Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pecah! Pertempuran Laut Satu Jam Vietsel-Tiongkok di Kep. Xisha Januari 1974

5 Desember 2020   14:42 Diperbarui: 5 Desember 2020   14:46 657
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Meneruskan tulisan yang lalu:

Perang Laut Vietsel-Tiongkok di LTS 1974 Untuk Memperebutkan Kembali Kepulauan Xisha Dari Vietsel

Satu Jam Situasi Menjelang Pertempuran Laut Vietsel-Tiongkok di Kep. Xisha Januarti 1974 

Pada pukul 10:20 pagi tanggal 19 Januari 1974, awan tipis di atas laut dan langit di atas Kepulauan Xisha Paracel mengaburkan sinar matahari dan angin sepoi-sepoi. Panglima tertinggi pos komando maritim Wei Mingsen memegang teleskop. Dia sedikit khawatir. Dia memiliki firasat bahwa perang akan segera dimulai.

Dalam teleskop, Wei Mingsen tiba-tiba melihat cahaya dari senjata kapal musuh. Gumpalan asap biru membungbung dari empat kapal Angkatan Laut Vietnam Selatan yang ditembakkan  ke formasi kapal Tiongkok 271 dan 369. Hampir pada saat yang bersamaan, 37 pucuk senjata belakang dari kapal 369 Tiongjok diaktifkan dengan sekejap dan tiba-tiba permukaan laut menjadi membara.

Menurut arsip sejarah, suara artileri terdengar pada pukul 10.22 tanggal 19 Januari 1974. Sejak itu, serangan balik untuk mempertahanan diri di Kepulauan Xisha/Paracel secara resmi dimulai.

Wei Mingsen yang berada di kapal No. 271 begitu melihat moncong senjata musuh sinar letusan, itu menunjukkan kapal Vietsel menembak lebih dulu. Tetapi yang membuat heran perwira dan tentara di kapal Vietsel mengapa bisa tertembak lebih dulu?

Sumber: easyatm.com.tw+youtube.com+historynet.com
Sumber: easyatm.com.tw+youtube.com+historynet.com
Bagaimana situasi sebenarnya? Komisi Militer Pusat Tiongkok sebelumnya telah berulang kali menegaskan kepada Wei Mingsen sebagai komandan maritim Xisha untuk tidak sebagai penembak pertama, apakah dia tidak mematuhinya? Namun, jika Wei Mingsen tidak memberi perintah untuk menembak, bagaimana peluru kapal Tiongkok bisa mengenai kapal No. 16 Vietsel lebih dulu?

Ternyata 5 jam sebelum memasuki situasi konfrontasi, Wei Mingsen telah memerintahkan semua awak kapal untuk memasuki siap tempur tingkat pertama, senjata telah dimuat amunisi dan siap menembak, dan pada saat yang sama memerintahkan kapal-kapal untuk dikontrol secara ketat agar tidak terjadi kelepasan menembak lebih dulu, karena implikasi politik tidak menguntungkan. Tetapi jika tidak menembak pertama terlebih dahulu akan menderita kerugian di medan perang.

Apakah ada cara untuk melakukan serangan balik pada musuh tepat waktu tanpa menembakkan tembakan pertama?

Rahasianya terletak pada kenyataan bahwa kaki para prajurit dalam formasi laut Tiongkok telah ditempatkan di atas pedal untuk menembakkan peluru, dan mata mereka menatap setiap gerak-gerik  armada Vietsel.

Selama waktu konfrontasi dalam "ketenangan",  para prajurit di kapal No. 396 melihat kilatan api di moncong senjata pada kapal perang Vietnam Selatan. Para penembak dalam formasi Tiongkok dengan cepat menginjak pelat-pedal tembak, dan peluru hampir terlontar bersamaan dengan peluru kapal perang Vietnam Selatan. (Kilatan sinar lebih cepat dari datangnya suara dan peluru).

Lalu mengapa ada yang mengatakan artileri pertama yang ditembakkan dari Kapal Tiongkok? Karena peluru artileri yang jatuh di geladak pertama  di kapal Vietsel dari artileri Tiongkok.

Namun sebenarnya, ini hanya karena kaliber kecil senjata formasi maritim Tiongkok dan kecepatan laras peluru yang tinggi, dan penggunaan senjata kaliber besar dari artileri Vietsel, kecepatannya yang relatif lambat, yang menciptakan ilusi bahwa formasi maritim Tiongkok telah menembakkan artileri pertama.

Faktanya, Wei Mingsen tahu bahwa kapal perang Vietnam Selatan akan menembak lebih dulu. Bagaimana dia tahu? Kita perlu menyetel jam mundur lima jam. Pada jam 5:50 pagi tanggal 19 Januari 1974, sesuatu terjadi di menara pengawas AL kapal No. 271.

4 kapal perang Vietsel telah membentuk formasi menjadi  2 kelompok, mereka datang dengan kecepatan lambat berbentuk capit kepiting menuju posisi kapal Tiongkok . Begitu melihat manuver ini, kapal  No. 271 Tiongkok segera membunyikan alarm musuh datang dan siap perang, cepat-cepat jangkar dinaikkan, menyalakan radar untuk menentukan jarak kapal Vietsel yang disebelah kiri  No 4 kira-kira berada 2.500 m dan kapal No.5 berjarak 1000 m dari kapal No.271.

Seberapa dekat 1000 meter itu? Meriam utama 85mm memiliki kecepatan peluru 800 meter per detik, yang berarti peluru tersebut dapat jatuh ke kapal perang Vietsel dalam sekejap mata.

Pada pukul 5:50 tanggal 19 Januari 1974, 4 kapal Vietsel menyerang Pulau Chenhang dan Pulau Guangjin, mencoba menyerang dan menduduki kedua pulau tersebut. Formasi 396 mencegat kapal Vietsel No. 16 dan No. 10 dari barat Pulau Guangjin, dan formasi 271 dari sebelah tenggara Pulau Guangjin memantau mendaratnya tentara Vietsel ke pulau. Tentara Vietsel yang mendarat begitu melihat ada orang di pulau langsung menembak,  Milisi yang menjaga pulau dari mula sudah melihat dan siap, maka mereka langsung menghunus bayonet dan tembakan menghalau tentara pendaratan Vietsel, sehingga tentara Vietsel dipaksa mundur kembali ke kapal.

Sumber: haijiangzx.com
Sumber: haijiangzx.com
Di sisi lain, puluhan "pasukan katak" yang menunggu di Pulau Chenhang meletakkan helm mereka di punggung, mengeluarkan pistol dan belati, dan merangkak menuju pulau. Meskipun "pasukan katak" ini berhati-hati, mereka masih belum terbiasa dengan medan., sehingga membuat suara bergesekan dengan batu kerikil dari waktu ke waktu.

Semua ini terlihat oleh para milisi Tiongkok dalam penyergapan, dengan mengikuti perintah pemimpin peleton milisi, "manusia katak" yang semula ingin melakukan serangan diam-diam disergap dan melarikan diri dengan panik.

Sebenarnya "pasukan katak" yang dipukul mundur itu adalah pasukan elit Vietsel. Tergolong "pasukan katak" terkuat di negara-negara Asia Tenggara. "Pasukan katak" Vietsel dapat menyelam hingga tiga atau empat meter dari kapal perang dan meledakkan ranjau, sehingga menghancurkan kapal perang secara fisik, mereka menyerang kapal dengan menempatkan bahan peledak, menghancurkan jembatan, dll.

Betapa dahsyatnya "pasukan katak" Vietnam yang sangat mematikan diilustrasikan dengan contoh berikut: Pada tanggal 1 atau 2 pagi Mei 1964, enam "pasukan katak" Vietnam menyelinap ke pelabuhan pada malam hari dan menggunakan ranjau magnet untuk meledakkan USNS Card. Kompartemen tenaga kapal induk, kapal raksasa seberat 1,5 ton itu tenggelam 20 menit kemudian. Bahkan saat ini eksitensi "pasukan katak" masih ada di Vietnam.

Sumber: davfl70.org + yougotttaconsiderthesource.blogspot.com
Sumber: davfl70.org + yougotttaconsiderthesource.blogspot.com
Belum lama ini, Vietnam telah sering mengirim "pasukan katak" mengganggu operasi Tiongkok di wilayah laut pada anjungan pengeboran "981" milik Tiongkok, dan mereka ingin menggunakan sejumlah besar jaring ikan, benda mengambang, dan penghalang lainnya. Dan kekuatan seperti itu yang dipukul mundur dan melarikan diri yang dihalau tentara milisi Tiongkok dan warga sipil yang menjaga pulau itu 46 tahun yang lalu ketika mencoba untuk menyerang perairan Xisha.

Pendaratan di Pulau Chenhang gagal, dan Vietsel segera mengubah arahnya dan bersiap menggunakan keunggulan kapal yang solid dan artilerinya untuk menyerang kapal perang formasi maritim Tiongkok dari laut.

Dilihat dari situasi selanjutnya, AL Vietsel sama sekali memandeng enteng formasi maritim Tiongkok.

Vietsel Melancarkan Serangan Frontal

Pada pukul 7:57, Ha Van Ngac memerintahkan kapal Vietsel No. 16 "Ly Thuong Kiet" menusuk miring ke formasi 396 dan langsung menuju ke Kapal 389, memotong di tengah, ini jelas berarti provokasi ingin meihat seberapa beraninya tentara Tiongkok. Seolah mengatakan saya berdiri di depan Anda, dan melihat apakah anda akan mundur atau tidak?

Menghadapi provokasi kapal Vietsel No. 16 ini, kapal penyapu ranjau Tiongkok No.389 berbobot muat penuh 590 ton tampak kecil sekali, dengan kecepatan tertinggi 14 knot ini hadapan dengan kapal Viet No.16.

Sumber: baike.baidu.com
Sumber: baike.baidu.com
Menghadapi provokasi Kapal Vietsel No. 16, ada orang lain yang tidak tahan lagi, dia adalah kapten Kapal 389, Xiao De'wan. Menghadapi lawannya yang berbobot 4 kali lipat lebih besar, Xiao De'wan bertekad untuk melesat ke depan.

Operator meriam 85 mm di kapal No.389 Yang Baohe memiliki ingatan yang mendalam tentang kejadian tersebut meskipun telah lama terjadi. Dalam rekaman suara di musium sejarah militer Tiongkok yang masih tersimpan mengatakan: sang kapten tampak cemas. Dia hebat, mereka baru saja memblokir kita. Kemungkinan besar dia berpikir di dalam hatinya. Biaralah ikan mati tapi jaring akan jebol, langsung Kapten kapal Xiao memberi perintah, percepat laju kapal tanpa mengubah haluan terus melaju lurus sesuai jalur aslinya.

Melihat kapal No. 389 melaju lurus tanpa mengubah arah dan tidak mau menghindar, kapal Vietsel No.16 malah tersentak, melihat kapal tersebut hendak menabrak kapal No.16 mulai mundur tapi sudah terlambat, tabrakan dua kapal tersebut tidak bisa terhindarkan.

Pukul 08.55 pagi, kapal Vietsel No. 16 menabrak sisi lambung kiri dan geladak kapal 389 rusak parah. Beberapa tentara hampir jatuh dari kapal 389 karena goncangan kapal. Setelah kedua kapal bertabrakan, kapal 389 segera buka jarak dengan kapal Vietsel No. 16 untuk melanjutkan konfrontasi.

Sumber: Ilustrasi dari youtube.com
Sumber: Ilustrasi dari youtube.com
Pada saat yang sama, di sisi lain medan perang di Laut sekitar Xisha, Kapal Vietsel No. 4 dan No. 5 mulai berupaya untuk menekan formasi armada maritim Tiongkok. Armada Tiongkok pertama-tama tetap diam di posisi dan menunggu kapal Vietsel No. 4 dan No. 5 mendekat hingga 50 meter dari formasi 271. Kedua kapal dari formasi 271 mundur dan berbalik dan maju dengan kemudi ke kanan. Mereka berhenti pada jarak 100 meter dari kapal Vietsel No. 5 dan berpisah di pulau.

