Menurut analisis media Jerman percaya bahwa Rusia membangun gedung Reichstag tiruan dan melakukan pelatihan untuk menyerangnya membuat orang percaya bahwa Rusia memandang Jerman sebagai "musuh hipotetis", yang mengindikasikan bahwa hubungan dua negara tersebut mengkhawatirkan.
Analis dan pengamat melihat eposode ini mencerminkan ketegangan antara kedua negara ini. Putin awalnya percaya kepada Uni Eropa, jika ada negara yang memiliki kesadaran independen, dan dapat menindaklanjuti tindakannya, negara tersebut benar-benar Jerman. Tapi sekarang, Putin melihat bahwa Jerman telah memihak sepenuhnya dengan AS, dan militer Jerman mungkin semakin berkonsentrasi untuk memainkan peran yang semakin besar dalam konflik masa depan di Eropa Timur, jadi dalam tiga bulan terakhir, hubungan Rusia-Jerman telah goyah. Bergoyang dari hubungan stabil mereka yang didirikan berdasarkan persahabatan tradisional, ikatan ekonomi, dan ikatan historis.
Ketegangan antara dua mantan "sahabat" merupakan bayang-bayang hubungan Rusia-Uni Eropa saat ini.
Jens Stoltenberg sekjen NATO mengatakan: "Hari ini kita akan mengambil langkah berikutnya. Kami akan setuju untuk meningkatkan kehadiran kami di sini di Polandia dan juga di Estonia, Latvia, dan Lituania."
Di satu sisi melakukan pengembangan kekuatan lapis baja, dan di sisi lain melakukan latihan militer NATO yang terus-menerus di negara-negara di sekitar Rusia seperti Lithuania dan Polandia. Skala dan frekuensi telah meningkat pesat dibandingkan dari tahun lalu, dan ini jelas bermaksud untuk menunjukkan resolusi NATO untuk berlawanan dengan Rusia.
Dalam mennaggapi hal ini, Rusia meningkatkan penempatan militernya di Kaliningrad, di sepanjang perbatasan Rusia-Ukraina, dan di Krimea, mengadakan latihan militer untuk setiap ada latihan NATO, dan menentang provokasi militer NATO.
Sebagai kontes dan pertentangan antara kedua belah pihak terus bertambah tegang, sebuah "garis pertahanan" yang memisahkan utara dan selatan yang dipertahankan secara ketat muncul, terbentuk, dan dipadatkan di Eropa Timur. Banyak pihak yang khawatir bahwa Eropa akan memasuki Perang Dingin yang baru.
Baik Jerman mupun Amerika Serikat telah mengerahkan senjata berat di kawasan tersebut, dan mengerahkan "pasukan elit" Â sebanya empat batalyon mereka. Setiap batalion memiliki 1.000 tentara yang ditingkatkan. Selain itu, AS dan NATO telah mengerahkan alat berat yang cukup untuk memobilisasi tiga batalyon. Padahal tidak ada peduduk di sana, tapi telah mengerahkan tiga batalyon alat berat di kawasan tersebut, jadi jika terjadi sesuatu, mereka bisa hanya mengedrop pasukan payung kesana, dan membuka gudang senjata langsung bisa melakukan konfrontasi dengan Rusia.
Kedua belah pihak telah membentuk situasi eskalasi progresif di kawasan ini. Di Ukraina dan Laut Baltik, Rusia telah mengerahkan pasukan militer 300.000, dan semua alat beratnya berkumpul di kawasan tersebut.
Kedua belah pihak telah kembali ke situasi konfrontatif ini, atau "situasi Perang Dingin". Tapi tentu saja Perang Dingin adalah hal global. Ini termasuk konsep politik di bidang ideologi, namun di kawasan ini, jika kita melihatnya di tingkat mikro, kita dapat melihat bahwa kawasan ini telah terbentuk Perang Dingin.
Opini publik bahkan percaya pada saat dimana NATO dan Rusia jelas-jelas mengerahkan militer, maka hubungan mereka benar-benar sudah mengucapkan selamat tinggal, dan berada dalam keadaan pertempuran yang sulit terhindari tanpa pertumpahan darah.