Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Mengulas Batalnya Perintah Trump untuk Menyerang Iran

1 Juli 2019   18:29 Diperbarui: 1 Juli 2019   18:48 1211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada 20 Juni 2019, Pengawal Revolusi Iran / Iranian Revolutionary Guard Corps (IRCG) mampu mendeteksi, dan menembak jatuh RQ-A Global Hawk pesawat mata-mata AS tanpa awak dengan rudal darat-ke-udara yang ditembakkan dengan sistem pertahanan udara "Khordad-3" buatan Iran.

Pada hari yang sama AS mengkonfirmasi atas tertembak jatuhnya Global Hawk oleh Iran, bahkan "The New Yok Times" memberitakan rumor bahwa Trump telah mengeluarkan perintah untuk menyerang Iran untuk pertama kalinya.

Ketika pesawat tempur AS telah mengudara, kapal-kapal perang telah berada pada posisi siap tempur, rudal-rudal telah diarahkan ke sasaran di Iran siap ditembakkan. Tapi mendadak Trump menarik kembali perintah tersebut.

Berita ini membuat situasi di Timur Tengah semakin membingungkan.

Pada 21 Juni, menurut US Fox News, juru bicara Komando Sentral AS, Kolonel Bill Erben, mengatakan bahwa Komando Sentral AS mengonfirmasi pada 19 Juni sekitar jam 11:35 siang GMT (Greenwich Mean Time), sebuah RQ-4A  ditembak jatuh oleh rudal darat-ke-udara Iran Iran saat beroperasi di wilayah udara internasional Selat Hormuz. Laporan Iran tentang pesawat tanpa awak yang terbang di atas wilayah udara Iran adalah salah. Ini adalah serangan tidak beralasan terhadap pesawat pengintai AS di wilayah udara internasional.

Pada hari yang sama, televisi pemerintah Iran mengumumkan foto-foto puing-puing pesawat Global Hawks AS yang ditembak jatuh. Pejabat AS lainnya mengatakan bahwa Iran juga mencoba menembak jatuh drone lain, tetapi tidak berhasil.

Footage of Iranian air defence shooting down American RQ-4A Global Hawk in Persian Gulf

Pengawal Revolusi Iran kemudian mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa drone "Global Hawk" lepas landas dari pangkalan AS di Teluk Persia dan terbang melalui Selat Hormuz ke kota tenggara Chabahar di bagian barat Selat Hormuz. Pada saat itu, drone itu melanggar wilayah udara Iran.

Sumber: www.militarytimes.com
Sumber: www.militarytimes.com
Tapi mengapa Iran menembak jatuh peswat pengintai paling canggih tersebut saat ini dan dengan rudal apa?

Menurut para pengamat militer dunia luar kemungkinannya yang pertama, Iran ingin menunjukkan bahwa dirinya tetap berdiri, meskipun selama ini terus mendapat tekan dari AS.

Sejak bulan Mei lalu AS terus melakukan tekanan militer terhadap Iran, terutama dengan melakukan penempatan militer yang bergelombang. Dapat dikatakan militer Iran berada di bawah tekanan yang besar, itu berarti kesiapan militer Iran telah mencapai batasnya.

Dua hari sebelum drone AS ditembak jatuh, mereka dengan terus-menerus menyerukan denga lantang AS jangan sekali-kali mendekati mereka. Hanya dua hari sebelum drone ditembak jatuh, tingkat tertinggi militer Iran telah mengeluarkan peringatan, untuk tidak mendekati mereka dan telah memberikan batas-btas merah, dan mereka tidak boleh melanggar btas wilayah udara, perairan dan daratan.

Tapi sekarang justru terjadi. Pengamat memperkirakan militer Iran telah matang melakukan latihan sebelum ini, jadi situasi berada dalam ruang lingkup kesiapan tempur mereka. Mereka telah banyak melakukan latihan, sudah dipersiapkan.

Yang kedua, Drone AS telah memasuki wilayah udara Iran, namun AS membantah masih berada di wilayah internasional. Namun banyak pengamat yang lebih percaya dengan pernyataan Iran. Karena jiak memang drone AS masih berada di wilayah udara internasional, Iran tidak mungkin berani menembak jatuh, karena itu resikonya sangat tinggi, pasti akan terjadi perang dengan AS.

Sumber: www.presstv.com
Sumber: www.presstv.com
Menurut logika jika dua militer berhadap-hadapan pihak yang lebih lemah seperti Iran daripada AS, tidak mungkin berani bertindak gegabah menembak duluan untuk mulai beperang kepada pihak yang lebih kuat. Itu resikonya akan sangguh-sunguh besar.

Maka pengamat percaya bahwa drone ini ditembak jatuh di dalam wilayah udara Iran. Selain itu puing-puing drone ada di pihak Iran dan di pamerkan ke muka umum. Jika di perairan internasional AS pasti akan merebutnya mati-matian, dan ini pasti jatuh di perairan Iran, jadi AS tidak berani gegabah merebut puing-puing ini.

Drone RQ-4A ini ditembak jatuh dengan menggunakan rudal buatan Iran "Khordad-3"

Sumber: www.presstv.com
Sumber: www.presstv.com
Menurut pihak Iran sebelum ditembak jatuh Iran dua jam sebelumnya sudah memberi peringatan sebanyak tiga kali kepada pihak AS, dan keputusan untuk mengeksekusi dengan menembak jatuh drone dengan "Khordad-3", bisa jadi mempunyai makna bahwa ingin memperingatkan AS dan musuhnya bahwa mereka memiliki berbagai alutsista atau rudal pertahanan-udara, dan kini tidak menggunakan yang terampuh, misalnya S-300PMU2 rudal yang paling canggih untuk menembak drone AS yang canggih.

Iran ingin menunjukkan kemajuan dan pengembangan kemampuan pertahanan udaranya. Kini Iran setidaknya memiliki rudal yang bisa mencapai altitude tinggi hingga 20.000 meter. Yang pertama S-300PMU2 buatan Rusia. Selain itu ada buatan Iran "Khodad-15" yang baru dipamerkan yang dapat menyerang target pada ketinggian lebih dari 20.000 meter.

Rudal "Khordad-3" adalah rudal pertahanan udara jarak menengah, tidak untuk target terlalu tinggi. Tetapi telah dikembangkan dan tingkatkan Iran sendiri. Rudal ini adalah versi Iran berasal dari rudal BUK "Beech" Soviet Rusia, yang asalnya hanya bisa untuk target 18.000 meter. Tapi versi Iran telah dikembangkan bisa untuk target 22.000 meter.

Iran juga memiliki rudal "SAM-2" yang lama yang juga bisa menghatam target 20.000 meter dan ini bisa juga "dimainkan".

Iran juga pernah membeli lebih banyak alutsista militer AS selama peristiwa Iran-Contra pada awal 1980-an, termasuk rudal darat-ke-udara I-Hawks buatan AS.

Ketika ketegangan meningkat antara AS dan Iran, militan Iran telah menembakkan lusinan rudal ke pangkalan-pangkalan yang menampung personel A.S. dan situs-situs lain yang ada kaitan dengan kepentingan bisnis AS. Michael Knights, seorang anggota senior "The Washington Institute", mengatakan roket itu "sengaja tidak dikenakan sasaran" --- hanya untuk mengirim pesan. Tetapi bukan karena mereka tidak mampu.

Cara memainkan merupakan kunci yang sangat penting. Ada taktik baru saat ini yang dimainkan Iran ketika berhasil memperangkap drone RQ-170 beberapa tahun lalu. Pengamat pikir metode itu mungkin telah digunakan saat ini. 

Misalnya, selama penerbangan memblokir sinyal GPS drone tersebut. Dan kendali drone dikuasai dan tidak menurut pada kendali induknya (AS), dan masuk ke daerah pertahanan udara Iran, sehingga masuk dalam probibilitas jangkauan keberhasilan serangan probibilitas tinggi rudal Iran.

Baca: Iran Berhasil Membajak RQ-170 Sentinel Pesawat Pengintai Tanpa Awak CIA 

Jadi kemungkinan tipuan elektronik dan daya tembak yang dimainkan Iran telah memainkan peran penting. Melalui taktik ini juga untuk memberi peringatan kepada AS jangan coba-coba masuk ke wilayah Iran, karena Iran masih bisa menyerang musuh yang melanggar wilayahnya dengan metode ini. 

Dalam hal ini termasuk F-35 dan alutsista lainnya, selama sistem navigasi sangat bergantung pada tautan data, maka Iran sanggup menggunakan metode semacam ini untuk menembak jatuh seperti drone AS yang dikatakan sangat canggih ini.

Para pemimpin Iran mengatakan untuk alasan tertentu mereka memilih untuk tidak menjatuhkan pesawat maritim P-8 berawak yang beroperasi di dekat RQ-4 yang ditembak.

Hal ini karena jika Iran mengambil inisiatif untuk menembak jatuh pesawat berawak, itu mungkin akan menjadi pemicu asal mulanya perang. Seperti apa yang pernah dikatakan Menlu AS Pompeo, jika terjadi personil AS menjadi korban tewas karena serangan ini, maka ada alasan bagi militer AS untuk melancarkan serangan.

Trump juga mengatakan karena yang ditembak jatuh adalah pesawat tak berawak, tidak ada nyawa yang jatuh korban, jadi keadaan ini tidak terlalu serius. Komentar
Trump kedengarannya seperti tidak ada logika, dan memperlihatkan dia bijaksana dan sangat perduli.

Jika ada tentara menjadi korban, aksi perang ini mungkin bisa terjadi. Oleh karena itu, dari sudut pandang saat ini, Iran telah mengadopsi pendekatan yang relatif terkendali untuk memperingatkan AS.

 Dengan memperingatkan ini, pertama itu akan sangat efisien, dan yang kedua tidak menimbulkan kebakaran. Oleh karena itu, kemungkinan bahwa permainan semacam ini antara kedua belah pihak akan berlanjut di masa depan, namun faktor risiko masih akan lebih tinggi.

Persis apa yang diberitakan media arus utama AS yang melaporkan secara intensif, ketika drone AS ditembak jatuh Iran. "The New York Times" mengabarkan Trump sebenarnya mulanya telah memerintahkan untuk menyerang Iran.

"The New York Times" mengatakan, mau perang dan tidak berperang terjadi dalam satu malam pada tanggal 20 Juni pukul 19:00 waktu setempat, pejabat militer dan diplomatik AS sedang menunggu Trump untuk memerintahkan serangan militer.

Menurut beberapa sumber, pada hari itu, penasihat keamanan Trump dan para pemimpin kongres sepanjang hari terjadi debat sengit di Gedung Putih, apakah akan menyerang Iran atau tidak. Faktanya Trump telah sepakat untuk meninidak beberapa target Iran, termasuk stasiun radar dan posisi rudal.

"The New York Times" memberitakan ketika operasi telah memasuki tahap operasional, pesawat tempur telah terbang, kapal perang telah berada pada posisi, rudal-rudal telah diarahkan ke sasaran untuk siap diluncurkan, tetapi mendadak dihentikan pada tahap awal oleh Trump.

Pada saat itu, dikabarkan Trump bertemu PM Kanada Trudeu pada 20 Juni dan menanggapi laporan wartawan bahwa pesawat tak berawak militer AS ditembak jatuh oleh Iran. Trump mengatakan bahwa Iran mungkin telah membuat kesalahan. Saya dapat membayangkan bahwa itu adalah kesalahan bagi seorang jenderal atau seseorang untuk menembak jatuh drone kami.

Menurut surat kabar "Youth" Israel yang mengutip seorang diplomat anonim mengatakan, AS sedang bersiap untuk mengebom Iran. Orang yang akrab dengan masalah ini mengatakan bahwa operasi pemboman akan sangat besar, tetapi terbatas pada target tertentu.

Laporan lain mengatakan bahwa salah satu target potensial mungkin adalah fasilitas nuklir di Iran.

Apa yang membuat Trump berubah pikiran dan apakah akan ada serangan militer terhadap Iran di masa depan? Mengapa Trump membuat keputusan menyerang dan buru-buru menarik kembali perintahnya?

Memang, ini menarik. Pengamat pikir itu tidak lebih dari dua hal. Pertama, setelah waktu berlalu, sebenarnya ada konsultasi intensif di AS untuk situasi saat ini, dikatakan bahwa di Gedung Putih, para pemimpin Kongres dan pemimpin puncak AS termasuk Asisten presiden urusan keamanan nasional "orang-orang besar", sekretaris negara, menteri pertahanan, CIA, dan sebagainya, ada perdebatan sengit di antara para pejabat senior, dan ada perdebatan tentang bagaimana bereaksi terhadap situasi tersebut. Dan terdapat perbedaan pendapat yang sangat sengit.

Dikatakan penjabat tinggi AS seperti Pompeo dan Bolton menghandaki balas dendam, terutama memaksakan untuk perang. Tetapi mempertimbangkan banyak aspek untuk menghindari perang, alasan untuk menghindri perang sebenarnya sangat sederhana.

Karena Iran bukan negara yang sesederhana seperti yang dibayangkan AS,  dilihat dari situasi yang terungkap sekarang, balas dendam di AS  ini mungkin merupakan pembalasan yang sangat terbatas pada bagian-bagian yang terkait dengan drone yang ditembak jatuh. 

Ruang lingkup ini adalah bahwa AS benar-benar akan membalas dendam terhadap penembakan drone ini, AS belum siap jika situasi menjadi berkembang, AS tidak ingin bermain-main, tampaknya menunjukkan ini.

Jadi dapat dilihat dengan jelas bahwa AS juga khawatir perang ini menjadi meluas. Tetapi perlu diketahui seperti apa yang dikatakan orang Iran, terserah AS kapan akan mulai perang, tetapi kapan perang berakhir itu bukan lagi terserah AS.

Memang hal ini sangat bahaya bagi AS, karena begitu AS mulai bermain dan rudal jelajah dimainkan, konsekuensinya sulit dibayangkan. Tidak mungkin bisa seperti apa yang dibayangkan AS bahwa perangnya hanya akan terbatas, di medan perang itu akan tidak mungkin.

Iran sudah menyatakan bahwa jika Iran ingin membalas dendam,  tujuannya tidak akan terbatas pada AS dan tidak akan terbatas pada pasukan AS yang menyerangnya. Itu akan menyasar pangkalan militer AS di kawasan tersebut. Bahkan menyasar sekutu AS  di kawasan ini, jadi begitu situasi seperti itu terjadi maka berarti perluasan perang.

Maka sangat mungkin alasan pertama penghentian dan pembatalkan perintah untuk menyerang Iran dengan segera sangat terkait dengan alasan di atas. Demikian menurut banyak kalangan analis dan pengamat dunia luar.

Alasan kedua tampaknya sebenarnya terkait dengan kekuarang seriusan pengerahan militer saat ini di AS, karena sekarang untuk pengerahan melibatkan "surgical operation/operasi bedah" (menyelusup dan menyerang kemudian kembali) seperti di Suriah yang dilancarkan pada 2017, menembakkan seratusan rudal setelah selesai kembali.

Kini tidak lagi bisa dilakukan seperti itu, karena pembalasan Iran dapat terjadi kapan saja dan kekuatan AS selanjutnya sangat tidak memadai karena kekuatan militernya tidak cukup.  Maka dari itu perintah menyerang segera ditarik.

Jika perintah tidak ditarik dan terjadi perang, target apa saja yang akan menjadi sasaran rudal militer AS? 

Menurut rencana operasional militer AS, mungkin ada dua. Salah satunya adalah untuk secara langsung membalas terhadap target yang menembak jatuh drone, seperti berbagai posisi rudal yang ditempatkan di sekitarnya, pos komando,  posisi radar, yang merupakan tujuan utama. Kalau fasilitas ini bisa diratakan AS akan merasa sudah draw.

Yang kedua, tidak menutup kemungkinan akan melakukan serangan komprehensif terhadap Iran. Tentu saja tidak hanya serangan dengan senjata, juga termasuk serangan cyber.

Menurut pernyataan sebelumnya, yang pertama adalah point-to-point, lalu menunjuk ke yang sebaliknya. Jika serangan point-to-point diterapkan, serangan saat ini akan ditujukan pada jaringan nasional Iran, lembaga komando, termasuk fasilitas pengobatan, kemungkinan akan berangsur-angsur diperluas.

Apakah AS benar-benar akan menggunakan bom penembus lapisan tanah GBU-57A/B Massive Ordnance Penetrator (MOP) atau rudal jelajah untuk mengebom pembangkit tenaga niklir atau pabrik pengayaan uranium. Kemungkin ini tidak besar, kerena kini Iran seperti "tong mesiu" Trump mengatakan: " Saya akan membakar mesiu yang di pintu Iran, mesiu lainnya tidak bisa dibakar, itu tidak mungkin."

Jika "bubuk mesiu" di pintu dipicu, seluruh "bubuk mesiu" akan menimbulkan perubahan dan perkembangan yang relatif besar. Jadi akan sulit untuk mengendalikan seluruh ritme dan jangkauan serta dampaknya.

Oleh karena itu jika tidakan militer AS dilanjutkan pada Iran, maka peperangan akan meluas keseluruh kawasan Teluk. Jika targetnya hanya satu titik kemungkinan untuk meluas masih tidak besar. 

Pernah terjadi ketika AS melakukan pembalasan dengan menyerang kapal, militer AS memiliki pengalaman yang disebut dengan "Operation Praying Mantis" dengan memancing kapal Iran tidak berada di sekitar Iran atau di perairan teritorial Iran, bermain di laut lepas..

Pada 18 April 1988, AL-AS melancarkan "Operation Praying Mantis", serangan udara dan angkatan laut terhadap pasukan Iran di Teluk Persia. Dalam satu hari pertempuran intensif, Amerika menenggelamkan dua kapal Teheran dan merusak kapal lain ditambah anjungan minyak, menewaskan lebih dari 50 orang Iran.

Dengan cara ini, kedua belah pihak dapat saling menghilangkan ketergantungan satu sama lain, dan setelah satu pihak memukul pihak lain, pihak yang satu akan meninggalkan pihak lainnya. Ini membuatnya mudah untuk menyingkir dari medan perang. Jika menyerang target di wilayah tersebut, dapat diperkirakan tindakan perang ini benar-benar cenderung menjadi perang yang berlarut-larut.

Jadi tampaknya AS sekarang mungkin berpikir tentang bagaimana seluruh serangan dimainkan. Jika kita menganalisa menurut tiga program perang besar, sedang dan kecil, begitu aksi perang tidak terkendali, strategi kekuatan besar AS, termasuk pasukan dan pangkalan serta sekutu di sekitarnya, akan memiliki dampak yang sangat serius.

Ada laporan bahwa ada target potensial dalam target serangan militer AS, yang merupakan fasilitas nuklir di Iran. Apa yang akan terjadi jika militer AS pertama kali menyerang fasilitas nuklir Iran?

Sumber: iranprimer.usip.org
Sumber: iranprimer.usip.org
Konsekuensinya terlalu serius. Dan ini adalah kenyataan. Dari situasi saat ini, tidak mungkin AS akan menghancurkan fasilitas nuklir Iran.

Terakhir kali ketika AS dan Irak mencapai puncak perang pada 2007. Saat itu adalah masa jabatan periode kedua George W. Bush. Ketika itu, karena AS memiliki 160.000 tentara di Irak, ditambah kekuatan militer di pangkalan-pangkalan di sekitarnya, situasi sudah siap. Maka jika akan bertempur itu akan mudah menambah pasukannya.

Selain itu ketika itu diperairan kawasan itu di perairan Iran sudah ada 3 gugus kapal induk AS yang situasimya lebih serius ketika itu. Ini menjadi langkah pertama, yang sudah dipersiapan tiga langkah persiapan: langkah ke-1, langkah ke-2, langkah ke-3 yang saling berkaitan, jika pada langkah ke-1sudah bisa berhenti, maka akan berhenti di langkah ke-1.

Langkah ke-1 adalah menghancurkan dan memotong fasilitas nuklir Iran. Pada tahun yang sama, enam lokasi program nuklir Iran sudah ditemukan termasuk Fordo dan Arak yang AS pikir sangat penting.

Tapi saat itupun AS juga tidak berani gegabah bertindak, khawatir akan ekspansi dari tindakannya. Oleh karena itu, perang ini bukanlah sesuatu yang dapat dipahami dari sudut pandang perang situasi saat ini, hal ini sangat tercermin dari penjelasan berulang-ulang Trump, yaitu, ia benar-benar ingin membalas, bukan untuk memperluas Perang ini. Jadi sekarang tidak mungkin membicarakan tentang menghancurkan fasilitas nuklir Iran sebagai target penting untuk pembalasan.

Dari serangan kapal tanker hingga drone ditembak jatuh, setiap insiden dapat dikatakan memanaskan hubungan AS-Iran. Pada 18 Juni, Iran kembali mengumumkan bahwa mereka telah menghancurkan jaringan mata-mata Badan Intelijen Pusat AS (CIA).

