Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Apakah Kebijakan Tarif Baru Trump Akan Memicu Perang Dagang Dunia?

14 Maret 2018   21:06 Diperbarui: 15 Maret 2018   10:02 1313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa analis percaya bahwa langkah ini dimaksudkan untuk menggunakan tarif sebagai tawar menawar untuk menekan mitra dagang Amerika Utara, sehingga memaksa Kanada dan Meksiko untuk membuat konsesi dalam negosiasi NAFTA.

Pada 25 Januari lalu, Trump merilis beberapa "berita besar" dalam sebuah wawancara eksklusif dengan media AS: jika sebuah kesepakatan dibuat, AS mungkin akan bergabung kembali dengan TPP.

Trump mengatakan: "Ada yang bertanya kepada saya tempo hari, apakah saya akan bergabung kembali dalam TPP? Inilah jawaban saya: saya akan memberi Anda sebuah "cerita besar." Saya akan kembali ke TPP jika kita melakukan kesepakatan jauh lebih baik dari yang kita miliki sebelumnya. NAFTA adalah kesepakatan yang mengerikan, kami perlu menegosiasikan ulang. Saya bisa menghentikan NAFTA, saya mungkin tidak. Kita lihat saja apa yang akan terjadi."

Wartawan: "Apakah anda terkejut saya menanyakan ini?"

Trump menjawab: "Ya, sedikit ."

Prinsip umumnya adalah menarik diri dari kelompok ini agar bisa mendapat kemajuan atau keuntungan lebih, dengan menerapkan tekanan untuk membuat konsesi. Jika pihak lain membuat konsesi, maka dia akan kembali. Jadi, terus terang, kita mungkin bisa mengatakan bahwa dia (Trump) akan terlibat dalam "globalisasi selektif." Dia menginginkan globalisasi, namun hanya bagian yang bermanfaat bagi AS.

Perbedaan Globalisasi a la AS dan Tiongkok

Dibandingkan dengan globalisasi AS, versi globalisasi Tiongkok tampaknya semakin mendapat dukungan di kalangan masyarakat. "Belt and Road" adalah gagasan Tiongkok, namun kini banyak negara telah bergabung karena dipandang bisa membantu semua pihak. Kini telah lebih dari 100 negara yang mendukung, dan diantaranya telah menandatangani 50 kesepakatan.

Dengan globalisasi "Belt and Road" diharapkan kita bisa menjalani hidup lebih bahagia saat kita bekerja sama. Itu sebabnya negara-negara ingin bergabung dengan "Belt and Road."

"Belt and Road" Intiative merupakan prototipe globalisasi a la Tiongkok, dengan gagasan koordinasi bersama, bergabung bersama dalam pembentukan dan saling sharing. Semua pihak bisa berbagi keuntungan dari investasi ini.

Charles Blum, Mantan Asisten Perwakilan Dagang di Gedung Putih mengatakan: "Terkadang kita berbicara tentang globalisasi, sepertinya itu hanya untuk perusahaan besar, perusahaan multinasional besar, mereka mendapatkan semua keuntungannya. Itu adalah masalahnya di Amerika, ini adalah masalah di negara-negara tetangga kita, di Meksiko, ada banyak tekanan balik terhadap globalisasi semacam itu. Konsep ini (Belt and Road) jauh lebih menarik, dan jauh lebih relevan dengan kebutuhan nyata orang di seluruh dunia."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun