Adapun untuk bidang bisnis, tampaknya Tiongkok berpandangan "Anda bisa melakukannya jika Anda dapat melakukannya, dan Anda tidak perlu saling menjatuhkan". Ini yang lihat sebagian pengamat sikap masa depan Tiongkok terhadap AS. Perubahan kuantitatif menyebabkan perubahan kualitatif. AS tidak lagi terlalu menarik bagi Tiongkok tampaknya.
Ketika Trump mengatakan ingin membangun infrastruktur, Tiongkok tampaknya tertawa. Jika hubungan Tiongkok-AS berbaikan kemungkinan besar Tiongkok dapat membantu, harapan itu benar-benar ada. Jangan lupa bahwa Tiongkok juga mempunyai kontribusi pada AS ketika AS membangun kawasan barat. Â
Jika sifat populis Trump dan menutup diri untuk coba membangunan infrastruktur dengan kekuatan AS sendiri diperkirakan akan membutuhkan waktu lama. Diperkirakan pada saat itu Tiongkok mungkin sudah berhasil membangun kereta kecepatan tinggi sampai ke paling ujung selatan Afrika, sedang kereta kecepatan tinggi AS sepanjang 50 km saja masih dalam konsep di atas kertas.
Bidang IPTEK, Ekonomi Tiongkok dan AS
Dalam hal IPTEK, Tiongkok dan AS sekarang dapat dikatakan perbedaannya tidak besar, dan tidak ada kesenjangan yang besar di antara keduanya. Kini dalam aspek apa AS berani mengatakan bahwa mereka jauh di depan Tiongkok?
Dahulu AS selalu mengatakan bahwa Tiongkok selalu menjiplak dan mencuri IPTEK AS, itu karena mereka tidak mau memahami, bahwa itu akan berbalik pada waktu tertentu, dan proses itu tampknya sudah mulai.
Terutama dalam hal manufaktur dengan kecerdasan, dan  kecerdasan artifisaial (Artificial Intelligence/AI) generasi mendatang serta material baru, jangan lupa bahwa lebih dari separuh bidang ini adalah buatan orang Tiongkok.
Dari segi ekonomi, Tiongkok sudah melihat esensi dari AS, padahal secara teori ekonomi, jika AS itu suatu perusahaan seharusnya sudah dalam keadaan bangkrut dan harus  dilikuidasi.
Orang Amerika berpikir bahwa mereka itu kaya, tetapi mereka sebenarnya mereka itu hidup dari pinjaman uang. Mereka benar-benar terlihat sombong. Padahal mereka itu dapat memainkan permainan ini ketika mereka masih berhegemoni dolar. Tetapi Tiongkok mungkin sekarang berpikir karena AS memperlakukan Tiongkok sebagai musuh, mengapa harus bermain dengan AS?
Kita tidak tahu apakah karena kebijakan "Menyeimbangkan Kembali  Asia-Pasifik" Obama telah merangsang Tiongkok. Justru Tiongkok kini telah benar-benar beralih ke Asia-Pasifik dan setengah belahan global. Terhadap AS diperkirakan Tiongkok akan mengikuti tren dan perlahan tapi pasti menjual "Hutang AS (obligasi AS yang dimiliki Tiongkok)" untuk memulihkan asetnya untuk ditanamkan di Asia Selatan, ASEAN, Asia Tengah, Eropa dan Afrika memulai perjalanannya sendiri tanpa AS.
Saat itu tidak aneh jika Tiongkok akan menjadi nomor satu lagi di dunia, menurut para pengamat luar. Mengutip kalimat pengamat luar lainnya ada yang mengatakan: "Dalam sebagian besar sejarah peradaban manusia, Tiongkok telah menjadi nomor satu di dunia."