Pada 18 Juni, menurut Agence France-Presse (AFP), kantor berita Republik Iran di Sri Lanka mengutip seorang pejabat intelijen yang mengatakan bahwa menurut petunjuk intelijen AS, kami baru-baru ini menemukan beberapa anggota baru yang dipekerjakan oleh orang Amerika dan menghancurkan satu jaringan intelijen baru.

Diduga bahwa beberapa anggota jaringan telah ditangkap dan diserahkan ke pengadilan, dan beberapa anggota masih dilakukan "penyelidikan lebih lanjut." Iranian Press News Agency juga mengatakan bahwa Teheran melakukan operasi ini bekerja sama dengan "sekutu asing".

Sumber-sumber di atas tidak secara khusus mengungkapkan berapa banyak personil intelijen asing yang ditangkap.

Selain itu, televisi negara Iran (Iranian State TV) menyiarkan program pada 18 Juni, merinci tindakan yang diluncurkan pada 2013 untuk menghancurkan jaringan lain yang terkait dengan CIA.

Dampak apa yang akan ditimbulkan dari serangkaian penangkapan agen-agen CIA di Iran bagi AS?

Menurut pengamat setidak akan berpengaruh pada kontrol dinamis target, ada masalah yang relatif besar, dan keakuratan target akan berkurang, karena orang-orang ini ada di Iran sebenarnya akan mengirim info untuk dua hal.

Pertama, agen ini akan melihat target pada waktunya, sehingga militer AS akan bisa lebih menguasai situasi. Misalnya dengan kegiatan pengayaan uranium dan persiapan perang Iran, informasi-informasi ini sangat penting bagi AS untuk mengembangkan rencana operasionalnya.

Kedua, agen-agen ini perlu diposisikan. Misalnya memberi info dimana posisi radar dan rudal. Khususnya Iran kini sangat bangga dengan "Benteng Rudal Bawah Tanah" fasilitas ini pernah diambil foto, tapi tidak diberi tahu dimana letaknya. Bagian luarnya sangat kabur, tidak tahu di bagian gunung mana itu berada. 

Jika agen-agen ini dapat dengan jelas mengidentifikasi bagian lemah seperti pintu masuk mereka, AS dapat menggunakan serangan dengan bom penembus lapisan tanah GBU-57A/B Massive Ordnance Penetrator (MOP), termasuk Israel, juga bisa melakukan serangan dengan menggunakan senjata dan peralatan yang serupa, itu dapat mencapai hasil yang mematikan.

Karena bom ini dibuat untuk bisa menembus bumi sedalam 60 meter di bawah tanah dengan bobot 13,6 ton untuk berbagai target di Iran. AS memperkirakan pabrik pengayaan uranium didirikan di "Benteng Bawah Tanah" sedalam 60 meteran. Maka AS mengembangkan Bom GBU-57A/B untuk menyerang Iran, tapi hingga kini masih belum memberi harapan.

Tapi bagi AS perlu tahu dimana posisi fasilitas-fasilitas ini, jika berada di bawah gunung jelas bom ini tidak dapat mencapainya. Maka jika agen-agen ini dapat menemukan bagian yang lemah dari benteng ini, seperti ventilasi, gerbang masuk, di mana posisi ini berada pada posisi paling dangkal.

Jika serangan ke posisi semacam ini dapat diidentifikasi dengan jelas oleh agen-agen ini dengan melakukan operasi intelejen di dalam negeri Iran, akan berdampak besar pada berbagai fasilitas paparan Iran, fasilitas tersembunyi, fasilitas pengayaan uranium dan fasilitas rudal yang memiliki ancaman penting bagi negara-negara tetangga.

Maka dari itu, penghancuran jaringan mata-mata AS kali ini memiliki efek negatif yang realtif besar bagi AS. Setidaknya rencana tempur telah kehilangan tingkat ketepatan tertentu. Selain itu, efek garis bujur dari target ini juga sangat berkurang.

Ini mengingatkan kita pada pernyataan Trump di twitternya pada 20 Mei yang menyatakan jika Perang AS-Iran pecah beratrti "waktu berakhirnya Iran".

Sumber: Donald J Trump Twitter
Sumber: Donald J Trump Twitter
Namun, ada juga opini publik Eropa, pada kenyataannya, Trump juga mengatakan pada dirinya sendiri, jika pecah perang AS-Iran yang sebenar juga merupakan akhir dari hegemoni AS di dunia.

Informasi Diatas Mengindikasikan Apa?

Jika perang melawan Iran dilancarkan dengan gegabah, kerugian AS saat ini di Timur Tengah tidak dapat diprediksi, karena sekarang seluruh kemampuan pertahanan dan kekuatan serangan Iran benar-benar berbeda dari target yang pernah dihantamnya di masa lalu. Wilayah Irak, termasuk militer dan kemampuan tempur, sangat berbeda dari Iran dulu ketika diserang AS.

Lebih-lebih jika dibanding dengan Kosovo dahulu, ketahanan pasukan Yugoslavia di masa lalu relatif terbatas. Seperti Afghanistan, termasuk target lainnya, adalah target kecil bagi AS untuk menggempur seluruh wilayah negara-negara ini. Seperti Irak masa Saddam Hussein lalu, dengan dua ronde rudal diluncurkan dari luar, Irak sudah habis karena sasarannya terbatas.

Tapi beda dengan Iran, kemampuan serangan balik Iran sangat kuat. Sekarang rudal Iran untuk jarak dekat, menengah, dan jauh sangat kuat, selain itu masih banyak memiliki kekuatan lain untuk membalas serangan AS, seperti penetrasi melalui serangan darat. Yang akan membuat militer yang ditempat di Irak dan Afgamistan dan Arab Saudi akan tidak aman.

Karena Iran dapat menyerang mereka memalui darat, laut dan udara pada berbagai tempat di kawasan ini, meskipun dronenya dapat dihancurkan di atas udara, tapi dengan serangan penerbangan formasi besar-besaran, formasi maritimnya akan tidak tertahankan.

Karena itu, tidak perduli apapun jenisnya berupa "kelompok srigala", "kelompok rudal dan bom" maupun "kelompok lebah"  kelompok ini bisa membentuk suatu perlawanan yang akan menimbulkan bahaya dan dampak yang relatif besar terhadap AS maupun sekutunya.

Baca:Benarkah AS Akan Menyerang Iran? 

Oleh karena itu, jika AS bertindak gegabah terhadap Iran dengan menyerang mereka, maka perang akan berlarut-larut berkepanjangan diluar perhitungan AS. Bisa dilihat Perang AS-Irak berlangsung hingga 7 tahun, perang AS-Afgannistan sekarang sudah berlangsung 15-16 tahun, lebih lama dari Perang AS-Vietnam.

Maka jika terjadi perang terhadap Iran, perang ini dapat mengubah sejarah AS atau sejarah militer AS akan berdampak besar pada kehadiran militer AS di Timteng, termasuk strategi penyebaran militer global AS.

Maka pengamat melihat, ketika tekanan AS terhadap Iran datang bertubi-tubi dan sarat dengan tekanan ekstrim, tendangan Trump terhadap Iran tampaknya telah membentur pelat baja.

Iran adalah negara yang sulit dimakan, jangan dikatakan akan memulai perang. Kita bisa melihat dengan jelas situasi sekarang dimana Trump telah dibuat malu berulang kali, meskipun Trump telah menekan dengan demikian kerasnya, dan dua pihak sudah saling melotot, tapi yang berkedip duluan adalah Trump-AS, kenyataan ini sebenarnya menunjukkan kelemahan AS, Iran dapat melihat ini dengan jelas.

Maka banyak pengamat berpandangan Iran tidak mudah di hadapi, jika AS akan berperang melawan Iran dalam kasus ekstrim, mereka tidak berani melakukan dengan perang besar, tapi jika terjadi itupun akan mengakhiri hegemoni AS.

Dan perang ini akan tidak diragukan mungkin akan menjadi jebakan besar lain seperti "Perang Vietnam" bagi AS, tidak bisa dibandingkan dengan Perang Irak, Perang Afganistan, itu akan menjadi "Perang Vietnam" yang lain bagi AS.

Seperti kita ketahui, Perang Vietnam telah menyeret AS bertahun-tahun. Maka jika terjadi perang dengan Iran kali ini, dampak negatifnya bisa tak terbayangkan bagi AS.....

Sumber: Media TV dan Tulisan Luar Negeri

time

defensenews

presstv

twitter.com/JZarif

nationalinterest

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun