Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Benarkah Demokrasi AS Menuju Keruntuhan dan Kematian?

10 September 2020   15:35 Diperbarui: 10 September 2020   15:44 446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita mungkin semua masih ingat apa yang terjadi  di parlemen AS, sebuah video ketika Trump berbicara di Kongres, Ketua DPR AS, Pelosi merobek teks pidatonya. Terus terang, mereka berdua berharap untuk mengirim satu sama lain ke penjara sekarang. Di masa lalu, situasi ini relatif jarang terjadi, tetapi sangat umum saat ini.


Masalah kedua adalah politisi AS umumnya tidak mau diawasi oleh media. Di masa lalu, media seperti CNN dan The New York Times menganggap diri mereka sebagai kekuatan keempat, sebagai kekuatan pengawasan.

Tapi sekarang Trump menutup mulut atas berita palsu, jadi mereka terpukul keras.

Sumber: CNN
Sumber: CNN
Seperti belum lama ini, CNN merilis jajak pendapat yang mengatakan bahwa Trump 14% dibelakang Biden.

Trump menjelaskan bahwa dia akan mengadu dan menuntut ke pengadilan dan meminta mereka untuk menarik jajak pendapat ini.

Kita bisa menyaksikan debat antara pengacara Gedung Putih dan pimpinan CNN di TV. Pengacara Gedung Putih mengatakan bahwa polling Anda tidak adil, karena Anda tidak menyelidiki pemilih yang sudah mendaftar, jadi polling ini tidak meyakinkan.

Ini menimbulkan kesan yang salah untuk kampanye ini. Presenter utama CNN mengatakan bahwa kami berada di polling yang sama di masa lalu, dan tidak ada yang pernah mempertanyakan kami.

Pengacara Gedung Putih mengatakan bahwa dulu tidak ada yang mengatur hal semacam ini di masa lalu, dan sekarang harus diatur sesuai hukum. Ini juga merupakan perkembangan baru.

Sumebr: Donald Trump Twitter
Sumebr: Donald Trump Twitter
Ketiga, sering kali calon yang kalah tidak menerima kekalahan pemilu.

Apa yang membuat negara-negara Barat lebih bangga di masa lalu? Jika salah satu partai kalah dalam proses pemilihan, maka dia siap mencalonkan diri lagi di lain waktu. Tapi sekarang situasi ini mulai berkurang. (Bandingkan dengan keadaan di Indonesia).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun