Dia ingin menyeret AS ke dalam lumpur perang antara AS-Tiongkok. Jadi dalam keadaan seperti itu, jika AS-Tiongkok benar-benar berperang, bagaimana dia bisa berpikir mereka bisa mengalahkan PLA?
Seperti kita ketahui bersama, dalam sejarah modern AS telah mengalami dua kekalahan di masa lalu melawan PLA.
Pertama kali ketika RRT baru saja berdiri, pada 1950 di Semenanjung  Korea terjadi Perang Korea antara Korsel dan Korut. AS membantu Korsel melawan Korut. Atas pertimbangan jika AS dan Korsel menguasai Korut, maka akan menjadi ancaman besar bagi Tiongkok yang baru berdiri. Maka pada saat itu, pasukan sukarela Tiongkok melintasi Sungai Yalu masuk ke Semenanjung Korea membantu Korut melawan AS.
Hasilnya terjadi stagnasi militer dengan AS di garis 38 derajat lintang utara, akhirnya diadakan perjanjian gencatan senjata, untuk menyelesaikan perang dengan perjanjian Panmunjom, yang secara tegas dapat  diartikan AS kalah dan sangat menderita.
Kedua kalinya, perang AS-Tiongkok adalah Perang Vietnam, kita ketahui AS menderita kekalahan.
Jadi dalam dua perang AS-Tiongkok, sejujurnya AS selalu mengalami kekalahan dengan lari terbirit-birit kembali pulang kandang.
Sejauh menyangkut zaman modern, AS juga telah berperang dua kali di Timur Tengah. Perang Irak dan Perang Afghanistan. Perang ini telah meruntuhkan keuangan AS yang tadinya kaya. Â Sampai sekarang, sekuelnya masih sangat serius.
Belum lama kita juga tahu, Iran menggunakan rudal darat-ke-udara telah merontokkan drone tempur AS "Global Hawk" bahkan puing-piungnya dapat dipungut Iran untuk siap dipelajari seluk beluknya dan rahasia teknisnya.
Trump sangat galak dan memutuskan untuk berperang melawan Iran. Tapi apa yang terjadi? Â Ketika pesawat tempur lepas landas dan kapal perang siap membidik rudal, Trump tiba-tiba berteriak dan berhenti bermain. Terlihat aneh, pada awalnya mengatakan akan menghancurkan Iran, tapi kemudian mengatakan tidak akan bertarung.
Mengapa menyerah sebelum bertarung? Awalnya keras sekali kemudian mendadak melunak. Tidak lain karena AS yakin Iran adalah lawan yang tangguh. Ada sebagian pengamat yang mengatakan, Trump itu berhati jahat sok gagah, namun hatinya kecil. Jika dilihat Trump menghadapi Iran saja sudah jerih, bagaimana mau menghadapi Tiongkok daratan yang kekuatan dan ketangguhannya beberapa kali lipat dari Iran?
Apakah Ian Easton dan AS pikir sangat mudah untuk bisa mengalahkan PLA?