Kini terbentuk situasi dua lawan satu dengan No. 5, formasi maritim Tiongkok tetap berinisiatif mundur dan memasuki dua jurus untuk memanfaatkan sepenuhnya keunggulan kemampuannya.

Setelah itu, formasi 271 Tiongkok memindahkan kapalnya lagi dan membiarkan kapal Vietsel kapal No. 4 tetap mengapung di luar, masih mempertahankan situasi dua lawan satu, dan menjaga jarak yang tepat dari kapal Vietsel No. 4, mencoba menemukan lokasi yang cocok untuk fokus menyerang No. 4 pada saat pertempuran dimulai.

Mengapa harus memfokuskan senjata pada kapal No. 4 di Vietsel dulu? Karena Wei Mingsen mengira bahwa kapal Vietsel No. 4 adalah kapal komandonya.

Ini adalah foto Kapal Vietsel No. 4, foto diambil dari atas kapal Tiongkok. Saat itu, formasi 271 Tiongkok sedang berhadapan dengan kapal Vietsel No. 4. Dari foto terlihat jelas bahwa moncong meriam kapal Vietsel No. 4 diarahkan ke formasi kapal Tiongkok No. 271.

Sumber: Ilustrasi dari youtube.com
Sumber: Ilustrasi dari youtube.com
Demikian juga senjata kapal Tiongkok diarahkan ke kapal Vietsel, konfrontasi demikian berlangsung hampir satu jam, masing-masing pihak saling siap tempur, tapi tiba-tiba kesunyian dipecahkan oleh suara rentetan letusan senjata.

Pada pukul 09:04 ada senapan mesin di dek belakang Kapal Vietsel No.4 tiba-tiba ditembakkan, 2 tembakan itu tidak diketahui diarahkan kemana. Kapal perang Tiongkok langsung mengeluarkan peringatan kepada musuh dengan sinyal lampu: "Kalian menmbak dulu, kita beri peringatan serius dan kalian akan bertanggung  jawab atas segala akibatnya!"  Peringatan itu dikirim tiga kali berturut-turut.  Kapal Vietsel No.4 menerima sinyalnya, tetapi tidak menjawab.

Tiba-tiba, terjadi pemandangan aneh di kapal perang Vietsel No. 4 tersebut, perilaku anehnya adalah seorang perwira Vietsel tiba-tiba melompat keluar dari kabin dan bergegas ke posisi di mana senapan ditembakkan dan menampar penembak tersebut.

Selanjutnya AL-Vietsel mengembalikan moncong meriam yang tadinya diarahkan ke kapal Tiongkok ke titik nol, dan kapal mulia bergerak kembali menuju daerah perairan dalam ke arah barat daya.

Meriam pada titik nol adalah moncong laras meriam dinaikan ke posisi 45 derajat dari bidikan itu berarti bersifat ramah dan tidak akan digunakan.

Meskipun tembakkan itu adalah ketidak sengajaan, dengan terjadinya insiden itu berarti armada Vietsel telah menempatkan insiatif ofensif ke tangan armada maritim Tiongkok.

Formasi maritim Tiongkok bisa memanfaatkan kesempatan untuk melakukan serangan balik terlebih dahulu, namun mereka memilih tidak melakukannya. Jadi sebagai kamandan laut, apa niat Wei Mingsen saat itu?

Menurut majalah "Modern Ship", Wei Mingsen yang pada berusia 80 tahun mengenang kembali dan menuturkan: "Armada Vietsel memilih mundur ke perairan dalam ketika angin dan ombak sangat kuat. Keadaan saat itu sangat tidak menguntungkan bagi formasi maritim kita." Lalu mengapa Wei Mingsen tetap di sana? Sudah waktunya untuk membuat keputusan seperti itu. Kedua belah pihak mengirim empat kapal perang, tetapi jaraknya sangat besar. Keempat kapal Vietsel semuanya adalah kapal besar buatan AS yang canggih. Satu kapal perusak, 2 kapal fregat dan satu kapal covette memiliki total tonase lebih dari 6000 ton. Ada 50 meriam satu meriam dengan kaliber 127 mm dan lainnya dibawah 127 mm.

Total tonase keempat kapal armada maritim Tiongkok tidak sebesar total tonase kapal Vietsel. Artileri terbesar berkaliber 85 mm, hanya dengan tiga meriam, dan dioperasikan secara manual.

Sementara kapal Vietsel pada kenyataannya telah dilengkapi meriam  otomatis atau semi-otomatis, sedang formasi maritim Tiongkok tidak hanya tidak unggul dalam hal persenjataan masa itu, tetapi juga sangat tidak memadai dalam peralatan pelindung individu.

Dalam wawancara belakangan hari Wei Xinan putra dari Wei Mingsen menuturkan: Saat itu di kapal kita tidak dilengkapi helm baja, tidak hanya para perwira dan komandan saja, bahkan untuk awak kapal yang sedang bertugas di dek pun tidak memakai helm baja.  Jadi setelah pertempuran itu usai, saya ingat ayah saya mengatakan dalam buku hariannya bahwa dia ingin sekali agar daratan front belakang bisa segera menyiapkan helm baja kepada mereka.

Sumber: Ilustrasi dari youtube.com
Sumber: Ilustrasi dari youtube.com
Jika dilihat perbandingan antara kekuatan armada Vietsel dan Tiongkok, sangat sulit bagi formasi maritim Tiongkok untuk bisa menang dalam pertarungan ini, tetapi Wei Mingsen tidak berpikir bahwa pertarungan di perairan dalam yang tidak menguntungkan bagi dia ini  harus memilih alternatif alat perang (kapal) lain.

Komando Tempur Beijing

Di hari yang sama, jam 7 pagi 19 Januari 1974, Ye Jianying yang berada ribuan kilometer jauhnya tiba di ruang komando tempur terlebih dahulu. Deng Xiaoping mengikutinya dengan saksama dan mendengarkan laporan sebelum perang sampai jam 10 pagi. Laporan itu datang dahulu sebelumnya.  Kapal perang Vietnam Selatan tiba-tiba menembaki kapal perang Tiongkok, dan kapal perang Tiongkok tersebut segera merespon dengan lugas.

Berita ini membuat udara di ruang komando tempur tiba-tiba tegang, dan Ye Jianying berdiri dan bertanya kepada staf di tempat kejadian tentang pertempuran di front depan. Ketika mendengar berita formasi laut Tiongkok telah melancarkan serangan, Ye Jianying yang berusia 77 tahun itu berdiri dan memukul meja seraja memberi perintah ke front depan dengan berseru: "Pukul dengan keras! Hancurkan musuh!"

Komando Vietnam Selatan

Yang memerintah untuk menembak dari pihak Vietsel adalah Ha Van Ngac Komandan tempur maritim yang berada di kapal Vietsel No. 5 "Tran Binh Trong HQ-5" saat itu. Dalam memoarnya dia mengatakan, saat itu dia memerintahkan empat kapal Vietsel untuk menembak terlebih dahulu ke formasi maritim Tiongkok.

Tetapi sebelum memberi perintah penembakan, Ha Van Ngac menerima instruksi dari Wakil Direktur Departemen Operasi AL-Vietsel  di Saigon melalui radio -- Kim Do menanyakan: "Apakah Hiu No. 5 sudah siap?" , Ha Van Ngac menjawab: "Kami sudah di tempat." Kim Do memerintahkan "Kalau begitu tembak!" Namun Ha Van Ngac ragu dan menunggu hingga Kim Do mengulang perintah tembak dua kali untuk memastikan jika dia tidak salah dengar. Maka Ha Van Ngac mempersiapkan untuk melakukan penembakan pada formasi maritim Tiongkok, tapi sebelum memberikan perintah menembak, suatu tindakan yang aneh terjadi, dia mundur dahulu.

Wei Mingsen menerima instruksi dari Komisi Militer Pusat, dia memegang teleskop terus meneropong memperhatikan armada formasi Vietsel yang akan mengulangi aksi pra-perangnya dan mundur.

Empat Kapal Vietsel sambil menembak dan bertempur sambil mundur, sementara formasi kapal Tiongkok sambil menembak terus menguntit tanpa melambat mengejar terus kapal Vietsel.

Pada awal pertempuran, formasi 271 Tiongkok berjarak 2.000 meter dari musuh dan mendekati dengan kecepatan penuh meskipun berulang kali terkena peluru musuh, terus menguntit dekat pada kapal musuh.

Fenomena aneh terjadi selama pertempuran sengit, kapal Tiongkok mengejar kapal Vietsel, armada Vietsel mundur saat bertempur, sementara formasi laut Tiongkok mengejar. Mengapa situasi seperti itu terjadi?

Keempat kapal Vietsel lebih besar dari kapal perang Tiongkok dalam hal tonase, dan memiliki keunggulan absolut dalam kekuatan senjatanya. Karena itu kapal Vietsel berusaha mundur untuk mendapatkan jarak yang efektif bagi tembakan artilerinya agar bisa mengerahkan kekuatan maksimum dalam jangkauan efektif.

Alasan mengapa formasi AL Tiongkok terus mengejar dan menempel karena artileri di kapal Tiongkok cocok untuk penembakan cepat dan jarak pendek, dan harus diusahakan cukup dekat dengan kapal perang Vietsel dalam jarak aman untuk "pertempuran jarak dekat".

Kapal Vietsel bertempur dan terus mundur. Pihak Tiongkok sambil bertempur dan  terus mengejar. Dalam "pertempuran jarak dekat" ini, formasi AL Tiongkok secara efektif menyerang kapal perang Vietsel dalam jarak yang aman..

Selain melakukan "pertempuran jarak dekat" dengan kapal perang Vietsel, Wei Mingsen juga melakukan penggelaran secara terpadu formasi maritim Tiongkok sebelum dimulainya perang laut.

Wei Mingsen merintahkan untuk melawan dengan dua kapal Tiongkok untuk menyerang kapal komando Vietsel, jadi dengan kapal No. 271 dan 274 kapal untuk melawan satu kapal Vietsel No.4. "Tran Khanh Du" . Di ujung lain medan perang, tembakan 389 dan 396 terkonsentrasi ke kapal No. 16 "Ly Thuong Kiet".

Di saat yang sama, formasi maritim Tiongkok telah bertekad untuk fokus pada "mata", "telinga" dan "mulut" kapal musuh, yaitu antena komunikasi, radar, pos komando, dan ini telah dijadikan tiga kebijakan operasional. Semuanya sudah siap. Wei Mingsen langsung memberi perintah,  begitu perang dimulai. Memasuki sudut mati artileri kapal Vietnam Selatan, sambil fokus menyerang kapal Vietsel No. 4 .

Niat Wei Mingsen jelas untuk memukul memimpin musuh. Wei Mingsen mengira bahwa kapal Vietsel  No. 4 adalah kapal komandonya, dan situasi sebenarnya justru kapal No. 5 "Tran Binh Trong" di mana Han Van Ngac berada yang menjadi kapal komando Vietsel.

Di ujung selatan medan perang, formasi 271 justru sengit bertempur dengan kapal Vietsel No. 4 dan No.5 , tapi serangan utamanya ditujukan pada kapal No. 4 yang ada di depan.

Tetapi pada saat yang sama, formasi 369 di ujung utara medan perang bertempur sengit dengan kapal Vietsel No. 16 dan No. 10, dan kapal 389 di belakanglah yang terkena tembakan gencar.

Wei Mingsen melakukan kesalahan dalam menilai kapal komando Vietnam Selatan, demikian Vietnam Selatan tidak menilai secara akurat kapal komando formasi maritim Tiongkok.

Mengapa bisa terjadi hal kesalahan tasir demikian dari kedua belah pihak? Wei Mingsen berpikir seperti orang Tiongkok dalam berperang komandan harus bergegas ke depan, jadi posisi serangan utama diarahkan ke No.4, sedang Ha Van Ngac pikir kapal komando adalah yang paling harus aman dan berada di paling belakang.

Sebelum perang dimulai, Han Van Ngac sangat percaya diri. Dia berpikir bahwa dengan senjata yang paling kuat yang dipunyai bisa melawan formasi laut Tiongkok. Dan senjata yang kuat justru berada di kapal No.4, maka dari itu dia berada di kapal ini.

Efektivitas tempur di kapal fregat No. 4 adalah yang terkuat di antara kapal Vietsel saat itu. Meskipun meriam AL MK30 127mm berada di kapal No. 5 memiliki meriam kaliber besar tapi  harus mengandalkan pemuatan manual dan memiliki laju tembakan yang lambat. Sedang meriam AL MK34 76mm di kapal fregat No.16 adalah meriam otomatis penuh, dengan laju tembakan hingga 50 putaran per menit, dan efektivitas tempurnya jauh lebih tinggi daripada meriam 127mm.

Wei Mingsen memerintahkan formasi 271 untuk membantu menyerang kapal Vietsel No. 4, dengan "pertempuran jarak dekat" dan mentargetkan artiler kapal No.4 di atas dek menembak artileri yang ada di dek kapal No. 4 dengan artileri penembak cepat.

Senjata otomatis 76mm di kapal No. 4  menerima pukulan telak, dan akhirnya semuanya  rusak tak berfungsi. Khusus dengan rusaknya senjata 76 mm yang terserang rusak.

Ha Van Ngac belakangan memberi kesimpulannya yang berbeda dalam memoarnya. Dia menuliskan, kapal No.4 posisinya berada di sebelah barat daya kapal No.5, artilerinya sudah sama-sama di arahkan ke kapal Tiongkok No.274.

Segera setelah serangan dimulai, kapal No. 4 melaporkan bahwa artileri otomatis 76mm miliknya tidak berfungsi dan harus menunggu perbaikan. Hal ini membuat saya merasa tidak nyaman, ini membuat rencana pertempuran saya menjadi dalam kesulitan.

Beberapa menit kemudian, senjata 76mm kapal No. 4 gagal menembak lagi, tetapi saya masih memiliki sedikit harapan. Setelah beberapa menit, kapal No.4 gagal pada upaya ketiga juga. Menurut Ha Van Ngac senjata 76mm gagal. Setelah perang, senjata ini juga sama tidak berfungsi, jadi artileri ini sama sekali belum di tembakan sudah jadi afkir dan dijadikan besi tua.

Jadi bagaimanapun, saat itu hanya meriam 20 mm Kapal Vietsel No.4 yang tersisa dalam menahan serangan kapal 271 Tiongkok, tetapi kapal 271 juga tidak dalam keadaan optimal.

Pada 16 Januari 1974, pos komando formasi maritim secara resmi menunjuk Wei Mingsen komandan, kapal No. 271 sebagai kapal komando, dan kemudian Wei Mingsen menerima perintah untuk berangkat pada pukul 19:00. Kapal No. 217 tersebut tidak memiliki waktu untuk melakukan inspeksi pra-pelayaran, ditambah artileri 85 mm ini sudah bertahun-tahun belum pernah di service.

Sehingga pada saat terjadi pertempuran sengit mengalami beberapa kali kegagalan,  setelah ditembakkan selama 22 menit melakukan 50 kali tembakan, benar-benar kehilangan efektivitas tempurnya.

Tidak lama setelah pertempuran dimulai, kapal pemburu kapal selam  No. 274 ini terkena peluru yang ditembakkan kapal AL-Vietsel, anjungan komando tertembak yang mengakibatkan perwira  komisaris politik Feng Songbai dan wakil kapten kapal Zhou Xitong tewas.

Ketika meriam utama kapal No. 271 kapal gagal, semua sistem lain dari kapal No. 274, yang tidak jauh kapal N0.271, kecuali senjata utama dan cadangan, mesin utama dan tambahan, serta kompas magnet masih berfungsi, yang lain telah hancur.

Lalu masih bisakah kapal 274 bertarung melawan kapal Vietsel No. 4?

Ketika kapal 271 melesat hanya 200 meter dari kapal perang Vietsel, kemudi listrik benar-benar gagal berfungsi. Kapal itu seperti kuda liar yang lepas kendali dan  terjebak masuk dalam hujan tembakan formasi Vietnam Selatan No. 5. Ketika sistem kendali lumpuh total, kapal 274 itu memerintahkan Luo Meisheng memberi aba dengan isyarat mengganti kemudi dan mulai mundur dengan kecepatan penuh, sehingga kapal No.274 segera berhenti dan tidak mundur tak terkendali, dan pada saat itu juga  menggunakan senjata utama di depan untuk menembak terus menerus.

Pada titik ini, harus dikatakan bahwa Angkatan Laut Vietnam Selatan melakukan kesalahan fatal dalam pertempuran laut kali ini. Kapal tersebut menghantam kapal-kapal kecil dengan peluru menembus lapis baja. Dalam pertempuran laut, kapal No. 274 terkena tembak sedikitnya 5 peluru oleh meriam 127mm dari kapal Vietsel No. 5 tetapi tidak apa-apa. Mereka masih bisa terus bertarung ketika sistem komando benar-benar rusak. Tetapi jika lima peluru yang menembus lapis baja dengan amunisi proyektil eksplosif, maka kapal No. 274 akan rusak parah atau tenggelam.

Jadi apa perbedaan antara proyektil penembus lapis baja dan proyektil eksplosif?

Peluru penembus baja digunakan untuk menghantam kapal perang besar, karena cangkang tebal kapal perang besar memerlukan peluru penusuk lapis baja untuk "menembus" target dan memiliki efek membunuh, sedangkan mengenai kapal kecil justru sebaliknya. Untuk itu, peluru menembus lapis baja, dan paling banyak meninggalkan lubang. Hanya dengan daya ledak bom ledakan dapat menyebabkan kerusakan mematikan pada kapal ukuran kecil.

Armada Vietnam Selatan menggunakan beberapa peluru tajam yang menembus lapis baja dalam pertempuran laut untuk menyerang kapal-kapal kecil formasi laut Tiongkok. Tidak diragukan lagi ini adalah kesalahan Armada Vietnam Selatan dalam puluhan pertempuran, tetapi juga membuka jalan bagi kemenangan tentara Tiongkok.

Bertentangan dengan kesalahan taktis yang dibuat oleh Vietnam Selatan, Wei Mingsen memutuskan untuk fokus menyerang artileri, antena komunikasi, dan pos komando Vietnam Selatan. Setelah gelombang serangan cepat artileri kaliber kecil formasi 271 yang terus menerus, Radio Kapal Komando Vietnam Selatan No. 5 berhasil ditembak.

Ha Van Ngac komandan Vietnam Selatan di kapal No. 5 Tran Binh Trong mengatakan dalam memoarnya bahwa stasiun radio di kapal Tran Binh Trong tertembak tidak lama setelah pertempuran dimulai. Dia tidak bisa mengetahui situasi pertempuran di teater kedua.

Kemudian, situasi seperti apa yang dihadapi formasi 396 di teater kedua saat itu?

Kapal No. 389 di teater kedua diserang oleh kapal Vietsel No. 16 "Ly Thuong Kiet" AL dan kapal No. 10 "Ngat Tao". Ada lebih banyak bom dan ledakan di kapal No.389, yang menyebabkan kebakaran. Korban di kapal No. 389 meningkat. Di bawah pimpinan kapten Xiao De'wan, mereka tetap bekerja keras mengikuti formasi dan menembak Kapal Vietsel No. 16.

Sumber: Vietnamese Navy in Germany
Sumber: Vietnamese Navy in Germany
Di sebelah barat daya Pulau Guangjin ada kapal pemburu selam No. 271 dan No. 274 AL Tiongkok yang berhadapan dengan kapal Vietsel No.4 dan  No. 5. Di sebelah barat laut Pulau Guangjin terdapat kapal penyapu ranjau No. 389 dan No. 396 AL Tiongkok. Menghadapi kapal Vietsel No. 16 dan No. 10, untuk mengobarkan moral awak armada, komisaris politik mengangkat pengeras suara dan berteriak kepada awak kapal untuk meningkatkan semangat revolusioner, untuk tidak takut akan kesulitan dan kematian, dan tidak takut pengorbanan, tetapi dalam senjata yang memekakkan telinga pada saat itu, banyak awak kapal sama sekali tidak dapat mendengar komisaris politik meneriakkan slogan-slogan populer itu.

Menurut Huang Desheng, operator penembak di kapal No. 389, tidak tahu apa yang komisaris politik teriakan dengan pengeras suara. Entahlah. Saya mengulurkan tangan dan merasakan darah di wajah.  Hany setelah perang, saya baru mengetahui bahwa gendang telinga pecah dan liang telinga berdarah.

Saat itu, bukan hanya Huang Desheng satu-satunya, 80% prajurit di kapal mengalami situasi seperti ini. Di medan perang di mana senjata meraung, sebagian besar prajurit tidak dapat mendengar perintah dengan jelas.

Apa yang terjadi selanjutnya tergantung pada ketrampilan kualitas dari militer profesional.

Baik  tonase atau kecepatan, kapal Tiongkok No. 389 tidak bisa dibandingkan dengan kapal besar buatan AS milik Vietnam Selatan. Hanya pertempuran jarak dekat yang dapat melemahkan kapal lawan, dang mengembangkan keunggulan Tiongkok dalam menunjukkan kekuatannya.

Saat itu, senjata di kapal Tiongkok No. 389 dioperasikan secara manual, dan jarak jauhnya tidak akurat. Untuk melakukan penembakan yang efektif, kapal No.389 melawan dengan sambil menembak dan melaju ke kapal musuh dengan kecepatan tinggi, mendekati kurang dari seribu meter hingga hanya puluhan meter dari kapal Vietsel.

Situasi pertempuran telah terbalik. Menurut pengarahan Wei Mingsen dengan "pertempuran jarak dekat'" kapal Tiongkok berada di atas angin. Kapal perang Vietsel besar, dan kapal Tiongkok kecil. Kapal Tiongkok mendekat di bagian bawah freeboard kapal Vietsel. Senjata kapal perang Vietsel memiliki sudut jangkauan tertentu maka meriam kapal perang Vietsel tembakannya hanya menghantam laut, tidak berdaya menghantam kapal Tiongkok No.389, tetapi pada saat kritis ini, ada yang tidak beres.

Kapal No. 389 yang dilengkapi dengan artileri 85mm dengan daya tembak yang sangat kuat. Namun, karena beberapa peralatan di kapal belum diperbarui dan diservice karena tergesa-gesa, kapal tersebut langsung bergegas ke zona perang. Saat menembak terus berlanjut, kait meriam utama tiba-tiba tertutup mengunci, meriam macet.

Menurut peraturan operasi, bom tidak boleh segera ditarik keluar. Ini cukup berbahaya. Sering kali peluru yang baru ditarik keluar meledak, jadi harus menunggu dingin dulu, tapi jika harus menunggu maka kesempatan untuk menyerang hilang .

Seorang tentara bernama Liu Zhanyun bergegas ke depan dan mengeluarkan peluru meriam panas dengan tangannya. Tanpa ragu sedikit pun dan tanpa sempat memakai sarung tangan tahan panas langsung membuka bautnya ditarik keluar, para tentara operator meriam cepat-cepat melemparkan ke dalam laut, untung peluru ini tidak meledak. Dan para tentara operator meriam bisa terus melanjutkan menembak kapal Vietsel.

Meskipun para prajurit kapal Tiongkok tampil sangat berani, tapi kapal Vietnam Selatan memiliki keunggulan yang jelas dalam daya tembak. Dalam pertempuran, kapal 389 itu dihajar terus menerus dan  terbakar besar.

Vietnam Selatan memilih menggunakan bom yang menembus lapis baja. Serangan yang paling serius adalah ruang mesin cadangan kapal No.389 yang dikapteni Xiao De'wan tembus diterjang peluru meriam berlubang besar, dan air laut langsung mengalir masuk. Pada saat yang paling mendesak, seorang tentara menggunakan tubuhnya untuk menyumbatnya agar kapal No. 389 bisa terus bertarung.

Kisah heroik ini dilukiskan dalam sebuah buku, pada halaman tersebut mencatat prajurit Guo Yudong yang menggunakan tubuhnya untuk menyumbat dan menutup lubang tersebut. Guo Yudong petugas pengirim amunisi dari gudang maunisi ke atas kapal No. 389 sedang sibuk mengirimkan amunisi ke geladak. Tiba-tiba, sebuah peluru datang dari sisi kiri buritan. Kabin tiba-tiba dipenuhi asap dan air laut.

Lubang besar mulai membanjiri kapal. Guo Yudong, yang tertembak, tahu bahwa gelombang besar air laut pasti akan membawa bahaya tenggelamnya kapal perang, jadi dia harus menutup lubang peluru. Dia berdiri dengan luka serius dan mengambil pipa penyumbat lubang tapi lubang terlalu besar tetap masih bocor,  air laut masih deras masuk ke kabin kapal, dia terjungkal kesemprot aliran air laut, dia terus bangkit kembali beberapa kali  dan tangannya meraih tangga berusaha berdiri, kali ini dia meraih jaket wolnya dan dengan tubuhnya menyumbat lubang, akhir berahsil tersumbat namun aliran air laut masuk mengecil, sehingga bahaya tenggelam kapal No.389 jauh terkurangi dengan drastis.

Namun Guo Yudong akhirnya tewas. Adegan tewasnya diceritakan oleh saksi hidup Yang Baohe operator pengisi amunisi meriam 85 mm kapal No. 389, dalam sebuah wawancara setelah 36 tahun kemudian pertempuran Xisha, dia sambil tersendak menceritakan kisahnya.

Sumber: kuaibao.qq.com + gd.ifeng.com
Sumber: kuaibao.qq.com + gd.ifeng.com
Setelah gudang amunisi terbakar dan beberapa benda meledak, Guo Yudong juga ikut tewas terbakar, setelah padam hanya ditemukan beberapa tulang yang pada dasarnya habis terbakar. Setelah dia terbakar, tubuh manusia memiliki minyak dan lemak. Dan membekasnya menjadi bayangan dalam postur menahan kebocoran pada saat itu dan bayangan sosoknya tergambar di permukaan pelat baja. Kemudian para prajurit lainnya bisa melihatnya semuanya setelah itu memberinya acungan jempol.

Saat itu Guo Yudong baru berusia 21 tahun. Setelah Pertempuran Xisha, dia dinobatkan sebagai pahlawan pengabdian yang  berjasa kelas satu dan dielu-elukan sebagai "Huang Jiguang di laut". Justru karena Guo Yudong mengorbankan nyawanya untuk menghentikan kebocoran maka dia menyelamatkan kapal No.389 tersebut, tetapi serangan Vietnam Selatan terhadap kapal No. 389 tidak berhenti.

(Huang Jiguang adalah pahlawan Perang Korea (1950an) yang menggunakan dadanya untuk memblokir tembakan senapan mesin musuh ketika dia terluka di 7 tempat, kaki kirinya terputus, dan amunisinya habis saat Pertempuran Shangganling dalam melawan agresi AS).

Pada awal pertempuran laut, formasi 396 Tiongkok di bawah komando Wei Mingsen berkonsentrasi menyerang kapal Vietsel  No. 16 . Di bawah serangan tembakan intensif, kapal No. 16 tertembak beberapa kali dan mundur dari medan perang.

Pada saat ini, kapal Vietsel No. 10 "Ngat Tao" menabrak kapal 389 dari belakang dan terkena dua bom lagi, kapal mulai miring dan mesin kapal 389 hancur selama ledakan, listrik mendadak mati.

Kapal Tiongkok No. 389 mengalami gangguan listrik, yang secara langsung menyebabkan kemudi listrik gagal. Apa yang harus mereka lakukan jika kemudi listrik gagal?

Kapal 389 yang dikapteni Xio De'wan itu mengitari kapal Vietsel No. 10 sebanyak lima atau enam kali, sambil menembaki kapal Vietsel No. 10 berulang-ulang kali, sehingga kapal Vietsel No. 10 benar-benar babak belur tidak bisa bergerak.

Kali ini, Xiao De'wan sebagai nahkoda kapal No. 389 melakukan gerakan luar biasa dan menabraknya. Pada pukul 10:35, kedua kapal tersebut bertabrakan dan kemudian kedua kapal tersebut langsung berpisah.

Para prajurit di kapal No. 389 berpikir jika mereka bisa menabrak kapal Vietsel No. 10, maka meskipun kapal No. 389 akan rusak dan terbakar juga layak. Dengan mentalitas menghancurkan kapal musuh, kapal No. 389 itu bergegas melaju cepat sambil melakukan tembakan.

Hanya berselang beberapa menit, kedua kapal tersebut kembali bertabrakan. Pasca tabrakan, kedua sisi kapal hampir menyatu. Bahkan wajah para prajurit di kapal lain pun bisa terlihat dengan jelas. Para prajurit di kapal Tiongkok No.389 itu mengangkat senapan mesin ringan naik ke atas dek menembaki kapal Vietsel No. 10 dengan ganas.

Saat itu, kapal Vietsel No. 10 juga telah babak belur hancur, dan tentara Vietsel tidak lagi berani naik ke atas dek untuk nongol.

Kini kapal Tiongkok No.389 dan kapal Vietsel No. 10 sudah terlalu dekat karena artileri tidak dapat digunakan lagi, atas perintah Xiao De'wan, tentara mengambil senapan mesin ringan, ada juga senjata rahasia di kapal 389 yang sangat berguna.

Sumber: mil.news.sina.com.cn
Sumber: mil.news.sina.com.cn
Senjata rahasia itu tidak lain adalah granat tangan. Memang pertempuran laut dengan granat tangan sangat jarang. Para prajurit diatas kapal No.389 menenteng senapan mesin dari kabin kapal dan ada yang mengangkat pelucur roket. Dan menghujani kapal No.10 dengan granat tangan yang meledak di kapal No. 10, yang menjadi seperti "perang bayonet laut",  hal ini benar-benar langka dalam sejarah perang maritim.

Kapal Tiongkok No.389 menerobos tembakan-tembakan meriam dari Kapal Vietsel No.10, dan melempar granat tangan meledakan dan anjungan komando kapal runtuh dan terbakar hebat menewaskan kapten kapal dan beberapa perwira dan prajurit kapal Vietsel No.10. termasuk komandan kapal Ngu Van Tha.

Sumber: rvnhs.wordpress.com
Sumber: rvnhs.wordpress.com
Apakah ini merupakan taktik Xiao D'wan? Sebenarnya tidak sama sekali.

Ketika kapal Tiongkok No.389 berangkat ke Xisha, formasi armada laut Tiongkok bahkan tidak berpikir untuk berperang di laut, dan tidak siap untuk berperang. Lalu apa yang dilakukan kapal 389 itu? Langsung dari Yulin, diberitahu bahwa misi hanya untuk mengirim logistik ke milisi yang menjaga pulau. Berkotak-kotak granat itu akan  digunakan oleh milisi yang menjaga pulau, tapi tidak menyangka akan bertemu AL Vietsel untuk berkonfrontasi pada tanggal 18, lebih-lebih lagi tidak menyangka granat-granat tangan akhirnya akan digunakan untuk perang laut kala itu.

Setelah dua kapal "bertarung laut dengan bayonet", kapal Vietsel No. 10 mulai meledak dengan hebat tidak jauh dari kapal Tiongkok No. 389. Dalam api hitam, hanya terlihat tentara kapal Vietsel No. 10 yang mulai terjun melompat ke laut satu per satu.

Dan kapal Tiongkok No.389 yang rusak parah saat itu, juga sudah tidak ada lagi kemampuan untuk memberikan pukulan terakhir pada kapal Vietsel No. 10, tetapi yang tidak diketahui oleh perwira dan tentara di kapal No. 389 adalah bahwa mereka akan menghadapi krisis yang lebih besar.

Menurut data, ketika pertempuran baru saja dimulai, formasi 396 memusatkan tembakannya ke kapal Vietnam Selatan No. 16, yang tidak dapat menahan serangan artileri utama dari kapal Tionkok No.389 dengan meriam kaliber 85mm.

Kapal No. 16 "Ly Thuong Kiet" dengan cepat menghilang di kejauhan dan kembali ke Pulau Shanhu setelah mendapat instruksi. Kapal No. 16 telah dipukul mundur oleh formasi armada 396. Hal itu bisa dimaklumi, tetapi pada 1999, dalam memoar komandan Vietnam Selatan Ha Van Ngac memberikan penjelasan berbeda. Seperti berikut:

15 menit kemudian Kapal No. 16 "Ly Thuong Kiet" melaporkan bahwa kapalnya  telah tertembak ruang mesinnya dan kecepatan berputar lambung berkurang, dia minta untuk mundur dari medan pertempuran untuk perbaikan. Ha Van Ngac menyetujui permintaan mundur ini, karena menyadari kapal fregat ini akan melambat dengan hanya satu mesin, jika terus bertarung akan menjadi sasaran empuk bagi kapal musuh.

Ha Van Ngac tidak yakin kapal No. 16 "Ly Thuong Kiet" mampu mengatasi kesulitan dan terus bertarung. Yang menjadi kekhawatiran Ha Van Ngac jika kapal No. 16 "Ly Thoung Kiet" terus bertempur dan dihancurkan oleh armada Tiongkok fomasi 389 bagaimana? Jadi Ha Van Ngac memutuskan untuk mundur dari pertempuran.

Mundur dari medan perang  karena tertembak suatu hal tidak mengherankan,. Yang tidak biasa adalah laporan Radio Vietnam Selatan tentang bagaimana "Ly Thuong Kiet" tertembak setelah pertempuran laut. Meriam 127mm dari kapal No. 5 Vietsel secara tidak sengaja menghantam kapal No. 16. "Alasan utama untuk mundur dari medan perang adalah karena tertembak oleh temannya kapal No. 5 "Tran Binh Trong" dengan peluru 127mm menghantam ruang mesin dari bawah air, tetapi cangkangnya tidak menghasilkan ledakan itu hanya air masuk di ruang mesin, untuk alasan ini kapal No. 16 mundur dari medan perang, tetapi saat ini, kapal No. 16 kembali."

Setelah pertempuran  kapal Tiongkok No. 389 dengan kapal Vietsel No.10 kedua kapal sama-sama rusak, saat itu bagaimana kapal Tiongkok No.389 menghadapi kapal Vietsel yang tiba-tiba mundur ke Pulau Shanhu? Instruksi apa yang diberikan Komisi Militer Pusat Tiongkok?    Bersambung.....

Pertempuran Sengit Tiongkok-Vietsel, Komandan Laut Vietsel Ha Van Ngac Menyusun Jalur Pelarian

Sumber: Media TV dan Tulisan Luar Negeri

KKNews, Sina.com, History.net, Kuaibao

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun