Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menguak Fakta Sejarah Perang Perbatasan India-Tiongkok Tahun 1962 (5)

29 Juni 2020   16:30 Diperbarui: 29 Juni 2020   16:26 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perang sudah dekat, tetapi sebuah tim yang terdiri dari 1.500 pasukan yang berpartisipasi di pihak Tiongkok tiba-tiba dengan tenang menghilang.

Fan Yurong menceritakan penglamannya: Pada saat itu, kita mulai berangkat pada 13 November 1962. Melalui Jalur Bailey, Jalur Bailey berkeliling (Deng Ban) untuk memblokir musuh di Xishankou, menghalangi mereka untuk mundur dan siap memakan mereka semuanya. Kemudian tugas lain adalah menghentikan bala bantuan penguatan pasukan musuh India yang datang dari New Delhi. Saat itu, kita memiliki dua tugas.

Ternyata tentara India menilai bahwa ofensif tentara Tiongkok hanya dapat dilakukan di sepanjang poros jalan raya, dan tidak mungkin untuk menyelusup ke belakang mereka.

Tetapi di bawah bimbingan/pemandu orang-orang Tibet setempat, pasukan Tiongkok menemukan jalan yang bersilangan menuju belakang musuh. Ini adalah Jalur Bailey. Jalan setapak ini membentang dari utara ke selatan bersama dengan jalur gunung Cuoshankou, jalur Gunung Posin ke Dengban, dan jalur ini akan masuk langsung di antara kubu tentara India di Dirang Dzong dan Bondila.

Bailey Trail ini ditemukan oleh Kapten Bailey Angkatan Darat Inggris pada tahun 1913 ketika menggambarkan "Jalur McMahon" untuk mensurvei medan. Ini mungkin merupakan pengaturan yang disengaja dalam sejarah (takdir). Setelah setengah abad, "jalur usus kambing" yang oleh orang Inggris dinamai demikian muncul untuk mendukung tentara Tiongkok.

Ini adalah gambaran dari data pada saat itu,  pasukan penyelusup berbaris di jalan sempit Bailey. Setiap prajurit harus membawa beban sekitar 30 kilogram naik turun gunung-gunung. Di beberapa tempat, kita hanya bisa turun naik memakai tali dan bergelantungan. Tutur Fan Yurong.

Tugas yang berikan oleh atasan PLA, mereka harus tiba di komite shift Durban tepat waktu sebelum serangan umum diluncurkan pada 18 November 1962. Maka prajurit harus terus berjalan non-stop selama 6 hari 5 malam, bahkan tidak sempat untuk tidur.

Fan Yurong  menceritakan: Dalam 6 hari 5 malam, , saya hanya makan dua kali. Di lain waktu, saya makan makanan kering. Suatu malam saya merasa paling lucu. Malam itu, karena ketika kita sampai di kaki gunung, kita berteriak untuk memasak nasi karena melihat ada kolam, kolam kecil. Kita menciduk air untuk memasak nasi. Setelah nasi dimasak, semua orang memakannya, tapi mengapa nasinya sangat bau busuk? Tapi karena laparnya semuanya memakannya sampai habis. Pagi berikutnya saya bangun dan memeriksanya "Oh alamak", kolam itu penuh kotoran sapi dan urin sapi, rupanya kolam itu memang tempat untuk menimbun kotoran sapi.

Dengan cara ini, setelah 6 hari 5 malam perjalanan jarak jauh, pada malam 17 November, prajurit monster ini akhirnya tiba tepat waktu. Tentara Tiongkok yang bertugas untuk memutuskan satu-satunya jalan ke selatan Himalaya.

Dalam buku "India's China War"  ada menuliskan, ketika diketahui pasukan Tiongkok telah meyelusup ke Deng Ban,  Komandan Divisi ke-4 India dengan cepat meminta atasannya untuk menarik Brigade 62 yang ditempatkan di Se La ke Dejeongzong/Dirang Dzong. Tapi Permintaan ini dengan tegas ditolak, dan keputusan ini merupakan bencana besar bagi  Brigade 62.

Setelah dimulainya serangan umum pada tanggal 18 November 1962, tentara Tiongkok seolah turun dari langit, dan muncul dari gunung-gunung dan hutan di kedua sisi jalan menjadi perisai/penghadang tentara India.

Divisi ke-55 Angkatan Darat dan dua resimen artileri Tiongkok yang ditempatkan di Dawang mulai mengikuti maju menyerang. Dari selatan menyerang secara langsung. Tentara utama India Brigade ke-62 yang menjaga posisi Se La dalam sehari hancur lebur.

Padangan Para Ahli Militer

Sumber: aljazeera.com
Sumber: aljazeera.com
Menurut saksi sejarah pada saat itu, satuan logistik pemasok makanan parjurit Tiongkok bisa turun puluhan meter dari puncak tebing dan turun dari gunung dengan kuali hitam besar dengan tali. Ini sungguh sulit untuk dibayangkan dalam pasukan umum, sehingga sering muncul di belakang tim India, menyebabkan tentara India panik dan tidurpun tidak bisa tenang.

Mereka (tentara India) tidak tahu kapan tentara Tiongkok akan memulai menyerang, mereka tidak dapat membayang adakah jalur-jalur yang tidak dapat dilewati tentara Tiongkok telah dilewatki, tentara Tiongkok bisa muncul kapan saja dimana saja, tentara India saat itu benar-benar terpukul.

Tentara Tiongkok setelah menangkap Se La, terus bergegas ke Dirang Dzong tanpa jedah, sehingga tentara India penjaga Dirang Dzong tanpa berperang sudah pada lari berseratan meninggalkan posnya tanpa perlawanan mundur ke Bandila, tapi telah dihadang oleh pasukan penyelusup Tiongkok seperti Brigade 63 PLA, sehingga tentara India terjepit dan bergerombol menjadi satu, akibatnya begitu tentara Tiongkok tiba seluruh pasukan India dihabisi.

Hingga 18 November pagi, satu-satunya kekuatan terorganisir yang masih tinggal adalah Brigade ke-48 Tentara India yang ditempatkan di Bondilla, tetapi menerima perintah untuk mengirim pasukan yang dilengkapi dengan tank ringan untuk memperkuat Dirang Dzong.

Pada saat itu, organ komando tentara India tidak tahu bahwa tentara Tiongkok telah menangkap Dirang Dzong, sehingga pasukan India dan pasukan penyerang Tiongkok bertemu di jalan yang sempit di Bondila, Brigade ke-38 Angkatan Darat India runtuh di pagi hari 20 November 1962.

Pasukan Tiongkok dalam tiga pertempuran mendapat tiga kemenangan pada perang ini.

Pada saat itu, tentara Tiongkok telah turun ke kaki selatan Himalaya di Front Timur, dan apa yang mereka lihat di hadapan mereka adalah Dataran Assam India yang terbuka lebar tidak terhalang apa-apa.

Di depannya adalah Tispur/Tezpur, sebuah kota perbatasan penting di India. Pasukan Front Barat telah masuk menjorok ke Karakoram Pass. Ke depan mereka mendekati Chuschule, sebuah kota penting di hulu Sungai Indus, hanya 300 kilometer jauhnya dari ibukota India, New Delhi.

Pada hari dimana gerbang utara India yang dengan tiba-tiba telah terbuka lebar oleh tentara Tiongkok, di New Delhi sedang mengadakan pertemuan parlemen reguler, dan semua anggota parlemen optimis tentang berita kemenangan tentara India.

Sumber: aljazeera.com
Sumber: aljazeera.com
Tetapi ketika Nehru datang ke lobi untuk mengumumkan "Negara Sedang Berperang" pada siang hari, dia hampir tergagap bahwa pasukan India dikalahkan untuk melintasi perbatasan bagian timur dan barat Tiongkok-India, dan semua Front telah runtuh.

Pada hari itu 20 November, duta besar AS untuk India menulis laporan darurat kepada Washington bahwa ada kepanikan yang ekstrem di New Delhi. Ini adalah pertama kalinya dalam hidup saya bahwa saya melihat runtuhnya moral nasional.

Pada saat itu, New Delhi dipenuhi dengan ketakutan dan desas-desus, mengatakan bahwa tentara Tiongkok telah menduduki Tispur dan bahwa pasukan payung Tiongkok mungkin dapat mendarat di New Delhi kapan saja.

Di media Barat, Nehru masih bersikeras mempertahankan apa yang disebut wilayah India, tetapi dia tidak bisa menyembunyikan ekspresinya yang penuh air mata. Nehru mengatakan: "Mereka mengambil kata-kata saya di luar konteks. Mereka terus mengatakan bahwa kita mengambil wilayah mereka, dan semua yang mereka duduki menjadi wilayah mereka."

Pada pukul tiga keesokan paginya, Nehru meminta bantuan Presiden AS John F. Kennedy, meminta AS untuk mengirim jet tempur dan pembom ke dalam medan perang.

