Ketika dia mengunjungi Universitas Rochester untuk memberikan pidato kampanye hari itu, dia tiba-tiba mengalami koma dan tidak sadarkan diri. Komanya berlangsung selama lima jam.
Setelah sadar, Biden langsung dinaikan pesawat dan diterbangkan kembali ke Wilmington, tempat tinggalnya. Dia sangat lemah sekali. Setelah dilakukan pemeriksaan mendetail oleh pihak rumah sakit, ditemukan cairan tulang belakang Biden bercampur darah, yang artinya dia ada masalah dengan arteri serebralnya.
CT scan berikutnya mengungkapkan bahwa Biden memiliki aneurisma di otak kanannya, dan kemudian berita buruk datang kepadanya bahwa ada juga aneurisma di otak kirinya. Kedua aneurisma ini dapat membunuh Biden kapan saja. Dokter dengan jelas mengatakan bahwa aneurisma harus segera diangkat dengan pembedahan, dan tingkat kelangsungan hidup setelah pembedahan tidak akan melebihi 50%.
Meski dia sembuh, insiden itu berdampak besar pada Biden. Bertahun-tahun kemudian, Biden menggambarkan perasaannya dalam otobiografinya: "Mungkin saya seharusnya takut saat itu, tapi sebenarnya saya merasa sangat tenang, seperti mengapung lembut di lautan luas." "Itu mengejutkan saya, tetapi saya tidak takut mati. Saya telah lama menerima kenyataan bahwa takdir tidak dijamin adil bagi semua orang."
Kehilangan Putranya di Tahun-tahun Terakhirnya
Pada tahun 2015, putra tertua Biden, Beau, meninggal dalam usia muda. Biden (73 tahun), yang sudah sekarat, sekali lagi mengalami tragedi seorang pria lansia harus mengantar serorang muda usia untuk dimakamkan.
Pada 2015, putra sulung Biden akhirnya meninggal dunia setelah tersiksa kanker otak selama bertahun-tahun. Dalam hal ini, Biden merasa dirinya sangat menyakitkan.
Seperti diketahui, putra-putra Biden kehilangan ibu mereka ketika mereka masih kecil. Untuk menemani mereka, Biden naik kereta antarkota ke dan dari Washington dan pulang setiap hari. Dia bekerja keras, dan menjadi ayah dan ibu selama bertahun-tahun. Namun, inilah akhirnya. !
Mungkin, karena Biden pernah merasakan sakitnya kehilangan istri, anak perempuan dan anak, dia lebih berempati, lebih memperhatikan orang lain, bersimpati dengan yang lemah, dan tetap kuat.
Ketika Biden berbicara tentang korban yang kesepian dan terpencil yang disebabkan oleh Covid-19, dia mengatakan ini: