Hal ini dikarenakan penelitian balistik ini sangat erat hubungannya dengan rahasia militer negara. Bahkan bagi siswa Jerman sendiri juga harus melalui saringan yang sangat ketat, apalagi bagi jurusan ini tidak menerima siswa perempuan. Lalu bagaimana He Zehui bisa menerobos “pintu besi” ini?
Setelah He Zehui tiba Universitas Industri Berlin, Jerman. Dia mengajukan lamaran masuk dalam penelitian uji balistik, tapi dengan sepontas langsung ditolak oleh pihak perguruan ini. Namun perempuan yang kelihatan lembut ini adalah seorang gadis yang karakternya teguh terhadap kemauan, dia tidak mau menyerah begitu saja.
Meskipun lamarannya ditolak tapi tidak mau menyerah, satu hari He Zehui datang menemui Kanz dosen Kepala/Dekan Jurusan Fisika di kantornya, dan mengemukan maksud kedatangannya. Dosen Kanz dengan sangat menyesal mengatakan: “Kita jurusan teknologi fisika ini sangat erat hubungannya dengan ilmu ilmiah kemiliteran, terutama lamaran Anda untuk penelitian dan eksprimen uji balistik, sangat tinggi tingkat kerahasiaannya. Sangat tidak mungkin dapat menerima siswa luar negeri, lebih-lebih lagi tidak mungkin menerima siswa perempuan.”
Ternyata, He Zehui telah mempelajari latar belakang Kanz dan bahan pelajaran ini, dan megetahui dosen Kanz adalah seorang inteletual ksatria dan adil. Dia sangat marah dan tidak senang ketika Jepang menginvasi dan menganeksasi Tiongkok.
Abad lalu tahun 1930an, Kanz pernah menjadi konsultan dan penasehat militer di Departemen Kemiliteran Pemerintah KMT di Nanjing (dulu sebagai ibukota negara pemerintahan Republik Tiongkok - KMT). Argumen He Zehui ini membuat Kanz berpikir dalam, dan akhirnya memecahkan barrier dan menerima He Zehui. Dan jurusan Fisika Uji Balistik di Universitas ini menjadi yang pertama menerima siswa perempuan.
Tahun 1940, He Zehui yang berusia 26 tahun berhasil menyelesaikan tesisnya dengan judul “Sebuah metode sederhana dan akurat baru untuk mengukur kecepatan terbang peluru (A New Method for Accurately Measuring Bulk Flight Speed / 一种新的精确简便测量子弹飞行速度的方法)” dan meraih gelar PhD.
Ketika He Zehui di Jerman meneliti tentang teknik militer profesional canggih, Qian Sanqiang yang berada di Prancis sedang menyaksikan di Lab Little Pasangan Curie, tentang penemuan besar dalam bidang inti atom fisi nuklir.
Penemuan fenomena dari fisi nuklir dari inti atom dalam sejarah ilmiah mempunyai arti sebuah tonggak yang memungkinkan bagi manusia dengan sesuatu inti kecil dengan instan melepaskan energi yang sangat besar menjadi mungkin.
April 1940, Qian melalui sidang perdebatan tesisnya lulus mendapatkan gelar PhD. Tapi ketika dia bersiap-siap untuk kembali ke tanah airnya Tiongkok. Pecahlah P.D II. Tentara Jerman dengan serangan kilatnya sedang maju menyerang Prancis, saat itu kelihatannya Paris sudah hampir jatuh ke tangan Nazi. Maka harapannya untuk kembali ke negaranya Tiongkok sementara tidak bisa terlaksana. Maka terpaksa tetap tinggal bekerja di lab untuk penelitiannya.