Atas permintaan India, Kennedy memerintahkan armada kapal induk untuk bergegas ke Teluk Benggala.

Namun, pada hari itu juga, kebetulan pemerintah Tiongkok mengumumkan yang melampaui prediksi opini publik dunia bahwa penjaga perbatasan Tiongkok secara aktif menghentikan tembakan di seluruh Front dan mengambil inisiatif untuk mundur.

Pada 21 November 1962, pemerintah Tiongkok mengumumkan bahwa penjaga perbatasan Tiongkok melakukan gencatan senjata diseluruh Front perbatasan antara Tiongkok dan India, dan mulai 1 Desember 1962, pasukan Tiongkok akan ditarik ke garis kendali rakyat yang sebenarnya pada 7 November 1959, dan dari garis ini akan mundur 20 kilometer.

Fan Yurong menceritakan, pada saat itu pemerintah pusat mengatakan akan menarik pasukan dari tempat kemenangan pertempuran. Bagaimana kita bisa menarik pasukan kita setelah kita menang? Semua orang (satuan pasukannya) tidak bisa mengerti.

Pada saat itu, komunikasi diplomatik India telah jatuh ke dalam kekacauan, sehingga berita ini tidak dipelajari melalui saluran diplomatik, tetapi diperoleh dari surat kabar yang dibaca oleh Menteri Dalam Negeri India di bandara.

Saat itu ketika PM Nehru membaca Surat kabar itu menjadi bengon lama sekali. Reaksi pertama yang dia lakukan adalah menilpon Dubes Tiongkok di India untuk nmeminta konfirmasi tentang berita itu, dan bertanya apa maksudnya?

Menurut peneliti dan pengamat sejarah, sat itu banyak pihak yang tidak memahami apa tujuan Tiongkok dari serangan balik di perbatasan Tiongkok-India, bahwa dengan mengatakan megapa Tiongkok memenangkan pertempuran dan mundur. Orang-orang inilah yang tidak begitu memahami tujuan Tiongkok sesungguhnya apa tujuan dan maksud dari serangan balik di perbatasan Tiongkok-India.

Tetapi Mao Zedong mengatakan, ini adalah pertempuran politik militer atau politik pertempuran militer. Apa artinya?

Untuk mencapai tujuan politik dari keseluruhan keadaan pada saat itu, dimana secara keseluruhan lingkungan Tiongkok pada waktu itu memerlukan kestabilan wilayah baratnya.

Pada saat itu dalam keadaan normal menjamin kehidupan seorang prajurit di Tibet akan sama dengan menjamin kehidupan 7 prajurit di dalam negeri Tiongkok lainnya, jika terjadi perang menjamin kehidupan seorang prajurit di perbatasan akan menjadi 10 kali lipat lebih.

Selain itu pasokan untuk bahan bakar, amunisi secara jangka panjang juga tidak terjamin, jika terjadi berkepanjangan akan sangat merugikan Tiongkok.

Setelah menerima instruksi dari pemerintah pusat, Zhang Guohua berpikir sepanjang malam tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Hari berikutnya dia berkata, saya memang memikirkan gencatan senjata, tetapi saya tidak berharap itu begitu cepat, dan saya berpikir tentang mundur, tetapi saya tidak berpikir sejauh ini, menunjukkan bahwa kita masih tidak bisa mengimbangi pikiran pusat.

Dia kemudian meminta agar artileri India, mobil dan tank yang berhasil dirampas harus ditata dan rapihkan, dibersihkan, diisi dengan minyak (bahan bakar), dan ditandatangani oleh perwakilan dari pihak India untuk menerimanya. Ini juga secara ketat mendesak pasukan Tiongkok untuk tidak menyembunyikan segala sesuatunya dari hasil rampasannya dan tidak menyergap.

Fan Yurong juga menceritakan, pada saat itu, para pasukan mengatakan bahwa mereka tidak dapat memahami apa yang diinginkan oleh instruksi itu. Mematuhi perintah itu adalah harga mati bagi prajurit.

Pada saat itu, di Dirang Dzong, di sebuah bendungan besar tentara Tiongkok diperintahkan mengatur semua tank secara berurutan, sepanjang jalan, bahan bahan bakar di dalam tank harus dipenuhkan, dan amunisi harus dimasukan dalam tank, yang rusak direparasi. Sebenarnya ketika diserahkan dan dilepaskan, mereka bisa saja memasuki pertempuran lagi. Dua puluh senjata dibundel bersama, dan mobil harus diisi bahan bakar, dan semua persediaan ini dijajar rapih.

Kita semua bisa melihatnya. Segera setelah itu, semua tawanan India dikembalikan ke pihak India. Menurut para veteran, tentara kita  (Tiongkok) memperlakukan para tawanan perang dengan ketat sesuai dengan disiplin organisasi, tidak hanya merawat mereka yang cedera, tetapi juga menyediakan kegiatan hiburan setiap hari untuk memastikan pasokan makanan mereka cukup.

Kadang-kadang petugas dan orang-orang kita hanya bisa makan satu mangkok sup dan makanan kering, tetapi mereka menyediakan nasi untuk tawanan India.

Ini adalah gambaran tentara India yang dipulangkan pada saat itu. Beberapa tentara India terasa enggan balik terus memeluk tentara PLA, dan bahkan meneteskan air mata. Tutur Fan Yurong.

senjata-rampasan-yang-siap-dikembalikan-1-5ef9b3d4d541df2bf02e10b4.png
senjata-rampasan-yang-siap-dikembalikan-1-5ef9b3d4d541df2bf02e10b4.png
senjata-rampasan-yang-siap-dikembalikan-2-5ef9b57b097f3629e8696854.png
senjata-rampasan-yang-siap-dikembalikan-2-5ef9b57b097f3629e8696854.png
senjata-rampasan-yang-siap-dikembalikan-5ef9b59d097f3629e8696856.png
senjata-rampasan-yang-siap-dikembalikan-5ef9b59d097f3629e8696856.png
Sumber: Ilustrasi dari youtube.com
Sumber: Ilustrasi dari youtube.com
Adegan tesebut telah menjadi gambaran yang penuh kesejukan dan hawa perdamaian bagi dunia, dan tontonan sejarah perang bagi dunia.

Kampanye perang "Xishankou, Bandila" memusnahkan Brigade ke-62 Angkatan Darat India, Brigade ke-4 Artileri, pada dasarnya memusnahkan Brigade ke-48, Brigade ke-65, Brigade ke-67 Angkatan Darat India, dan menewaskan 5063 tentara India.

Pihak PLA tewas 220 orang lebih, luka 477 orang. Penjaga perbatasan Tiongkok menewaskan lebih dari 220 tentara India dan melukai 477 tentara India.

Sebelum dimulainya serangan balik pertahanan perbatasan Tiongkok-India, Mao Zedong mengatakan bahwa perang dan perdamaian adalah sepasang kontradiksi dan juga merupakan kesatuan. Jika perang ini sudah dilakukan, maka akan sangat menakjubkan untuk menjamin perdamaian selama tiga puluh tahun yang akan datang.

Lima puluh tahun telah berlalu sejak perang itu. Selama 50 tahun terakhir, meskipun telah terjadi gesekan di perbatasan antara Tiongkok dan India, tapi tidak ada perang lagi.

Tulang-tulang prajurit yang berkorban di medan perang sudah melebur ke tanah Himalaya. Hanya gunung dan sungai yang berdiri di salju di dua sisi Tibet yang berfungsi sebagai saksi bisu, mengingat pemuda bangsa kedua negara dan tumpahan darah yang membayar kedaulatan dan integritas teritorial Republik masing-masing.

Mudah-mudahan ke depan tidak terjadi perang yang yang harus memakan jiwa dan menumpahkan darah para prajurit kedua negara akibat permainan politik dan ambisi politisi dari masing-masing kedua negara ini......

Kedua belah pihak bisa dengan kepala dingin menyelesaikan sengketa yang ditinggalkan kolonialisme masa lalu dengan masuk akal sehat dan demi perdamaian umat manusia. (Habis)


Sumber: Media TV dan Tulisan Luar Negeri

https://defence.pk/pdf/threads/sino-indian-war-in-1962.593974/

http://www.indiandefencereview.com/spotlights/1962-war-a-critical-analysis/

http://www.indiandefencereview.com/spotlights/maos-return-to-power-passed-through-india/

https://xw.qq.com/partner/standard/20200617A0POQJ/20200617A0POQJ00?ADTAG=standard&pgv_ref=standard

https://kknews.cc/zh-cn/military/3ynq8vo.html

https://www.scmp.com/news/asia/article/1461099/neville-maxwells-revelation-reveals-india-was-hiding-nothing-over-its-1962

https://www.aljazeera.com/indepth/inpictures/pictures-history-india-china-border-conflict-200617112706985.html

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun