Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kegamangan AS dalam Perang Suriah

9 Mei 2018   12:21 Diperbarui: 9 Mei 2018   12:41 1108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perairan ini juga merupakan perairan yang sebelumnya oleh media telah dilaporkan bahwa Rusia bersiap-siap untuk melakukan blokade. Laporan itu mengatakan bahwa untuk mencapai tujuan menjaga gugus tempur kapal induk USS Truman, dengan 6.500 perwira dan prajurit di Suriah untuk jangka waktu lama, AS akan mengubah rotasi kapal induknya sebagaimana mestinya, dengan demikian memastikan bahwa kapal induk ini dapat mempertahankan kehadirannya di perairan sekitar Suriah. Menurut lapora, gugus tempur kapal induk ini sudah mulai berlayar dan akan tiba diperairan yang dimaksud dengan segera.

Pada tanggal 27 April, situs web Rusia "Journalist's Home" merilis satu set foto-foto yang diambil oleh jurnalis "Rossiyskaya Gazeta" Mikhail Khodarenok pada 21 April dari Pangkalan Udara Khmeimim Rusia di Suriah.

Dari foto-foto itu, kita dapat melihat bahwa Rusia telah memperkuat pertahanannya di pangkalan udara Khmeimim, karena semua pesawat tempur telah diparkir pangkalan di bawah bunker baru yang dapat memberikan perlindungan yang lebih baik.

Selain meningkatnya ketidakpastian konflik, Rusia juga telah menyatakan ketidak-setujuannya tentang bagaimana AS menangani masalah Suriah.

Menlu Rusia Sergei Lavrov mengatakan: "Beberapa negara mencoba memecah-mecah Suriah, dan melakukannya dengan sangat terang-terangan. AS pernah bersumpah bahwa mereka mengirim pasukan ke Suriah hanya untuk kontraterorisme, tetapi jelas, pemerintah AS dan kata Presiden Trump tidak dapat dipercaya. Hari ini, militer AS masih aktif di tepi timur Sungai Eufrat, dan cukup nyaman di sana, tanpa ada bermaksud pergi, tampaknya. Mereka juga aktif menciptakan rezim lokal (separatis)."

Dalam kenyataan, ketika menyangkut masalah Suriah, AS pernah berjanji bahwa itu tidak akan melampaui Sungai Eufrat. Irak berada dalam lingkup kekuasaan AS. Itu benar-benar seperti memberikan Suriah kepada Rusia. Jadi pembagian kerja itu sangat jelas --- pada mulanya ada sebuah garis --- Sungai Efrat, tetapi kita bisa melihat mulai akhir 2017, di Aleppo, dan bahkan sebelumnya, ketika pembebasan untuk Deir ez-Zor terjadi, pasukan darat AS diam-diam memasuki Suriah dan melakukan kontak frontal dengan militer Rusia. Tentu saja, tidak ada konflik apa pun, tetapi dalam kenyataannya, AS mengubah janji yang awalnya dibuatnya sendiri.

Ini jelas AS menelan kata-katanya sendiri untuk masalah Suriah, itulah salah satu alasan utama kenapa  situasi Suriah menjadi lebih rumit. AS gamang apakah akan tinggal atau pergi dari Suriah selalu menjadi sumber perdebatan di AS.

Sebelum Trump berkuasa, kontra-terorisme menjadi tujuan utama AS, dan merupakan misi utama bagi semua negara di medan perang Suriah. Dan pada tahun 2017, setelah perang kontraterorisme di Suriah melawan kelompok ekstrimis "ISIS" pada dasarnya berakhir, AS benar-benar tiba-tiba mempunyai ide untuk menarik keluar, dan sejak saat itulah AS mulai menuntut untuk mundur dari Suriah.

Trump pernah berkata: Kami akan segera keluar dari Suriah. Biarkan orang lain mengurusnya sekarang!

Tetapi sampai hari ini, masih ada lebih dari 2.000 tentara AS yang ditempatkan di Suriah. Sebagian besar dari mereka berada di kawasan otonomi Kurdi dan mereka terdiri dari perwira militer dan penasehat. Misi publik mereka adalah untuk membantu militan Kurdi lokal memerangi sisa-sisa militan "ISIS". Namun seorang pejabat AS anonim mengatakan kepada wartawan Reuters bahwa AS sedang mempertimbangkan jika militer AS ditarik keluar dari Suriah atau secara menyolok mengurangi jumlah pasukannya di sana, teritori yang ditinggalkan militer AS yang telah mereka rebut dari tangan "ISIS" akan diberikan kepada siapa? AS belum mempunyai opini terpadu sehingga belum ada keputusan apakah harus keluar dari Suriah atau tidak.

Tim Kaine, seorang senator AS mengatakan: Saya pikir presiden tidak memiliki strategi serius, dan saya pikir dengan sekali serangan atau bertahan terus menyerang atau serangan rudal bukanlah strategi yang sama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun