Kadang-kadang petugas dan orang-orang kita hanya bisa makan satu mangkok sup dan makanan kering, tetapi mereka menyediakan nasi untuk tawanan India.
Ini adalah gambaran tentara India yang dipulangkan pada saat itu. Beberapa tentara India terasa enggan balik terus memeluk tentara PLA, dan bahkan meneteskan air mata. Tutur Fan Yurong.
Kampanye perang "Xishankou, Bandila" memusnahkan Brigade ke-62 Angkatan Darat India, Brigade ke-4 Artileri, pada dasarnya memusnahkan Brigade ke-48, Brigade ke-65, Brigade ke-67 Angkatan Darat India, dan menewaskan 5063 tentara India.
Pihak PLA tewas 220 orang lebih, luka 477 orang. Penjaga perbatasan Tiongkok menewaskan lebih dari 220 tentara India dan melukai 477 tentara India.
Sebelum dimulainya serangan balik pertahanan perbatasan Tiongkok-India, Mao Zedong mengatakan bahwa perang dan perdamaian adalah sepasang kontradiksi dan juga merupakan kesatuan. Jika perang ini sudah dilakukan, maka akan sangat menakjubkan untuk menjamin perdamaian selama tiga puluh tahun yang akan datang.
Lima puluh tahun telah berlalu sejak perang itu. Selama 50 tahun terakhir, meskipun telah terjadi gesekan di perbatasan antara Tiongkok dan India, tapi tidak ada perang lagi.
Tulang-tulang prajurit yang berkorban di medan perang sudah melebur ke tanah Himalaya. Hanya gunung dan sungai yang berdiri di salju di dua sisi Tibet yang berfungsi sebagai saksi bisu, mengingat pemuda bangsa kedua negara dan tumpahan darah yang membayar kedaulatan dan integritas teritorial Republik masing-masing.
Mudah-mudahan ke depan tidak terjadi perang yang yang harus memakan jiwa dan menumpahkan darah para prajurit kedua negara akibat permainan politik dan ambisi politisi dari masing-masing kedua negara ini......
Kedua belah pihak bisa dengan kepala dingin menyelesaikan sengketa yang ditinggalkan kolonialisme masa lalu dengan masuk akal sehat dan demi perdamaian umat manusia. (Habis)