Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Mengapa Dua Tahun Perang Dagang AS-Tiongkok Berlangsung, Ekspor Tiongkok Tetap Meningkat?

7 Oktober 2020   18:31 Diperbarui: 7 Oktober 2020   20:00 698
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Diperkirakan ekspor Tiongkok ke AS akan mencapai pertumbuhan positif tahun ini, yang menunjukkan bahwa meskipun sebagian besar ekspor Tiongkok ke AS dikenakan tarif, importir AS tetap memilih untuk membeli dari Tiongkok. Biaya tarif yang membayar justru eksportir Tiongkok dan importir AS.

Selain itu, keunggulan dari "made in China" dalam hal bahan anti pandemik juga menunjukkan bahwa "made in China" memang sangat kompetitif.

Selain kekuatan rantai ekspor ke AS, Tiongkok ternyata mampu menahan tekanan AS untuk memberlakukan tarif karena mereka telah membuat kemajuan dalam diversifikasi ekspor luar negeri. Contohnya pada tahun 2019, ekspor Tiongkok ke AS turun 12,5% dalam dolar.

Tetapi ekspor Tiongkok ke UE meningkat 4,9% menjadi US$ 428,514 miliar, ekspor ke Asia Tenggara meningkat 12,7% menjadi US$ 359,718 miliar, dan ekspor ke Afrika juga meningkat 7,9% menjadi US$ 113,196 miliar.

Oleh karena itu, ekspor kumulatif Tiongkok sepanjang tahun 2019 masih meningkat 0,5%, sehingga perang dagang Tiongkok-AS efektif terhindarkan.

Penurunan ekspor dapat terjadi pada tahun 2019. Sejujurnya, dampak perang perdagangan Tiongkok-AS terhadap ekspor Tiongkok jauh lebih kecil daripada dampak pandemi Covid-19.

Perang Sains dan Teknologi
Bentuk lain AS untuk menekan Tiongkok adalah perang sains dan teknologi yang diluncurkan AS. Hal pertama yang perlu kita sadari adalah bahwa bukan hanya AS yang mencegah Tiongkok memperoleh suku cadang canggih. 

AS sendiri juga menolak produk dan teknologi canggih Tiongkok. Misalnya, AS menolak teknologi 5G Huawei, yang berarti harus mengeluarkan biaya lebih banyak untuk membangun jaringan 5G dengan tingkat teknis yang lebih rendah.

Jika level teknologi jaringan 5G yang dibangun AS lebih rendah dari Tiongkok, misalnya kecepatan transmisi data dan kapasitas jaringan lebih rendah dari Tiongkok, apa konsekuensinya?

Ini seperti dua negara, satu negara memiliki lebih banyak jalan raya atau tol, dan kecepatan rata-rata jaringan jalan raya/tolnya bisa mencapai 80 kilometer per jam, sedangkan negara lain memiliki jalan raya/tol yang lebih sedikit, dan kecepatan rata-rata hanya 70 kilometer per jam, yang sepertinya tidak terlalu berbeda.

Namun hal tersebut tentunya akan membawa dampak yang berbeda terhadap perkembangan ekonomi dan industri kedua negara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun