Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Tekanan Keras dan Lunak AS terhadap Iran, Bisakah Berhasil?

14 Agustus 2018   17:38 Diperbarui: 14 Agustus 2018   19:29 653
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: twitter.com/realDonaldTrump

Pada 19 September 2017, di New York. Selama Sidang Majelis Umum PBB ke-72, Presiden Trump yang baru terpilih membuat penampilan pertamanya di PBB, dan selama sambutannya, Trump langsung menyerang Iran. Dengan mengatakan: "Rezim ini telah mengubah sebuah negara kaya akan sejarah dan budayanya menjadi negara bajingan yang menghabiskan ekonominya dengan mengekspor murah  kekerasan, pertumpahan darah, dan kekacauan."

Namun, berdasarkan laporan eksplosif dari media Iran, tidak lama setelah Trump membuat pidato anti-Iran, timnya melakukan beberapa hubungan telepon dan mengirim pesan teks meminta bertemu dengan Presiden Iran Rouhani.

Sebagai tanggapan, Rouhani mengatakan bahwa sikap Trump yang meminta untuk bertemu tidak sesuai dengan pandangan pidatonya di Majelis Umum PBB, jadi "tidak pantas" untuk meminta bertemu.

"The New York Times" menunjukkan bahwa jika ini dapat dikonfirmasi, itu berarti bahwa pemerintahan Trump memiliki keinginan yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk dialog AS-Iran; Gedung Putih tidak menyangkal berita ini.

Selama lebih dari setahun, apa di balik alasan Trump "merendahkan dirinya" untuk menyerukan pertemuan dengan Rouhani? Apakah memang benar-benar ingin membawa Iran kembali ke meja perundingan?

Kita kiranya perlu mengutip sebuah buku yang berjudul "The Art of the Deal" (Seni Negosiasi). Dalam buku ini dikatakan ada persyaratan dasar untuk negosiasi --- untuk memastikan lawan tidak mengetahui keuntungan kita, jadi dia pasti akan terus mengubah pendiriannya, dan memainkan baik bola keras maupun bola lunak. Dia pasti akan melakukannya.

Para ahli percaya bahwa serangkaian tindakan pemerintahan Trump dengan mulus beralih antara bola keras dan bola lunak, dan memanfaatkan strategi negosiasi untuk mencari sikap lawan dan garis batas bawahnya dalam upaya untuk memaksimalkan kepentingan AS.

Bagi AS yang dengan tiba-tiba ingin berbicara dengan mereka, orang Iran tahu apa yang terjadi di sana, karena Trump tiba-tiba ingin berbicara dengan mereka dengan biaya tinggi, dengan ancaman besar, AS akan menggiring Iran ke pojok dan bernegosiasi, dan perjanjian yang dihasilkan dari itu, akan menjadi kesepakatan dan yang diperdagangkan yang merupakan metode Trump.

Jadi, apakah AS yang dipimpin oleh Trump mengubah sikap dan strateginya terhadap Iran?

Hal ini mengingatkan kita dengan film pemenang Oscar terbaik  2013 dengan judul "Argo" yang ceritanya berdasarkan kisah nyata pada tahun 1979, ketika pecah Revolusi Iran, hubungan AS-Iran mulai memburuk.

Pada tanggal 4 November 1979, ketika revolusi Iran mencapai titik didihnya, militan menyerbu Kedutaan Besar AS di Teheran, menyandra 52 (66) orang Amerika. Namun, di tengah-tengah kekacauan itu, enam orang Amerika berhasil menyelinap pergi dan mencari perlindungan di rumah Duta Besar Kanada. Seluruh krisis berlansung selama 444 hari. Situasi penyanderaan membuat hubungan AS-Iran dalam krisis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun