Selama perang perdagangan Tiongkok-AS tahun lalu, banyak pihak luar dan bahkan dalam negeri Tiongkok yang khawatir dan pesimis atas Perintah Eksekutif Trump yang memerintahkan agar pasokan chip untuk ZTE diputus.
Sebelum ini chip ponsel buatan Tiongkok menggunakan chip buatan Qualcomm, namun tampaknya Tiongkok tidak terlalu takut, karena ada celah tertentu antara Tiongkok dan AS di bidang chip. Tapi hanya di beberapa bidang, tidak semua bidang, terutama bidang pertahanan dan keamanan nasional, Tiongkok menggunakan hampir semua chip buatan Tiongkok sendiri.
Pihak Barat atau AS tidak mungkin akan menjual kepada Tiongkok, maka Tiongkok mengandalkan dan memproduksi sendiri.
Chip-chip yang digunakan untuk peralatan ini semua sudah dapat dipastikan merupakan chip paling canggih dan sistem operasi paling canggih di dunia.
Dalam hal ini Tiongkok tidak terbelakang dalam hal ini, bahkan ada beberapa keunggulan unik yang dimiliki Tiongkok. Tapi secara relatif Tiongkok lemah dalam chip untuk aplikasi komersial. Misalnya chip ponsel yang digunakan yang pada umumnya ukuran kecil dan harus sangat kecil, serta harga harus semurah mungkin.
Untuk dibidang keamanan nasional chip buatan Tiongkok sudah berada di kelas dunia, performanya top, tapi outputnya terlalu kecil, karena hanya digunakan alat-alat tingkat tinggi nasional, sehingga biaya setinggi apapun harus dibuat sendiri. Jadi dapat dikatakan chip untuk bidang kemanan dan pertahanan nasional tidak ada pertimbangan biaya komersialnya. Chip-chip ini sangat senitif, tetapi tidak terlalu sensitif terhadap merk.
Yang terpenting adalah memiliki kinerja yang baik dan berusaha menjadi kelas dunia. Dari sini bisa terlihat dalam bidang chip Tiongkok tidak tertinggal secara keseluruhan, tetapi relatif terbelakang di sektor komersial.
Dengan kata lain, Tiongkok memiliki kemampuan untuk memproduksi chip kelas dunia dan kemampuan untuk memproduksi chip kelas dunia untuk industri pertahanan Tiongkok sendiri.
Jadi bagi Tiongkok sekarang hanya cukup mengkonversi versi militer ke versi sipil, untuk hal ini sangat memungkinkan, mereka bisa saja menggunakan dana untuk membeli chip AS untuk mengembangkan chip versi Tiongkok sendiri.
Tiongkok memiliki pasar konsumen terbesar di dunia, yang dapat menghasilkan efek skala besar, dan efek merek secara alami akan muncul dengan persaingan, seperti industri komunikasi Tiongkok.
Dari 2G Tiongkok yang pada awal masih blank, 3G masih tertinggal, dan 4G mulai punya standar sendiri. 3G memiliki standarnya sendiri tetapi skalanya relatif kecil, 4G Tiongkok sepenuhnya mengikuti standarnya sendiri, dan 5G sudah mulai melampaui negara-negara lain di dunia termasuk Barat dan AS.
Di saat yang bersamaan, sejumlah merk seperti Huawei, Xiaomi, Vivo, dll juga sudah naik daun, begitu pula untuk mesin litografi.
Untuk mesin litografi sementara ini hanya ada satu perusahaan di Belanda yang membuat, tetapi jika kita menghitung keuntungannya, jika mereka menjual 40 unit dalam dua tahun dan nilai tambahnya 5 miliar dolar AS, keuntungan yang sangat tinggi untuk perusahaan ini. Namun untuk suatu industri, total keuntungan tidak tinggi untuk suatu industri besar.
Kini Barat dan AS memaksa Tiongkok untuk membangunnya sendiri, dengan investasi dengan potensi yang ada di seluruh negaranya dan dilatar belakangi dengan persyaratan pasar yang besar, jadi banyak pengamat pikir itu akan terjadi se-iring jalannya waktu.
Tampaknya pada awalnya, terlihat Tiongkok telah membuat pengaturan seperti itu untuk beradaptasi dengan pasar dunia global. Tiongkok mungkin mulanya belum sepenuhnya mempertimbangkan segala sesuatu untuk diproduksi sendiri, jadi perusahaan Tiongkok memperlakukan chip komersial sebagai produk biasa.
Mereka menyangka jika membutuhkan untuk produksi normal selama ini, mereka cukup membeli di pasar, dan itu dinaggap akan lebih hemat biaya untuk membelinya daripada memproduksi sendiri. Tetapi kini tiba-tiba AS membangunkan dan menyadarkan Tiongkok, ternyata produk biasa juga bisa diubah dijadikan "senjata".
Maka banyak pengamat dan para pemerhati domestik Tiongkok berkeyakinan mereka akan membangun sendiri sekarang. Jika ini terealisasi dapat menyebabkan kerugian ganda bagi AS.
Ambil contoh jika chip Qualcomm tidak dapat diekspor ke Tiongkok, setidaknya mereka akan kehilangan 40% atau bahkan 60% dari pendapatannya, diperkirakan pengamat, mereka harus memberhentikan banyak tengaga kerjanya. Berapa dana yang sudah mereka keluarkan untuk penelitian dan pengembangannya sendiri sebelumnya.
Selanjutnya begitu Tiongkok telah menguasai teknologi dan membentuk kapasitas produksinya, dan ini pasti akan datang masanya. Harga pasar domestik yang begitu besar di Tiongkok akan membuatnya harga akan turun secara tiba-tiba, dan kemudian akan membanjiri ke pasar dunia.
Pada saat itu harus mengatakan pada saat itu chip produksi Tiongkok akan menjadi "harga seperti kacang goreng", sehingga perusahaan seperti Qualcomm mungkin akan mati. Jadi dikhawatir kebijakan AS untuk mencekik leher Tiongkok dengan kartu chip, akan menjadi bumerang bagi AS. Dan bisa diperkirakan perusahaan AS jauh lebih khawatir dan cemas dari pada perusahaan dan rakyat Tiongkok sendiri atas pelarangan AS untuk mengekspor chip kepada Tiongkok.
Baca juga:
Apakah Huawei Akan Tumbang Melawan Tekanan Pesaing yang Didukung AS?
Sumber: Media TV dan Tulisan Luar Negeri
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H