Faktanya, AS tidak ingin memukul Turki hingga mati dan sepenuhnya menghancurkan jantungnya --- yang dengan pasti ini bukan tujuan AS. AS hanya ingin memberi Turki sebuah pelajaran, dengan menyakitinya sedikit, agar kembali bersikap pro-AS secara tradisional, dan bersikap pro-Barat, dan menjadi pengikut setia AS di Eropa Tenggara dan Timur Tengah.
Bagi AS, perilaku Turki dalam beberapa tahun terakhir semakin tidak seperti sekutu. Sikap keras Presiden Turki Erdogan, sikap tidak kooperatif telah memberikan pukulan hebat bagi citra AS sebagai "pemimpin aliansi".
Ketidakpuasan dan kegeraman kedua negara meningkat, maka dari itu strategis saling percaya mereka terus menurun.
Konsep Presiden AS Trump yang memprioritaskan kepentingannya sendiri, dengan tindakan sepihaknya, dan preferensinya untuk menggunakan sanksi dengan menerapkan tekanan terus meningkat, menyebabkan ketidakpastian terhadap hubungan AS-Turki. Upaya AS untuk secara terbuka memberikan sanksi kepada Turki melalui cara-cara ekonomi, dan pola ini terus dipertahankan.
Manuver Dalam Negeri Erdogan Dan Ambisi
Erdogan mengatakan: Hari ini, Turki telah membuat pilihan bersejarah ketika menghadapi sistem politik yang telah diperdebatkan selama 200 tahun. Pilihan ini bukan urusan biasa.
Pada 16 April 2017, Turki mengadakan referendum nasional untuk mengamandemen konstitusinya dan lolos dengan persetujuan sebesar 51,4%. Meskipun hasilnya masih diperdebatkan, apa yang tidak dapat disangkal adalah Erdogan telah menang lagi.
Sejak 2003, sejak mulai menjadi PM, Erdogan telah menguasai ranah politik Turki. Dan melakukan amandemen konstitusi yang berhasil, yang memperkuat kekuasaan pemerintahan Turki secara besar-besaran dan melemahkan kekuasaan Majelis Nasional Agung (Grand National Assembly) yang diciptakan pada abad ke-20 oleh "bapak pendiri" Turki, Mustafa Kemal Ataturk, dan kini Turki berubah menjadi sistem presidensial.
Pada 24 Juni, Turki mengadakan pemilihan umum pertamanya setelah menerapkan sistem kepresidensial. Erdogan memenangkan pemilihan kembali sebagai presiden dengan 52,59% dari total suara.
Ambisi politik pribadinya adalah menjadi presiden seumur hidup, dan pada dasarnya telah mencapai tujuan. Ambisi nasionalnya adalah untuk mengembalikan Turki ke kejayaan Kekaisaran Ottoman tradisional.
Tentu saja, akan secara pelan-pelan membangun kekaisaran seperti sebelumnya, tetapi Erdogan berharap menjadi pemimpin yang diakui oleh dunia Islam, dan menjadi pemimpin dari 1,6 miliar Muslim dunia.