Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Bapak Bom Atom Tiongkok Qian Sanqiang

29 Mei 2017   17:41 Diperbarui: 30 Mei 2017   03:16 2448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sumber: CCTV China+http://www.china.org.cn

16 Okotber 1964 jam 3 sore waktu setempat, suara menggelegar ledakan hebat terdengar dan terlihat awan cendawan mengembang ke udara di suatu lokasi pandang pasir terpencil tak berpenghuni di  Gurun Gobi di Lop Nur, Zinjiang. Ledakan ini menandakan Tiongkok menjadi negara kelima di dunia yang memiliki Bom Atom, setelah Uni Soviet, AS, Inggris, dan Prancis.

Ledakan Bom Atom Tiongkok yang pertama tepat pada jam 3 pagi subuh waktu Washington, AS, saat itu era Presiden Lyndon B. Johnson, ketika itu dia langsung dibangnunkan dari tidur nyenyaknya. Begitu terbangun dia memerintahkan pesawat pengintai AU-AS terbang melintasi Samudra Pasifik untuk memfoto awan cendawan Bom Atom Tiongkok. Setelah mengetahui kebenaran dari ledakan ini, maka terjadi kegemparan ke seluruh dunia.

Setengah abad yang lalu, begitu berhasil meledakkan Bom Atom pertama, kantor resmi RRT Xinhua menurunkan tulisan dengan judul besar di halaman pertama: Negara kita (RRT) berhasil meledakkan Bom Atom pertama. Pemerintah Tiongkok menyerukan untuk mengadakan KTT seluruh dunia untuk masalah pelucutan senjata nuklir. Seluruh artikel terdiri dari 200an kata. Ini menunjukkan semangat rakyat Tiongkok yang sungguh-sungguh dengan gigih untuk berniat menyerukan pelucutan senjata nuklir dunia, seruan ini dilakukan hanya setelah dirinya telah berkemampuan untuk memiliki senjata nukilir sendiri, barulah mempunyai hak suara untuk usulan tersebut.

Pada 16 Oktober 1964, setelah berhasil uji coba senjata atom pemerintah RRT mengeluarkan pernyataan antara lain sebagai berikut: (http://alphahistory.com/chineserevolution/china-tests-atomic-weapon-1964/)

Tiongkok meledakan sebuah bom atom pertama pada jam 15:00 pada 16 Oktober 1964. Ini merupakan pencapaian besar rakyat Tiongkok dalam perjuangan mereka untuk memperkuat pertahanan nasional mereka dan menentang kebijakan AS untuk memeras dan mengancam dengan nuklir.

Membela diri adalah hak yang tak dapat dicabut dari setiap negara berdaulat. Untuk melindungi perdamaian dunia adalah tugas bersama semua negara pecinta perdamaian. Tiongkok tidak bisa tetap siaga dalam menghadapi ancaman nuklir yang terus meningkat dari Amerika Serikat. Tiongkok sedang melakukan uji coba nuklir dan mengembangkan senjata nuklir di bawah paksaan.

Pemerintah Tiongkok telah secara konsisten menganjurkan pelarangan lengkap dan penghancuran senjata nuklir secara menyeluruh. Jika ini tercapai, Tiongkok tidak perlu mengembangkan senjata nuklir. Tapi proposal kami telah mendapat perlawanan keras dari AS.

Pemerintah Tiongkok telah lama menunjukkan bahwa perjanjian mengenai pelepasan sebagian uji coba nuklir yang ditandatangani di Moskow pada bulan Juli 1963 oleh Amerika Serikat, Inggris dan Uni Soviet adalah kecurangan besar untuk menipu orang-orang di dunia, bahwa ini adalah usaha Untuk mengkonsolidasikan monopoli nuklir dari tiga kekuatan nuklir dan mengikat tangan semua negara pecinta perdamaian, dan bahwa hal itu telah meningkat, dan tidak berkurang, ancaman nuklir AS terhadap rakyat Tiongkok dan seluruh dunia ...

Bom atom adalah harimau kertas. Pernyataan terkenal Ketua Mao Zedong ini diketahui semua orang. Inilah pandangan kita di masa lalu dan ini masih merupakan pandangan kita saat ini. Tiongkok sedang mengembangkan senjata nuklir bukan karena percaya pada kemahakuasaan mereka atau karena berencana untuk menggunakannya. Sebaliknya, dalam mengembangkan senjata nuklir, tujuan Tiongkok adalah untuk mematahkan monopoli nuklir dari kekuatan nuklir dan untuk menghilangkan senjata nuklir.

Kami percaya pada rakyat. Itu adalah rakyat, dan bukan senjata apa pun, yang menentukan hasil perang. Nasib Tiongkok diputuskan oleh rakyat Tiongkok, sementara takdir dunia diputuskan oleh orang-orang di dunia, dan bukan oleh senjata nuklir. Tiongkok sedang mengembangkan senjata nuklir untuk pertahanan dan untuk melindungi rakyat Tiongkok dari ancaman AS untuk meluncurkan perang nuklir. Pemerintah Tiongkok dengan ini dengan sungguh-sungguh menyatakan bahwa Tiongkok tidak akan pernah kapanpun atau dalam keadaan apapun menjadi yang pertama menggunakan senjata nuklir ...

Kisah Pengembangan Bom Atom Pertama

masa-remaja-qian-sanqiang-592bf5a37997735013781773.png
masa-remaja-qian-sanqiang-592bf5a37997735013781773.png

Sumber: CCTV China

Tapi untuk mencapai hasil membuat bom atom, betapa kesulitan dan penderitaan yang harus dihadapi selama itu, kiranya perlu kita gambarkan disini sebagai satu renungan. Suatu hasil harus diperjuangan dengan penuh dedikasi dan semangat yang bersinambungan, serta rasa petriotisme dari para pendahulu yang terlibat kegiatan ini hingga mencapai hasil. Bagaimana upaya mereka untuk bisa memperkaya Uranium 235, hingga bisa dibuat Bom Atom/Nuklir. Sedang keadaan pada 50 tahun yang lalu, Tiongkok dalam keadaan diisolasi dan diembargo, dan keadaan dalam negeri Tiongkok yang  pada waktu itu begitu susah dan miskin, tapi bagaimana dalam waktu yang tidak lama bisa berhasil membuat Bom Atom?

Jawabannya, ada pada “Bapak Bom Atom.”  Qian Sanqiang yang memimpin sekelompok ilmuwan peneliti yang disebut Barisan Peneliti “Yang Penuh Kesetiaan dan Dedikasi” (满门忠孝).

qian-sanqiang-592bf5ed1eafbdb02235b15d.png
qian-sanqiang-592bf5ed1eafbdb02235b15d.png
Sumber: CCTV China

Qian Sanqiang lahir di Zhejiang Huzhou (浙江湖州), ayahnya Qian Xuantong (钱玄同) pernah kuliah ke Jepang, sebagai tokoh pendukung gerakan pembaharuan budaya modern dan penulis terkenal Gerakan Budaya Baru Tiongkok.

Masa kecil Qian Sanqiang ikut ayahnya hidup di Beijing, pernah sekolah di SMA Kongde (孔德中学) yang kepala sekolahannya Cai Yuanpei (蔡元培*). Pada usia 16 tahun lulus masuk Matrikulasi Universitas Beijing, tiga tahun kemudian ikut kuliah di fakultas Fisika di Universitas Qinghua (清华).

(* Cai Yuenpei, pernah sebagai rektor Universitas Negeri Beijing, dan Menteri Pendidikan)

Suatu hari pada Oktober 1933, ketika pulang kuliah sampai di rumah, ayahnya Qian Xuantong menulis sebuah kaligrafi sebagai hadiah berupa sebuah scroll yang bertuliskan :  “从牛到爱” (Dari Sapi Menjadi Cinta) : Ini mempunyai dua arti, pertama Qian Sanqiang termasuk shio sapi (lahir tahun sapi), ayahnya mengharapkan Qian Sanqiang tumbuh kuat, selalu mengobarkan semangat kerajinan dan sungguh-sungguh seperti sapi. Kedua, memberi semangat agar terus maju dalam dunia keilmuan dan belajar kepada Newton dan Einstain

Sejak itu, empat kata ini menjadi motivasi baginya hingga berhasil menjadi ilmuwan besar, dan sepanjang hidupnya diabdikan penuh dalam penelitian ilmu pengetahuan ilmiah. 

qian-sanqiang-lulus-univ-592bf7c1799773b312781773.png
qian-sanqiang-lulus-univ-592bf7c1799773b312781773.png
September 1937, Qian Sanqiang lulus cum-luade dan menjadi juara jurusan fisika Universitas Qinghua. Setelah lulus langsung kuliah program S3 ke Prancis di Universitas Paris “Lab. Little Curie Couple.” Dan dimentori langsung oleh pasangan suami istri Curie.

irene-joiliot-curie-592bf8ccd593733b0a7c1805.png
irene-joiliot-curie-592bf8ccd593733b0a7c1805.png
Sumber: CCTV China

Pasangan Irene Joliot-Curie dan Frederic Joliot-Curie, pada tahun 1935 sebagai penemu “radioaktif buatan/artificial radioactivity” pemenang  Hadiah Nobel bidang kimia, dan Qian Sanqiang menjadi murid pertama di dunia yang dimentori pasangan penerima hadiah Nobel ini.  Pada tahun 1940, Qian Sanqiang lulus PhD di Prancis.

Irene Curie adalah putri dari pasangan Marie dan Piere Curie penemu Polonium dan Radium dan pemenang Hadiah Nobel Bidang Fisika pada tahun 1903

foto-kenagan-di-paris-592bf910d593737b7e7c1808.png
foto-kenagan-di-paris-592bf910d593737b7e7c1808.png
Foto diatas ini dibuat pada April, 1948 Taman Luxamborg, Paris, Qian Sanqiang dan Istri He Zehui (何泽慧) yang sedang mengendong putri pertama mereka Qian Zuxuan (钱祖玄) yang berumur lima bulan dengan muka berseri kebahagiaan.

Saat itu mereka telah hidup di Prancis selama 11 tahun, karier mereka di Prancis cukup sukses, keluarga juga hidup bahagia. Semua kolega dalam laboratorium semua menduga bahwa keluarga ini pasti betah tinggal di Prancis dan pasti akan memilih terus tinggal di Prancis, untuk melajutkan kehidupan yang sudah mampan tersebut.

Pulang Ke Tanah Airnya  Tiongkok

Tapi apa yang diputuskan mereka berdua ini. Mereka membuat keputusan yang tidak terbayangkan oleh para koleganya. Meninggalkan Prancis dan kembali ke tanah airnya Tiongkok yang lagi miskin.

Menghadapi pertanyaan dan ketidak mengertian para kawan-kawan dan khalayak ramai atas keputusan ini dia menjawab: Memang ilmu pengetahuan ilmiah tidak ada batas negaranya, tapi seorang ilmiahwan mempunyai ibu pertiwi.

Ketika kabar Qian Sanqiang akan kembali ke tanah airnya tersebar, semua perguruan tinggi dan institusi penelitian dalam negeri Tiongkok pada berebut meng-undang mereka untuk mengajar dan memimpin laboratorium penelitiannya. Tapi pada akhirnya Qian Sanqiang menerima undangan dari alma maternya Universitas Qianghua, menjadi guru besar bidang fisika.

Pada pertengahan tahun 1948 di suatu akhir minggu, bertempat di Anthony Kota Paris, jalan Le Notre di sebuah vila kuno, Madam Irene membuat masakan Prancis Khusus dan Joliot menyajikan sebotol red wine/anggur merah yang mahal dalam perjamuan makan keluarga untuk malam perjamuan mengantar perpisahan pasangan Qian Sanqiang dan He Zehui, yang akan kembali ke tanah airnya Tiongkok.

Hal ini terjadi karena hubungan mereka tidak hanya sebagai murid dan guru, tapi juga sebagai sahabat, ketika keempat orang mengangkat gelas toast, Irene mengatakan: “Kami menghormati peilihan kalian, mendukung kalian kembali ke ibu pertiwi.”

foto-kenangan-perpisahan-592bf9761eafbdc52a35b15d.png
foto-kenangan-perpisahan-592bf9761eafbdc52a35b15d.png
Sumber: CCTV China

Usai makan malam Qian Sanqiang dan pasangan Curie berfoto di halaman belakang rumah, foto ini menjadi sangat berharga. Dari foto tersebut terlihat ketiga wajah orang ini seperti galau, selain berperasaan senang akan kembali ke tanah air, dan juga sedih akan berpisah.

Saat akan berpisah, pasangan Curie dengan serius membuat satu Certificate of Authenticity (Sertifikat Keaslian) diberikan kepada Qian Sanqiang, dalam sertifikat tersebut hanya di tanda tangani kedua orang pasangan Curie saja.

Isi dari Serifikat ini : Kami tidak bicara berlebihan, selama 10 tahun, bekerja di lab kami dibawah bimbingan kerja kami, dia adalah yang terbaik.

Bukan itu saja, pasangan Curie masih memberikan suatu data nuklir yang sangat dirahasiakan dan paket radiasi nuklir (hitungan detail nuklir) kepada Qian Sanqiang, sambil mengatakan di kemudian hari, ini mungkin akan berguna.

1 Mei 1948, Qian Sanqaing dan istri He Zehui serta anaknya yang baru berunur 6 bulan berlayar pulang ke tanah air.

qian-kembali-ke-tana-air-592bf99dd77a61f9363977dd.png
qian-kembali-ke-tana-air-592bf99dd77a61f9363977dd.png
Sumber: CCTV China

Oktober 1948, Qian Sanqiang setelah tiba kembali ke rumahnya di Beijing, dia mengajar di alma-maternya Universitas Qinghua. Namun tidak lama setelah itu, dia mencari rektor Universitas Qinghua Mei Yiqi (梅貽琦), sekali lagi mengusulkan keinginannya untuk mengembangkan ilmu nuklir, tetapi sungguh diluar dugaan semangat yang mengebu-ngebu dari Qian Sanqiang ternyata usulannya total ditolak.

Mei Yiqi yang sebelumnya begitu bersikap aktif, dalam semalam menjadi adem. Tapi hal ini karena ada keterbatasannya. 1948 di kota kuno Beijing (sebelumnya disebut Beiping) sedang terjadi peralihan masa kuno dan modern, Qian Sanqiang mencari orang-orang yang bertanggung jawab, semua dari mereka sedang menghadapi tekanan, jadi terpaksa harus menolak usulan dan rencana Qian Sanqiang.

Maka Qian Sanqiang terpaksa mengerahkan semua kemampuannya untuk mendidik dan membina mahasiswa baru. Dia menyerahkan data nuklir yang sangat dirahasiakan dan paket radiasi nuklir kepada istrinya untuk disimpan baik-baik. Sambil menunggu saatnya tiba. 

Qian Sanqiang dalam masa itu di Universitas Qinghua memberikan kuliah kepada mahasiswanya tentang dasar-dasar garis terdepan dari konsep ilmu fisika, itu mendapat sambutan dan respon hangat dari para mahasiswa, sehingga menjadi dosen muda yang paling disenangi dan menjadi dosen favorit pada saat itu.

31 Januari 1949, di Beijing tersiar berita bahwa kota terbebaskan secara damai (saat itu sedang terjadi perang saudara antara KMT dan PKT, akhirnya KMT  kalah dan lari ke Taiwan), Qian Sanqiang dengan penuh kegembiraan menyambut kejadian ini, segera mengendarai sepeda menuju ke Jalan. Chang’an ikut ber-ramai-ramai dengan masyarakat menari dan bersorai menyambut kebebasan ini. Sambil menyambut kedatangan PLA (Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok) masuk kota.

Suatu hari pada Maret 1949, setelah PLA dengan damai masuk kota Beijing belum dua bulan, Qian Sanqiang menerima sepucuk surat pemberitahuan penting, meminta dia untuk ikut serta menjadi perwakilan ahli fisika negara untuk pergi ke Paris, Prancis ikut serta dalam Pertemuan Perdamaian Dunia.

Qian Sanqiang gembira sekali mendapat undangan ini. Dengan tidak sabar dia langsung menemui Sekretaris delegasi Ding Zan (丁瓒). Qian mengatakan kepada Ding: “Ini kali kita pergi ke Paris ikut serta dalam Pertemuan Perdamaian Dunia, apakah bisa membawa beberapa valuta asing. Saya pikir akan menitipkan pada mentor saya Joliot Curie untuk membelikan beberapa peralatan laboratorium untuk penelitian teknologi nuklir. Karena dengan bantuan mereka bisa dapat harga yang pantas dan barang yang memenuhi standar, dan juga bisa menerobos embargo untuk bisa dikirim ke Tiongkok.”

qian-ding-592bf9d2d57a618d578b2d31.png
qian-ding-592bf9d2d57a618d578b2d31.png
Sumber: CCTV China

Ding Zan menanyakan: “Diperkirakan harganya kira-kira berapa?”  Qian menjawab: “Total kira-kira US$ 200 ribu.” Ding Zan kaget: “Apa! 220 ribu dollar!!!”  Lalu Qian cepat-cepat menjelaskan: “Peralatan laboratorium nuklir semua itu sangat mahal. Saya pikir untuk bertukar pikiran dengan Anda, tapi jika kiranya tidak tepat ya tidak usah dilaporkan ke atas.”

Kemudian berselang beberapa waktu setelah itu, kabar untuk membawa valuta asing sudah tidak ada kabar perkembangannya. Qian Sanqiang menyadari akan cita-citanya dan keinginannya baik, tapi dengan keadaan negara yang baru berdiri ini benar-benar sangat sulit untuk bisa memenuhi keinginannya. Tapi dia masih merasa meneysal dan menyalahkan dirinya yang terlalu melihat intelektualnya, tidak memau lihat permasalahan yang lebih besar lagi.

Justru tiga hari sebelum keberangkatan rombongan delegasi, Qian Sanqiang menerima tilpon dari Zhong Nan Hai (Kontor Pemerintah Pusat) dari Central United Front Minister Li Weihan (李维/pejabat tinggi pemerintah) minta dia datang. Qian datang ke Zhong Nan Hai disambut Li dengan hangat, Li mengatakan: “Pemerintah pusat sudah mempelajari dan mempertimbangkan, Kamrad Zhou Enlai menganggap usulan Anda sangat bagus, untuk mengembangkan ilmu teknologi nuklir Tiongkok, kami sangat menghargai dan mendukung ide ini. Perkiraan 200 ribu USD bukankah dipakai sekaligus bukan? Diputuskan akan dikeluarkan dana pertama 50 ribu USD dulu, dan Anda pergunakan dulu ke Prancis”

Berkaitan dengan hal ini, pada Oktober 1990, Qian Sanqiang menulis dalam tulisan kenangannya, dia ada menuliskan sebagai berikut: “Detik ketika saya menerima uang USD untuk mengembangkan teknologi nuklir, perasaan saya penuh dengan gejlolak emosi dan merasa suka cita bukan main, tapi uang dollar ini berbau apek, itu jelas karena uang tunai dollar ini baru diambil dari gudang goa bawah tanah yang lembab. Saya membayangkan tidak tahu bagaimana uang ini telah mengalami berberapa kali pengemboman yang berdarah-darah. Kini uang ini diserahkan kepada saya seorang pekerja biasa, kenyataan ini benar-benar tak terbayangkan oleh saya......meskipun 50 ribu USD untuk kebutuhan mengembangkan teknologi nuklir, tidak mencukupi kebutuhan keseluruhannya, tapi visi mereka (orang pemerintah pusat) dan niat untuk kemajuan negara, ini benar-benar menunjukkan satu kemauan yang tulus dan polos, hal ini meyakinkan dan membuat orang percaya, serta memberi orang harapan.”

Dengan segera, Qian Sanqiang di suatu halaman Beijing mempersiapkan mendirikan Intitute Fisika Modern Tiongkok. Diantaranya termasuk istrinya dan dia semua terdiri dari lima orang. Qian Sanqaing merasa teknologi nukilir Tiongkok jika ingin siap terbang, maka harus ada tim pionirnya, lalu siapa yang akan menjadi pionir pembuka jalan?

Maka terpikir oleh Qian dua teman kuliahnya di fakultas fisika Universitas Qianghua, Prof. Wang Ganchang (王淦昌) yang ketika itu menjadi Direktur Fisika di Faklutas Fisika Universitas Zhejiang, Wang Ganchang pernah mendapatkan gelar PhD di Universitas Berlin, Jerman. Dan Prof. Peng Huanwu (彭桓武) dosen di Fakultas Fisika Universitas Qinghua yang pernah kuliah di Inggris, ketika itu menjadi orang Tiongkok pertama yang menjadi wakil Professor di Inggris, dia sangat mendalami teori ilmu fisika dan pandai menggabungkan teori dengan praktek. Atas undangan Qian Sanqiang dengan segera kedua orang unggulan ini berkumpul dalam Institute Research Fisika Modern Tiongkok.

Kemudian setelah menempuh segala kesulitan dan perjalanan panjang, dari dalam dan luar negeri mencari para ilmiahwan dan ilmuwan yang unggul dikumpulkan untuk dijadikan kelompok pionir. Hingga tahun 1955, Institute Research Fisika Modern Tiongkok dari yang semula hanya sepulahan  orang ahli, akhirnya bisa dikumpulkan hingga lebih dari seratus orang ahli.

terkumpul-100an-ahli-592bfa08557b615e1bf77f2d.png
terkumpul-100an-ahli-592bfa08557b615e1bf77f2d.png
Sumber: CCTV China

Pada suatu sore 15 Januari 1955, Qian Sanqiang dengan ahli geologi Li Siguang (李四光) mendapat undangan ke Feng Zheyuan Zhong Nan Hai (Kantor Pemerintah Pusat Tiongkok) untuk suatu pertemuan, semua pimpinan partai dan pemimpin tertinggi negara hadir dalam pertemuan ini.  Ketua Mao Zedong dengan ramah menanyakan kepada Qian Sanqiang dan Li Siguang : ‘Hari ini yang hadir disini akan menjadi murid S.D. Anda, sekarang mohon Anda berdua untuk memberi pelajaran tentang yang berkaitan dengan energi atom.”

Li Siguang, pertama memperkenalkan tentang keadaan deposit Uranium yang ada di Tiongkok, dan kaitannya dengan pengembangan energi nuklir. Dan memperlihatkan contoh speciesmen batuan yang hitam yang mengandung kemerahan kepada Ketua Mao. Kemudian Qian Sanqiang membawa alat mengukur energi radiasi nuklir pelan-pelan mendekatkan pada baru spceismen tersebut, maka dengan segera timubul suara berisik, ketika alat ukur di jauhkan maka suara berisik itu berhenti.

Qian Sanqiang memperagakan ini sambil memberi penjelasan: Dalam batuan ini mengadung material radioaktif yang kuat, material ini tidak boleh tidak ada jika ingin mengembangkan tenaga nuklir.

Setelah mendengar laporan ini, Ketua Mao mengatakan kepada Li Siguang dan Qian Sanqiang: “Negara kita sekarang sudah tahu memiliki tambang Uranium, jika di eksplorasi lagi pasti akan menemukan lebih banyak lagi. Maka untuk bom atom sudah tiba waktunya. Harus kita dapatkan. Kita punya ahlinya dan punya sumber matrialnya. Keajaiban apapun akan bisa diciptakan.”

Hari itu, dalam catatan seluruh dunia juga disebut “Tiongkok Resmi Bertekad Sejak Hari itu (15 Januari 1955) Mulai Mengembangkan Penelitian Bom Atom.”

Juli 1957, negara Tiongkok mendirikan “Biro Teknologi Yang Didedikasikan Untuk Percepatan Pembangunan yang Menangani Secara Khusus Pemeliharaan Perdamaian” (专管维和回施加速 建设的建筑技术局/Dedicated to peacekeeping construction and accelerated construction of the Bureau of Building Technology), dan Qian Sanqiang ditunjuk sebagai Kepala Biro pertama tersebut.

Qian memimpin  kelompoknya pergi ke inggir kota Beijing, Oktober bersama dengan Peng Huanwu dan 40 orang lebih lainnya pergi ke Uni Soviet untuk ikut “Magang dalam Rekayasa Termal”, ikut serta dan mempelajari dalam perencanaan mula untuk latihan secara lisan dan menguasai keahlian yang relevan atau berkaitan dengan keterampilan (Learning and mastering the relevant professional knowledge and skills to achieve half a year) untuk  “Biro Teknologi Yang Didedikasikan Untuk Percepatan Pembangunan yang Menangani Secara Khusus Pemeliharaan Perdamaian” latihan langsung ditempat ini keseluruhnya menghabiskan setengah tahunan.

qian-istri-ke-soviet-latihan-592bfa3f537b6181760a1b8a.png
qian-istri-ke-soviet-latihan-592bfa3f537b6181760a1b8a.png
Sumber: CCTV China

Namun Qian Sanqiang dalam hati sangat memahami dalam pertukaran keilmuan untuk memperdalam keterampilan hanya akan dalam batasan tertentu, jika sudah untuk keterampilan yang lebih mendalam karena pentingan nasionalisme, maka tidak mungkin akan diajarkan atau dibuka seluruhnya, pasti ada kunci-kunci tertentu yang akan dirahasiakan untuk disimpan sendiri.

Maka, Qian Sanqiang seringkali menasehati koleganya, kita harus aktif untuk menerima bantuan, tapi tidak boleh menunggu, tidak boleh mengandalkan mereka.

Juni 1959, para ahli luar negeri (Uni Soviet) semuanya pulang karena masalah politik, sehingga proyek energi nuklir yang baru mulai, yang sudah sulit menjadi makin sulit. Salain itu pada waktu itu AS juga mengancam, prinsipnya tidak perduli dengan cara apappun harus menyetop Tiongkok untuk menjadi negara yang memilki Bom Nuklir. Lalu, bagaimana penelitian Bom Atom bagi Qian Sanqiang untuk bisa melakukan terobosan penelitian satu per satu?

Demi mewujudkan cita-cita negara dan bangsa, maka pemerintah pusat membuat kebijakan baru dengan rencana “secara berdikari memulai melakukan penelitian dari mula lagi, dan menargetkan 8 tahun mewujudkan Bom Atom.”

Qian Sanqiang bertanggung jawab atas misi khusus ini, dia mau mewujudkan kebijakan baru pemerintah pusat, maka ditata kembali barisan penelitian, Dia  ingin memainkan peran ilmu magnet (perekat) antar ilmuwan peneliti, menciptakan persatuan dan mengatur the right man ini the right place.  Menyelesaikan permasalahan yang mungkin timbul dari soal teknologi ilmiah yang sulit.

Suatu hari di kantor Qian Sanqiang kedatangan seorang anak muda yang baru berusia 30 tahun, dia adalah seorang ilmiahwan muda Deng Jiaxian (邓稼先), dia setelah lulus dari jurusan fisika Universitas Xinan Lianhe (西南联合大学), kuliah ke Universitas Purdue di AS, mendapat gelar PhD bidang fisika nuklir. Dia 9 hari setelah mendapat gelar PhD tahun 1950, langsung kembali ke Tiongkok.

Qian Sanqiang ketika bertemu anak muda ini  mengatakan: “Adik Teng, negara akan melancarkan ‘perang artileri besar’ apakah Anda bersedia ikut serta dalam pekerjaan yang sangat rahasia ini? “

Deng Jiaxian dengan segera menyadari bahwa dia diinginkan untuk ikut serta dalam penelitian pengembangan bom atom, dalam hati dengan segera menjadi sangat gembira.

Qian Sanqiang selanjutnya mengatakan: “Design teori bom atom memerlukan Anda yang bertanggung jawab untuk memimpin lab. penelitian.”

Deng Jiaxian sangat menyadari Qian Sanqiang menyerahkan tugas padanya ini benar-benar sangat berat. Tanpa menampik langung menerima tugas berat ini.

 

Sejak itu, Deng Jiaxian menjadi bagian dari keluarga besar disitu, bekerja dengan anonim di tempat terpencil terpisah dari dunia di barat laut Gurun Gobi. Sejak tahun 1958 dengan sekali pergi 28 tahun telah dilalui.

Dibawah kepemimpinan Deng Jiaxian, design teori bom atom berkembang maju dengan lancar. Namun, Qian Sanqiang sekali lagi menghadapi kesulitan baru, ingin meneliti bom atom, ahli teknologi ilmu mekanik jelas tidak boleh tidak ada. Namun, Qian Sanqiang di bidang ilmu mekanika tidak begitu memahami.

Maka dia pergi kepada yang ketika itu menjabat Direktur CAS (Chinese Academy of Sciences/中科院力所所长) Qian Xuesen untuk berunding dan bertanya, siapa orang yang cocok untuk diberi tanggung jawab atas bidang mekanik ledakan senjata nuklir. Qian Xuesen dengan tanpa ragu langsung mengajukan seorang yang sangat terkenal dalam aplikasi ilmu mekanik Guo Yonhuai (郭永怀). 

guao-yonghuai-592bfa74747a61d15b36c9a0.png
guao-yonghuai-592bfa74747a61d15b36c9a0.png
Sumber: CCTV China

Ketika itu, Guo Yonghuai adalah salah seorang pendiri dan pembentuk organisasi ilmuwan mekanik modern Tiongkok. Pada tahun 1935, lulus dari jurusan fisika Universitas Beijing. Tahun 1940, melanjutkan kuliah di AS, dibawah bimbingan dan bekerja melakukan penelitian pada Master Aerodinamis Kontemporer Von Karman.

Mei 1960, Guo Yonghuai diangkat sebagai Wakil Direktur Institute of Applied Physic and Computing di Beijing untuk pekerjaaan mekanik dan persenjataan nuklir (appointed as deputy director of the Institute of Applied Physics and Computing in Beijing to work on the mechanics and weaponization of nuclear weapons/被任命为北京应用物理与算数研究所副所长主管核武器的力学部分和武器化工作). Sejak itu, di badan penelitian ini tidak perduli bekerja siang atau malam selalu dapat terlihat sosok Guo Yonghuai.  

Pada waktu itu, Qian Sanqiang yang bertanggung jawab atas pengembangan bom atom, berada di empat garis depan dari empat departemen  yang berbeda: bidang teori, bidang percobaan, bidang design dan bidang produksi. Ke-empat bidang ini juga disebut “empat kuda”  dalam penelitian pengembangan bom atom.

Pada masa banting tulang itu, Qian Sanqiang seolah menunggangi “empat kuda” ini di jalan yang naik turun penuh tantangan dan kesukaran tapi terus melaju. Kesulitan terakhir dari pembuatan bom atom ini adalah detonator/pengapian dari bom atom ini. Tugas itu sangat kritis, jika hal ini gagal itu berarti semua upaya yang sebelumnya total terbuang.

Qian Sanqiang memutuskan tugas detonator (pengapian neutron) bom atom diserahkan kepada CAS bidang Penelitian Fisika Modern. Dalam hal ini dia berpikir pada seorang pemuda insinyur kimia Wang Fangding (王方定).

wang-fangding-592bfa99d77a61be363977dd.png
wang-fangding-592bfa99d77a61be363977dd.png
Sumber: CCTV China

Wang Fangding, pakar nuklir Tiongkok, akademikus CAS, tahun 1953 lulus bidang kimia Universitas Sichuan (四 川 大学) ikut serta dalam penelitian produksi dalam negeri untuk Uranium dan penelitian ekstrak cara kimia biji Uranium.

Suatu hari Qian Sanqiang memanggil Wang Fanding ke kantornya, dan mengingatkan kepadanya: “Adik Wang, penelitian pemasangan pengapian/detonator bom atom harus secepatnya diselesaikan, waktunya sudah sangat ketat, beban tanggung jawabnya berat, saya minta Anda yang bertanggung jawab.”

Sejak itu, Wang Fangding meninggalkan Lab. di Beijing bersama koleganya kerja mati-matian melaksanakan tugasnya di tepat terpencil di Gurun Gobi . Pada akhirnya setelah melakukan ratusan kali percobaan di lab, akhirnya membuahkan hasil gemilang.

16 Oktober 1964, jam 3 sore waktu setempat, berikut aba-aba komando, terdengar suara menggelegar, sebuah ledakan bak matahari kecil terbit di barat laut tempat kosong di Gurun Gobi. Setelah suara ledakan meredah sebuah awan cendawan membumbung tinggi ke langit.

Seketika pada saat itu, Kantor Berita Xinhua mengumumkan kepada seluruh dunia, uji coba Bom Atom Pertama Tiongkok telah berhasil diledakan.

Pada malam hari waktu itu, “Sunday Times” Inggris dan AFP Prancis menurunkan berita “Qian Sanqiang sebagai Bapak Bom Atom Tiongkok.”  Tapi Qian Sanqaing sendiri tidak mau menerima julukan ini. Dia mengatakan: “Orang Barat memang kadang kala sangat melihat jasa perorangan dan sangat senang menggunakan istilah ‘Bapak.’ Namun bagi kita orang Tiongkok lebih menekankan pada koletikfitas. “

Tapi sejak itu, Qian Sanqiang dan kelompoknya diakui sebagai kamp kelompok pahlawan ilmiah “Yang Penuh Kesetiaan dan Dedikasi” (满门忠烈/ Full of faithful science camp).

Sumber: Media TV & Tulis Luar Negeri

CCTV China

http://www.china.org.cn/english/congress/228244.htm

http://alphahistory.com/chineserevolution/china-tests-atomic-weapon-1964/

https://www.nobelprize.org/nobel_prizes/themes/physics/curie/

https://www.youtube.com/watch?v=FB41TZw77Ms

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun