Apa itu Destroyer atau kapal perusak? Â Destoryer adalah kapal perang yang mampu bermanuver dalam waktu pajang, untuk mengawal kapal yang lebih besar dalam armada, konvoi atau gugus tempur untuk mempertahankan dan melawan penyerang jarak pendek yang lebih kecil.
Kisahnya bermula ketika RRT mengalami politik isolasi, blokade ekonomi dan embargo milite dari AS dan Barat pada tahun 1950an.
Tanggal 27 Juni 1950, Presiden AS Truman memerintahkan Armada ke-7 AS untuk masuk ke Selat Taiwan, dua hari kemudian 6 destroyer dan 2Â cruiser dari gugus Armada Ke-7 juga masuk Selat Taiwan.
Dalam tiga tahun berikutnya AS mengandalkan sejumlah aliansi militer untuk menekan RRT dari Semenanjung Korea di timur laut, ke Selat Taiwan di timur dan Indo-China di tenggara.
RRT menganggap tindakan ini merupakan ancaman besar bagi keamanan maritim dan teritorialnya. Untuk melindungi garis pantainya sepanjang 18.000 km, mereka merasa sangat mendesak untuk memiliki AL yang kuat.
Pada 19 Februari 1953, Mao Zedong berkunjung ke Hangkow untuk inspeksi kapal nagkatan laut di Sungai Yangze. Yang mengejutkan Mao yang didampingi para perwira lainnya juga menginspeksi keempat kapal perang lain yang diberi nama kota Luoyang, Nanchang, dan kota-kota lainnya, Mao menulis Prasasti yang sama lima kali, ini menjadi sesuatu yang hanya sekali dilakukan oleh Mao selama hidupnya.
Kelima kapal perang yang diinspeksi ini adalah kapal-kapal kecil yang ditinggalkan oleh KMT. Kapal-kapal ini tidak bisa dibandingkan dengan kapal-kapal perang negara maju (AS dan Barat) dalam hal efektivitas tempurnya.
Di sisi lain, saat itu industri Tiongkok masih lemah tidak dapat membangun kapal perangnya sendiri. Dalam rangka untuk memperkuat AL sesegera mungkin, AL-PLA mencoba untuk melakukan pengadaan atau pembelian  kapal perang dari Uni Soviet.
Pada awal tahun 1952, Komandan AL-PLA Xiao Jinguang memimpin delegasi ke Moskow untuk mendapatkan kapal destroyer, torpedo, dan pelatih. Uni soviet meyetujui beberapa permintaan persenjataan kepada Tiongkok, kecuali kapal destoyer/kapal perusak yang menjadi inti dari ekfetivitas tempur ALnya.
Dalam kurun waktu singkat sekitar setengah tahun berikutnya, Wakil Komandan AL-PLA Luo Shunchu  pergi lagi dua kali ke Uni Soviet untuk melakukan negosiasi yang alot mengenai pengadaan kapal destroyer.
Untuk memfasilitasi negosiasi tersebut, Mao Zedong menelepon langsung Stalin dua kali secara pribadi. Pada 12 Maret 1953, Xiao Jinguang menerima sebuah telegram dari Luo Shunchu. Menurut telegram tersebut, Uni Soviet akhirnya setuju untuk menjual kapal perusaknya yang lama, namun pada harga yang luar biasa mahal.