Seperti yang telah banyak kita dengar Huawei perusahaan teknologi Tiongkok yang selama ini telah mengalami gempuran-gempuran dari pesaingnya, baik dari pemboikotan teknis hingga tekanan-tekanan secara politis, bahkan hingga tekanan secara pisik "a la preman dan mafia" terhadap personil pimpinan Huawei, dengan menangkapan dan penahanan CFO Huawei Meng Wanzhou di Kanada.
Untuk membahas ini baiklah kita mulai dari latar belakang politik AS akhir-kahir ini, sebagai berikut: Pada awal Agustus telah diposting tentang para Hawker pada pemerintahan Trump, terutama untuk penyusunan strategi anti-Tiongkok dalam Gedung Putih ada Menlu AS Pompeo dan Navarro Asisten Presiden, Direktur Kantor Perdagangan dan Kebijakan Manufaktur, sedang di luar Gedung Putih dipinpim  Steve Bannon. Dia masih mendominasi kamp sayap kanan yang diskriminatif rasial dan ekstrem di AS yang disebut supremasi kulit putih. Baca ini.
Siapa Saja Para Hawker Disekitar Trump Menjelang Pilpres AS Akhir Tahun Ini
Seperti telah diketahui, Bannon meninggalkan Gedung Putih pada 2017 dan pergi ke Jepang untuk berpartisipasi dalam Konferensi Ratusan Konservatisme Dunia. Dalam pitdatonya dia ada menyebutkan tiga ancaman Tiongkok bagi AS: Pertama "Made in China 2015", yang kedua "Belt and Road" dan yang ketiga 5G.
Menurutnya "Made in China 2025" ini akan membuat Tiongkok merealisasikan industri manafaktur global, yang akan menimbulkan pergeseran struktural dari posisi mata rantai industri, dan itu akan menempati bagian yang cukup besar dalam manufaktur maju.
Pandangannya untuk "One Belt One Road" memberi pandangannya yang sangat provokatif dan perspektif yang "menarik" yang berkaitan dengan Geopolitik Dunia.
Sir Halford Mackinder menjelaskan "Teori Heartland" dalam "Poros Geografis Sejarah" pada tahun 1904. Negara mana pun yang menguasai Eropa Timur akan mengontrol Heartland (inti dari Eurasia); selanjutnya bangsa ini kemudian akan menguasai Pulau Dunia (seluruh Eropa dan Asia); dan akhirnya, akan mendominasi dunia.
Pandangan Alfred Thayer Mahan difokuskan pada lautan. Sederhananya, siapa pun yang menaklukkan lautan akan menguasai dunia. Keduanya terbukti benar sepanjang sejarah, tetapi tidak pada waktu yang sama dengan bangsa yang sama.
Pada tahun 1890, Kapten Alfred Thayer Mahan, seorang dosen dalam sejarah angkatan laut dan presiden United States Naval War College, menerbitkan The Influence of Sea Power upon History, 1660--1783, sebuah analisis revolusioner tentang pentingnya kekuatan angkatan laut sebagai faktor dalam kebangkitan Kerajaan Inggris. Dua tahun kemudian, dia menyelesaikan volume tambahan, The Influence of Sea Power upon the French Revolution and Empire, 1793--1812.
Kemitraan teori Mackinder dan Mahan ditemukan dalam proyek One Belt One Road (OBOR) RRT.