hati menimbang kekuatan mereka sendiri. Dengan melihat Tiongkok benar-benar datang ke pihak Inggris, mereka langsung tercengang, dan dengan cepat mengubah kata-kata mereka dan mengatakan hal-hal yang lunak.
Hambatan Gugus Tempur Kapal Induk HMS Queen Elisabeth Dalam Deploitasi Kini
Sejak kapal induk Queen Elizabeth ini berangkat dari Inggris pada akhir Mei tahun ini, perjalanannya telah mengalami beberapa kesulitan. Pertama kali mengalami serangan pandemi Covid-19 saat dalam perlyaran dan mengalami gangguan kapal selama pelayarannya. Ada yang terpapar  COVID-19 baru-baru ini di HMS Queen Elizabeth, lebih dari 100 kasus, BBC melaporkan.
Kemudian di Laut Hitam Rusia, mendapatkan peringatan dari Armada Laut Rusia. Formasi gugus kapal induk Ratu Elizabeth ini tampil moderat dalam efektivitas tempurnya dan sulit untuk menghadapi AL-PLA. Meskipun gugus formasi kapal induk Inggris ini akhirnya masuk LTS, tapi dalam kondisi keterbatasan efektivitas tempur sebagai gugus tempur kapal induk.
Kali ini konfigurasi formasi kapal induk Inggris ini dapat digambarkan sebagai sepotong kue yang terpotong-potong. Kapal Perusak berpeluru kendali "Diamond" menarik diri dari formasi lebih awal karena kerusakan, dan beberapa kapal perang harus mundur di tengah jalan karena berbagai alasan.
Inggris awalnya meminta AS mengikut sertakan kapal perusak rudal kelas "Arleigh Burke" AS lain untuk mendukung momentum, tetapi alih-alih mengulurkan tangan membantu, AS mengambil kesempatan untuk meminta kapal perusak rudal "Sullivan" Â yang tadinya dalam formasi gugus kapal induk Inggris ini untuk kembali.
Dengan demikian, hanya ada 1 kapal perusak berpeluru kendali Tipe 45 yang tersisa di formasi kapal induk Inggris ini, 2 frigat berpeluru kendali Tipe 23 dan 4 kapal perang dari fregat berpeluru kendali "Iverson" AL Belanda.
Kenyataan, HMS Queen Elizabeth dikawal oleh enam kapal Royal Navy, kapal selam Royal Navy, kapal perusak AL AS, dan fregat Belanda, dan membawa 8 jet tempur F-35B Lightning II, 4 helikopter serang maritim Wildcat, 7 Merlin Mk2 helikopter anti-kapal selam dan helikopter peringatan dini udara, Â dan 3 helikopter komando Merlin Mk4 di dek.
Yang paling menjadi bahan tertawaan adalah bahkan jet tempur di kapal induk Inggris disewa dari AS. Panggung sebelum keberangkatan kapal induk Inggris terlalu besar. Sang Ratu secara pribadi datang ke tempat kejadian dan berpidato di atas kapal dan dengan jelas menyebutkan nama Tiongkok.Â
Dia dengan bangga mengumumkan kepada dunia bahwa "Penempatan operasional pertama Gugus Kapal Induk Queen Elisabeth di Asia akan dikirim ke Tiongkok. Agar menunjukkan kepada negara-negara lain bahwa Inggris mempercayai pada hukum laut internasional"
Selain itu, Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace sebelumnya sesumbar mengklaim bahwa kapal induk Inggris Queen Elisabeth yang berlayar kali ini akan menerabas di "perairan yang disengketakan" di LTS. Dia juga secara terbuka menentang "sembilan garis putus" Tiongkok di LTS, sengaja menyebutkan dan mengkalim apa yang disebut keutusan "Arbitrase LTS".
Awal bulan ini, Inggris bahkan telah mengumumkan bahwa mereka akan secara permanen mengerahkan dua kapal perang AL Kerajaan Inggris di Asia setelah kapal induk HMS Queen Elizabeth tiba di Jepang pada bulan September.
Selama kunjungan ke Tokyo, Jepang, Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace mengkonfirmasi pada hari Selasa (20 Juli 2021) bahwa HMS Queen Elizabeth dan armada pengawalnya akan transit di "perairan internasional yang diklaim oleh Tiongkok" di LTS bulan depan, Daily Mail melaporkan pada hari Selasa (20 Juli 2021).
Wallace juga mengumumkan bahwa Inggris berencana untuk mengerahkan kapal perang Angkatan Laut Kerajaan Inggris secara permanen ke wilayah tersebut untuk menunjukkan dukungan kepada sekutunya, kata laporan itu, mencatat bahwa setelah melewati LTS pada bulan Agustus, armada Inggris akan mengambil bagian dalam latihan di LTS, Laut Filipina dengan Australia, Prancis, Jepang, Selandia Baru, Korea Selatan, dan AS.
"Salah satu hal yang akan kami lakukan dengan jelas adalah menunjukkan kepada teman-teman kami di Tiongkok bahwa kami percaya pada hukum laut internasional dan, dengan cara yang percaya diri tetapi tidak konfrontatif, kami akan membuktikan hal itu," kata Johnson. mengunjungi HMS Queen Elizabeth pada hari Jumat (23 Juli 2021).
Banyak pengamat dan publik yang merasa LTS akan menjadi sangat panas dan benar-benar akan menghadapi kesulitan.
Laksamana Tony Radakin, Sekretaris Pertama Urusan Maritim Inggris, juga sesumbar bahwa pelayaran ini akan "menunjukkan kekuatan baru angkatan laut Inggris, dan Tiongkok perlu memikirkan arti navigasi."Â
Tampaknya pesawat Inggris di kapal induk akan menakuti Tiongkok segera setelah tiba. Tampaknya postur itu tidak membuat sensasi global di LTS, namun itu tidak terjadi. Siapa yang tahu bahwa kerumunan yang sesumbar dari atas di Inggris benar-benar menggelegar seperti halilintar, tetapi hujan tidak turun sedikitpun.
Ternyata untuk menerabas 12 mil laut dari kepuluan karang dan menerobos wilayah laut yang disengketakan dan menentang "sembilan agris putus" di LTS, sedikipun tidak ada upaya dan tindakan untuk itu, meskipu telah melakukan perjalanan begitu jauh ke timur, tanpa lama-lama di arena dan dengan cepat-cepat serta diam-diam meninggalkan LTS.
Kenyataan gugus tempur yang compang-camping ini yang "kekuatannya tidak diketahui" ini, jangankan mau berprovokasi, untuk melindungi diri sendiri saja masih suatu tanda tanya besar. Namun dalam gugus tempur ini ada alutsista pembunuh besar yaitu Jet Tempur F-35B dan kapal selam nuklir serangan kelas "smart" SSNR .
Jet tempur F-35B ini dapat lepas landas dan pendaratan vertikal. HMS Queen Elizabeth dapat membawa 24 jet tempur F-35B. Yang mengejutkan adalah bahwa berhubung perbendaharaan Inggris sudah lama kosong, untuk melengkapi muatan 24 jet,  maka  perlu pinjam 12 jet tempur F-35B ini dari AS.
Dan kali ini kapal induk HMS Queen Elizabeth memasuki LTS dengan membawa 18 jet tempur F-35B, 10 di antaranya dipinjam dari AS.
Tampaknya Inggris Raya yang pernah dijuluki "kekaisaran dengan matahari tidak pernah terbenam" sedang dalam keadaan sekarat memang tidak lagi kaya. Kini sudah tidak sanggup lagi untuk memenuhi kekuatan minimum kapal induknya dengan alutsistanya, dan hanya dapat mengirim dengan 12 Jet tempur F-35B saja.
Andaikata Inggris penuh percaya diri dan berani mengirimkan pesawat tempur siluman F-35B menerobos wilayah udara 12 mil laut Kepulauan di LTS, PLA pasti akan mengambil tindakan balasan untuk bergegas melangit untuk mengintersepsi.
PLA mengirim kapal perusak 055 ke LTS, sebenarnya sudah mengantisipasi segala kemungkinan yang akan terjadi. Jika F-35B berani memprovokasi, maka radar dual-band dan radar meter-wave pada kapal perusak pembawa rudal besar Tipe 055 akan bekerja sama dengan pesawat peringatan dini "AWASC KJ-500" yang dikerahkan di LTS.
Pada saat itu, gerak gerik F-35B akan terdeteksi. Saat ini, Bandara PLA di LTS telah mengerahkan berbagai pesawat tempur canggih yang cukup untuk menghadapi semua pesawat asing (musuh) yang masuk.
Kedua, mari kita bicarakan tentang kapal selam nuklir serangan kelas "smart" Inggris. Menurut pernyataan resmi AL Inggris, kebisingan kapal selam nuklir dikendalikan di bawah 100 desibel.Â
Dari sudut pandang data, itu memang yang terbaik pilihan untuk tugas menerobos secara paksa perairan teritorial 12 mil laut di LTS, namun AL Inggris akhirnya tidak mengirimkan masuk.
Ini menunjukkan bahwa Inggris selama ini hanya melakukan gertakan, tetapi sebenarnya sangat ragu dan tidak berani bertindak. Lagi pula, kenyataan AS selama ini tidak berani bentrok dengan Tiongkok secara langsung di LTS. Inggris jelas sangat mengetahui tahu tentang hal ini.
AS yang selama ini selalu melakukan provokasi di LTS, meskipun sering melakukan kegiatan dengan melakukan latihan militer bersama dengan India, Australia, Jepang dan negara-negara lain, tapi mereka tetap tidak berani untuk masuk atau menerobos 12 mil laut yang menjadi garis merah Tiongkok.
AS berharap selain dirinya sendiri, akan ada lebih banyak sekutunya untuk maju. Inggris, sebagai sekutu paling setia AS, adalah kandidat terbaik. AS terus menekan Inggris dan bahkan media AS terus memanasi-manasi apakah kapal perang Inggris memasuki "12 mil laut" dan bahkan AS menjadikannya ujian utama hubungan kedua negara, dan berharap kapal perang Inggris seberani memasuki perairan Tiongkok seperti bulan Juni lalu berani masuk teritorial Rusia di Laut Hitam.
Hanya saja AS bermain bagus kali ini, tapi juga Inggris tidak bodoh akan diperalat. Yang jelas mengapa AS menolak mengikut sertakan kapal perangnya, bahkan memindahkan kapal perang "USS Sullivan" dari formasi gugus kapal induk Inggris Queen Elisabeth kali ini.
AS telah menghitung bahwa formasi kapal induk Inggris sudah sulit mundur bagaikan sedang menunggang harimau ke LTS. Begitu konflik antara Tiongkok dan Inggris meletus, AS dapat menghindari masalah ini, tetapi apa yang tidak diharapkan oleh AS adalah bahwa Inggris akhirnya memilih untuk menunjukkan kelemahannya ke Tiongkok, dan gugus kapal induk Inggris yang awalnya membuat banyak kebisingan dalam perjalanan ke LTS, namun berakhir dengan anti-klimak.
Meskipun Inggris adalah sekutu setia dan yang paling dekat dengan AS, tapi tetap saja akan digunakan sebagai senjata oleh AS.
Sebenarnya bagian vokal dari Partai Konservatif Johnson yang berkuasa, yang dipimpin oleh mantan pemimpin partai Sir Iain Duncan Smith dan didukung oleh bagian-bagian militer, menuntut Downing Street dan angkatan bersenjata Inggris "memikirkan kembali perjalanan ini" dan tidak berlayar lebih provokatif melalui Selat Taiwan.Â
Komandan Armada Pasifik AS, Laksamana John Aquilino, telah menyatakan Taiwan adalah "titik nyala paling signifikan sekarang yang dapat menyebabkan perang skala besar" antara AS dan Tiongkok.
Kemungkinan kebakaran besar yang melibatkan kekuatan nuklir selalu ada dalam peristiwa ini. Berbicara di Jepang, Wallace menyatakan, "Dunia adalah tempat yang lebih cemas, dan akibatnya lebih gelisah... Jelas ada bahaya bahwa kecemasan itu mengarah ke tindakan yang lebih agresif, tetapi saya pikir kita masih jauh dari konflik militer di Asia."
Inggris sekarang mengakui identitasnya sendiri, statusnya sebagai negara adidaya telah lama digantikan oleh AS, kekuatan militernya menyusut dari tahun ke tahun, namun masih ingin menunjukkan kegagahannya.Â
Namun mereka juga sadar kekuatannya sendiri untuk melawan Tiongkok yang sekarang kekuatannya sudah bukan lagi Tiongkok pada abad-abad yang lalu. Jika mereka tetap memaksakan masuk teritorial Tiongkok dapat dipastikan kapal induknya akan mogok dan lego jangkar di tengah jalan dan tidak dapat pulang kembali. Dan pamor dan muka "Kekaisaran Matahari Tidak Pernah Terbenam" akan menjadi tertawaan.
Sumber: Media TV dan Tulisan Luar Negeri
https://www.wsws.org/en/articles/2021/07/26/carr-j26.html
https://www.bbc.com/news/world-asia-58015367
https://www.globaltimes.cn/page/202107/1229291.shtml
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H