Mereka ini bukan negara kedaulatan sendiri, tapi Tiongkok berbeda , mereka adalah negara yang diakui dunia sebagai satu negara kedaulatan. Pada awal Dinasti Qing, Laksamana Guangdong mengirim kapal perang ke Kepulauan Paracel pada tahun 1909 dan menancapkan bendera Naga Kuning dan menembakkan senjata (salvo) di Pulau Yongxing. Serta melakukan pengukuran di Kepulauan Xisha, Dongsha, dan Nansha.
Ratusan pulau dan karang, besar dan kecil yang tersebar diseluruh kepulauan Dongsha, Xisha, Zhongsha dan Nansha yang diklaim milik Tiongkok. Kepulauan dan nama-nama pulau-pulau ini telah dinamai demikian dari generasi ke genarasi dalam proses panjang dalam sejarah.
Menurut catatan sejarah kuno, orang Tiongkok pertama yang menemukan kepulauan ini sekitar tahun 200SM dan dinamai kepulauan Nansha yang berarti kepulauan diujung selatan. Kep. Nansha terdiri dari empat pulau besar, sebagian besar terdiri dari terumbu karang tersebar luas. Enam terumbu utama terdiri dari : Terumbu Yongshu (), Mishief Reef (), Subi Reef (), Pulau Taiping (), P. Zhongye (), P. Nanwei (), Xijiao (), Dongjiao (), Danwan Jiao (), Wan'an Tan (), yang paling selatan Lidi Ansha ().
Pada zaman Dinasti Han (157 SM-87SM) orang Tiongkok sudah mulai banyak menggunakan LTS, dan pada Dinasti Song kelautan dikembangkan dengan skala besar dan memasukan Kep. Nansha ke dalam wilayah Tiongkok kuno. Pada Dinasti Qing dan Ming kepulauan ini telah dimanfaatkan sebagai tempat dagang dan industri nelayan Tiongkok kuno, bahkan didirikan kantor negara. Pada P.D II, P. Taiping, P. Zhongye, dan Parung Pasir Dun Qian () menjadi pusat patroli militer Tiongkok secara luas, terdiri dari 9 garis putus yang diakui internasional.
Dalam Dinasti Han (Han Barat & Timur tahun 206 SM-220M), orang-orang Tiongkok telah menemukan kepulauan di Laut Tiongkok Selatan selama pelayaran/navigasi dalam melakukan  pekerjaan pekerjaan mereka, dan memberi nama seperti apa yang disebutkan sekarang oleh orang Tiongkok : Laut Tiongkok Selatan (/zhang hai atau laut pasang) dan pulau-pulaunya dengan "Qitou" ().
Selama Diansti Sui (tahun Masehi 581 - 618) dan Tang (tahun 618-907), diberi nama "Jiaoshi Shan"(/Gunung Cadas), "Xiangshi" (/Cadas Gajah)" and  "Qizhou Sea (/Negeri Tujuh Lautan)"
Selama Dinasti Song (tahun 960-1279), orang Tiongkok baru mulai memnggunakan nama-nama tempat yang tepat seperti "Shitang" ( ) dan "Changsha" () untuk merujuk kepada pulau-pulau di Laut Tiongkok Selatan dan perairan sekitarnya, yang menjadi wilayah tradisional untuk operasi kegiatan pekerjaan (nelayan dan pedagang) orang Tiongkok, sehingga wilayah ini menjadi area penting untuk pertahan maritim dan patroli.
Teks-teks klasik dari Dinasti Yuan (tahun1271 -- 1368), Ming (tahun 1368-1644), dan Qing(tahun 1644 -- 1911)) terus berlanjut menggunakan nama-nama "Shitang" dan "Changsha". "Peta Darat dan Kawasan Terpadu dan Kawasan Ibukota Semua Dinasti" ( ) pada dinasti Ming juga selalu menggunakan dua nama untuk tempat ini, dan dalam "Rekaman/Catatan Aneka Rupa Dari Pertahanan Laut Tiongkok Selatan" () mencatat bahwa selama Dinasti Ming, Penjaga Maritim Hainan telah memiliki "10,000 tentara dan 50 kapal-kapal besar" yang berpatroli di Kepulauan Xisha (), Zhongsha (), and Nansha ().
Dari dinasti Qing hingga Republik Tiongkok, telah dimasukkan dalam wilayah pemerintahan mereka, dan mereka berdaulat di wialyah ini. Banyak Peta-peta yang berabel pulau-pulau di Laut Tiongkok Selatan sebagai bagian dari Wilayah Tiongkok. (baca:di Kompasiana.com